Keinara terhenyak sesaat mendengar bisikan itu. Raganya seakan dibawa melayang menuju ke sebuah tempat yang entah apa namanya. Ia tersadar bahwa dirinya sudah tak ada lagi di dalam kamar kosong, melainkan berada di luar rumah dengan suasana yang berbeda.
Matanya menatap sekeliling, melihat bahwa rumah yang kini menjadi milik keluarga Lian tampak berbeda dan di belakang bangunan antik itu terdapat sebuah pondok mebel. Suara deru mesin pemotong kayu terdengar keras dan di sela-sela suara itu telinganya mendengar jeritan kesakitan seorang pemuda.
"JANGAAAAAAN! SAKIIIIIIIIT!"
Teriakan yang begitu memilukan itu membuat perhatian Keinara terpancing dan segera berlari menuju ke halaman belakang rumah.
"Haaah? Apa ini?!"
Keinara membulat matanya melihat kejadian yang menyeramkan. Seorang pemuda tampan sudah mulai menemui ajalnya, keadaannya begitu memprihatinkan. Mesin pemotomg kayu itu telah memotong beberapa bagian tubuhnya hidup-hidup.
Tubuh pemuda itu hampir terbelah dan lehernya nyaris putus. Darah segar tak henti mengucur deras dari tubuhnya dan menodai kayu-kayu yang sudah dikupas dari kulit kambiumnya. Aroma darah yang tercium membaur bersama aroma kayu yang sedang dipotong membuat Keinara serasa diaduk perutnya.
Ia ingin beranjak, tapi netranya tak sanggup menoleh ke segala arah dan hanya tertuju pada pemuda malang bersama pria yang menyiksanya. Sayup terdengar bahwa mereka membahas perihal rumah itu, tapi sang pemuda misterius itu tak menjawabnya.
"Jika kau tak mengatakannya, aku akan membunuhmu, Kiyo Anggara."
Gadis pengasuh itu terhenyak saat mendengar nama pemuda itu. Kiyo Anggara, nama kedua yang tak asing di telinganya. Ingatannya seakan tersendat di sana dan membuat kepalanya pusing. Pemandangan menyeramkan itu segera saja sirna dan berganti suasana ke tempat dimana dirinya terbaring.
Keinara terbangun di ruangan gelap, lampu remang menyala samar menerangi kamar kosong itu. Baru ia sadari bahwa dirinya masih berada di dalam kamar itu. Gadis itu segera bangkit, mengambil lilinnya yang sudah padam dan bergegas melangkah dari sana.
Nama lengkap Kiyo terus melekat dalam pikirannya, serasa nama itu tak asing tapi Keinara masih tak bisa mengingat dengan jelas. Pemuda tak kasat mata itu seakan memberitahu tentang sesuatu dan membiarkannya menyusun puzzle ini. Kali ini, dirinya harus mencari misteri itu seorang diri.
"Bu, saya berangkat dulu ya," ucap Keinara seraya mencium tangan Yura dan Lian.
"Kamu hati-hati ya, jaga diri baik-baik. Atau kalo gak biar Mas Lian yang ngantar kamu," tawar wanita muda itu.
"Gak usah, Bu. Saya gak mau ada kesalahpahaman lagi. Saya sudah pesan ojek, kok."
Yura hanya tersenyum tipis padanya seraya mengusap kepalanya dengan lembut. Gadis itu mulai melangkah sembari melambaikan tangan pada Vanya. Di depan gapura desa sudah menunggu sang tukang ojek, segera dirinya menaikinya dan beranjak menuju kampus.
Meski dirinya sedang dalam keadaan hamil, tapi gadis cantik itu sudah memutuskan untuk kuliah dan menyelesaikan pendidikannya. Sebuah resiko yang harus ia hadapi ketika pasang mata sudah menatapnya sinis dan mulut-mulut yang berbisik membicarakan hal yang tidak-tidak.
Melewati hutan yang sedikit gelap, mata Keinara tertuju pada sebuah mobil terbengkalai tanpa seorang pemilik terparkir di sana. Sedari kemarin atau tempo hari yang lalu, mobil itu masih berdiam di tepi jalan. Sebenarnya ia sudah mencurigainya, tapi tak ada siapapun yang berani melewati hutan itu.
"Pak, itu mobil kenapa dari kemarin masih di situ ya? Udah dirambati tanaman lagi," ujar gadis itu bertanya pada sang tukang ojek.
"Wah, saya juga kurang tahu, Neng. Dari kemarin ada yang cerita cuma pada gak berani ngurus mobilnya. Katanya sih yang punya mobil dibunuh terus diculik sama hantu," jelas sang tukang ojek dengan bergidik ngeri.
Gadis itu hanya mengangguk sesekali menoleh ke arah mobil terbengkalai yang jaraknya sudah jauh dari pandangaannya. Samar ia melihat pria misterius semalam.
***
Yura berdiri sembari membentangkan sehelai kain yang baru saja dicucinya. Angin lembut mengibarkan kain-kain itu membuat celah sehingga wanita itu dapat melihat gundukan tanah di bawah akar.
Awalnya ia tak merasa curiga dan takut, menyibukkan diri dengan menjemur pakaian dapat menghilangkan perasaan takutnya. Berulang kali ia mengambil pakaian tanpa melirik ke arah gundukan itu. Namun, entah mengapa rasa penasarannya menyuruh wanita manis itu menengok ke celah antara dua kain yang sedang berkibar.
Mata Yura membulat saat melihat gundukan itu memancarkan cairan merah.
"Ngga, Yura. Kamu salah lihat," gumamnya seraya memukul pelan kepala itu dan melanjutkan kegiatannya.
Sang ibu muda itu terus mengabaikan rasa penasarannya yang membumbung tinggi, tapi sangat sulit baginya. Pada akhirnya, ia melepas rasa penasaran dan mengintip dari celah antara kain sambil membungkukkan tubuhnya.
Kain berkibar menutupi pandangannya sampai membuka kembali, darah itu masih memancar dari dalam gundukan tanah. Kain kembali menutup pandangannya, kemudian angin mengibarkannya lagi. Kali ini bukan darah yang dilihatnya, tapi seonggok tangan manusia.
Yura bangkit sambil melonjak terkejut melihat potongan tangan tergeletak di atas gundukan itu.
"Apa itu? Apa aku lihat lagi aja ya," gumamnya sambil membungkuk kembali melihat ke arah kain yang sedang menutupinya.
Dari sela-sela antara kain, tak terlihat apapun di sana dan Yura meyakini bahwa dirinya hanya berhalusinasi. Namun saat angin berhembus lebih kencang, membuat kain berkibar lebar dan terlihat dengan jelas apa yang sedang ada di atas gundukan itu.
Bukan darah ataupun potongan tangan, melainkan tubuh utuh dari seorang pemuda dengan wajah hancur dan matanya melotot memandanginya.
"Aaaaaa ... apa itu?!" jerit Yura melonjak, terduduk ia di tanah dengan tubuh gemetar.
Wanita itu terdiam, ia tak berani untuk menyilakan kain di depannya. Pemandangan tadi sudah cukup mengerikan.
"Mama, Mama!" Teriakan Vanya yang memanggilnya membuat Yura terkejut dan menoleh cepat ke arah putrinya.
"Kenapa, Sayang?"
"Nenek, Ma." Gadis kecil itu menghampirinya sambil menangis.
"Ada apa sama nenek?"
"Nenek kejang-kejang," ucapnya yang masih berderai air mata.
~***~
KAMU SEDANG MEMBACA
DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUH
HorrorKisah tentang keluarga dan seorang pengasuh yang diteror oleh hantu penjaga anak kecil.