BAB 35

1K 35 0
                                    

Seorang gadis kecil yang terduduk di bawah pohon menarik perhatian Lian dan Zein. Mereka mendekat dengan perlahan, tubuh gadis kecil yang sangat mirip dengan Vanya, tapi Lian justru tak semudah itu percaya.

"Vanya." Pria itu memanggil nama putrinya dan sang gadis kecil menoleh ke arahnya.

"Papa?" Vanya berangsur memeluk sang ayah.

Tangis haru mereka bertemu, masih tak percaya bahwa yang dihadapannya adalah ayahnya.

"Vanya, kamu kenapa di sini?" Lian bersimpuh di depan anaknya yang tengah bersedih.

"Aku gak tahu, Pa. Tadi aku ngejar mama, tapi aku malah di sini," jawab gadis kecil ini.

"Semua ini adalah perbuatan Kiyo, Lian. Dia hanya ingin menyingkirkan kalian agar bisa bersama dengan Keinara."

Ki Jatmika datang menghampiri mereka, matanya menyipit memandang sekeliling. Dendam Kiyo sudah terbalaskan, tapi bukan hanya itu yang ia inginkan. Pemuda yang kini tak tenang arwahnya itu menginginkan Keinara.

"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Lian yang merasa cemas dengan keluarganya.

*

Yura merasa amat putus asa, tapi suara Keinara terus terdengar menggema. Hampir ia putus asa, tapi terus mencari dan entah mengapa semua terasa membingungkan.

"Aku harus cari kemana? Semua yang kulihat hanyalah hutan."

Wanita itu terus mengguman sampai hidungnya mulai mencium aroma seperti kayu jati yang dipahat, kakinya tanpa sadar melangkah menuju ke asal aroma menyengat itu.

"Tunggu! Aku seperti pernah menciumnya," gumam Yura.

"Nggak, jangan lagi." Wanita itu menyadari sesuatu hal.

Aroma kayu itu semakin tercium sangat kuat, seperti datang dari berbagai arah mata angin. Yura segera beranjak dari tempatnya berpijak. Berlari sekencang mungkin, ia merasa seseorang tengah mengikutinya.

Gelapnya langit membuat pengelihatannya begitu samar. Ia berlari sampai kakinya tak sengaja menyandung sebuah akar yang tiba-tiba timbul dari tanah. Yura tersungkur, ia ingin bangkit kembali tapi belum sempat ia berdiri kakinya serasa dicengkeram oleh tangan misterius.

Tangan dingin nan pucat itu menarik kakinya ke tanah, membuat tubuhnya terseret.

"Tolong!" teriaknya sambil meraih-raih akar pohon.

Sekuat tenaga Yura melepas cengkeraman itu, bahkan sesekali melempar batu kerikil ke arah tangan misterius yang muncul dari tanah. Namun cengkeramannya begitu kuat, sehingga wanita itu hampir saja tak berdaya.

Kakinya menjejak angin dan dengan seluruh kemampuan yang ia punya, kini Yura dapat terlepas dari cengkeraman itu.

Terus berlari melewati hutan yang gelap, tapi kini ia tak tahu harus kemana.

"KEEEI! KEINARAAAA!"

*

Malam sepertinya sudah tiba, Lian bersama Zein dan Vanya memasuki pondok milik Ki Jatmika. Gelap dan hanya diterangi lentera minyak, remang cahayanya tak dapat membuat sekitar terasa ramai.

Vanya tentu tak bisa merasakan keadaan seperti ini, ia hanya ingin pulang dan bertemu dengan sang ibu juga Keinara pengasuhnya.

"Pa, Vanya kangen sama Mama dan Kak Kei."

"Sabar ya, Sayang." Hanya itu yang bisa dikatakan Lian pada putrinya.

Sementara itu, Ki Jatmika menatap langit yang gelap lalu memejamkan mata. Baginya semua yang terjadi adalah ulah dari Kiyo.

"Untuk sementara kalian tinggal di sini," ujar sang kakek tua itu.

Lian dan Zein hanya bisa menuruti titah Ki Jatmika.

Malam kini semakin larut, segera mata terpejam. Lian dan Zein memilih untuk tak tidur malam ini, semua kejadian ini seakan tiba-tiba.

Besok pagi mereka akan merencanakan untuk mencari Yura dan Keinara, Ki Jatmika akan menjadi penunjuk. Meski sebenarnya sangat membantu, tapi mereka masih merasa penasaran tentang hubungan Ki Jatmika dengan keluarga Kiyo.

~***~

DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang