"Astaga! Ibu!"
Yura bangkit dari duduknya dan segera berlari menuju ke kamar ibunya. Dengan mata kepalanya yang melihat keadaan sang ibu begitu memprihatinkan. Tubuhnya kejang, suaranya tertahan seperti dicekik, matanya melotot menatap ke langit sembari tangannya menunjuk ke sisi kamar.
"Ibu, kenapa? Ibu, sadar, Bu!" Yura berusaha menenangkan sang nenek, tapi kejang wanita itu tak bisa dihentikan.
Sang ibu muda itu segera menghubungi suaminya, takut jika sesuatu hal terjadi pada ibunya dan ia butuh bantuan Lian.
Tangannya gemetar menggenggam ponsel, sambungan telpon kini mulai terhubung.
"Halo? Pa, cepetan pulang. Ibu kejang-kejang!" tangis Yura yang mulai merasa cemas.
Kabar darurat ini tentunya membuat Lian ikut khawatir, ia segera menghubungi dokter untuk datang ke kediamannya itu sedang dirinya bergegas pulang sembari berharap sesuatu yang lebih buruk tak akan terjadi.
*
Beralih pada suasana perkuliahan, Keinara terduduk. Tangannya menggenggam sebuah pensil dan melukiskan sebuah rupa yang teringat dalam benaknya. Nampak ia melukis di bawah kesadarannya karena suara riuh di dalam kelas tak terdengar di telinganya.
Terkadang ada pula gerombolan gadis yang mengganggunya, menggodainya, bahkan hampir saja memegang perutnya. Namun gadis pengasuh itu mulai bereaksi tepat saat perutnya disentuh.
"Harusnya kamu gak berangkat aja ke kampus. Eh, jangan geer kalo aku cemas sama kamu. Aku gak suka lihat ibu hamil, apalagi yang hamil mahasiswi," ucap seorang gadis dengan angkuh di depannya disambut tawa teman-temannya yang berada di kelas itu.
Keinara masih bergeming saat kertas yang digambarnya diambil paksa oleh gadis yang lain. Tak peduli kertas itu dirobek ataupun dilempar ke arah tubuhnya, gadis cantik itu tetap terdiam.
Sampai ada kalanya si perundung mulai penasaran dengan perut yang membuncit itu. Kini perlahan jari-jemarinya menyentuh, tapi tepat saat itu juga Keinara menoleh ke arahnya dengan tatapan kemarahan.
Tangan lembutnya berubah menjadi kaku, tanpa aba-aba gadis itu mencekik perempuan yang merundungnya lalu memojokkannya ke dinding kelas. Dicekiknya leher itu sampai sang perundung mulai kehabisan napas, meski memohon pun Keinara tak akan mau melepasnya.
"AKU TIDAK AKAN MELEPASNYA SAMPAI KAU MATI!"
Keinara semakin murka, tatapannya sudah tak lagi sayu dan kini beralih rupa menjadi sosok yang amat menyeramkan. Seisi kelas mulai geger, bahkan salah satu dari mereka mencoba melerainya namun tetap saja tindakan itu mustahil.
Tingkah laku gadis itu membuat mereka cepat menyadari bahwa Keinara sedang kerasukan. Sementara sang gadis pengasuh terus mencekik gadis perundung sampai pada titik dimana tubuhnya tak kuasa untuk berlama-lama dirasuki hingga akhirnya Keinara melepas cekikannya lalu tak sadarkan diri bersama sang gadis yang mengganggunya.
Dua peristiwa di luar nalar ini membuat Yura dan Lian semakin cemas. Keadaan sang nenek yang terus diserang dan Keinara dengan perutnya yang semakin membuncit cukup menjadi bukti untuk ditunjukkan pada Freddy. Besok mereka akan memanggil pria itu secara langsung.
***
Freddy tampak tertawa dengan kedatangan Yura dan Lian yang menbawa beberapa bukti foto dan video kejanggalan di rumah mereka. Pria congkak itu mengatakan semua bukti yang dibawa pasutri itu tak ada gunanya, masih dalam pemikiran skeptis dan menganggap Lian hanya merekayasa.
"Kalian melakukan ini hanya untuk keluar dari rumah itu, bukan? Terus ngapain kalian beli rumah saya. Hahahaha ... Lian, Lian, kamu ini aneh," ujarnya dengan sombong.
"Ini bukan masalah kami sanggup tinggal di sana atau tidak. Kami hanya ingin hidup tenang tanpa ada gangguan!" Lian hampir habis kesabarannya, tapi segera ditenangkan oleh Yura.
"Lalu saya harus bagaimana? Menjadi cenayang buat kalian?"
"Bahkan cenayang yang sakti pun tak sanggup membersihkan rumah itu dan saya yakin ada sesuatu di sana. Saya juga yakin anda bukanlah pemilik asli."
Perkataan Lian itu membuat Freddy merubah rautnya menjadi sedikit lebih pucat kemudian menatap murka ke arah pasangan suami istri itu.
"Oh, jadi kamu menuduh saya mencuri rumah itu tanpa izin?"
Pria itu tampak amat marah, tapi Lian dapat membaca raut wajahnya yang seakan menyembunyikan sesuatu darinya. Pria muda itu tersenyum sinis dengan gelagat Freddy yang sungguh mencurigakan.
"Apa anda tidak ingat dengan kejadian pesuruh anda yang menghilang setelah menyambangi rumah itu?"
Freddy terdiam membisu saat Lian mengungkit kembali kejadian misterius kaki-tangan pria congkak itu. Meski begitu, Freddy tetap saja memilih pemikirannya sendiri dan menganggap kejadian itu sudah lama dan tak perlu dibahas kembali.
"Itu kejadian lama, tak usah diungkit kembali!"
"Kalau begitu, ayo ikut kami ke rumah!" Lian kali ini memaksa, tapi Freddy tak ingin menurutinya dan berusaha menolak dengan cara apapun agar pasang suami istri itu tak memaksanya kembali.
"Maaf, saya sibuk!"
"Tapi---"
"SATPAM! Usir mereka!"
Buntut dari tindakan Lian berujung pada penolakan dan pengusiran dirinya dan sang istri. Gelagat Freddy tentunya membuat pria muda itu semakin mencurigainya. Mereka tak bisa berbuat apapun dan akhirnya memutuskan untuk pulang dengan tangan hampa.
Yura semakin bersedih, ia tak bisa menanggung derita dari dua orang wanita yang sedang diserang oleh sosok entah apa namanya. Baik pada Keinara dan ibunya, ia merasa ketakutan akan kehilangan mereka.
"Ya Tuhan, harus dengan cara apa aku bisa mengeluarkan mereka dari situasi seperti ini?" Wanita itu merintih di samping tempat tidur Keinara, menangis dirinya melihat keadaan pengasuh yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri.
Di saat yang sama, kedua mata gadis itu terbuka sambil melotot ke langit kamar. Ia berjalan di atas ranjangnya dengan kayang lalu merangkak ke dinding kamar sembari berteriak meraung bagai harimau yang menahan kesakitan.
"Kei, sadar!" seru Yura sembari memeluk erat tubuh Vanya.
Sepasang ibu dan anak itu menangis histeris melihat tingkah Keinara yang semakin menjadi-jadi.
"Kak Kiyo, jangan ganggu Kak Kei! Aku mohon." Tangisan Vanya begitu pilu, tapi tak membuat hantu yang merasuki sang gadis pengasuh itu luluh dan malah berteriak penuh amarah.
Jeritan menyeramkan itu membuat benda-benda seisi kamar mulai terbang melayang berjatuhan ke segala arah. Yura dan putrinya segera melarikan diri, tapi pintu tertutup sendiri dan mengurung mereka di dalam sana.
~***~
KAMU SEDANG MEMBACA
DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUH
HorrorKisah tentang keluarga dan seorang pengasuh yang diteror oleh hantu penjaga anak kecil.