***
Perempuan dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya itu mulai berjalan menuju ke ruang tamu, lalu berdiri di depan pintu sebuah ruangan kosong yang tidak pernah ditempati itu.
"Bu Yura bilang pintu ini tidak pernah dibuka, dikunci pula dari luar. Kata beliau juga kuncinya gak tahu ada dimana. Terus kenapa waktu itu kebuka ya? Siapa yang buka?" gumamnya seraya menempelkan telapak tangannya pada gagang pintu itu.
Mencoba menekan engsel pintu itu, rupanya terkunci. Keinara pernah mendengar Yura menutup pintu ini, tapi setelah dicobanya untuk dibuka kembali, secara ajaib pintu itu terkunci. Kejanggalan pada ruangan itu seakan siapa saja tak boleh memasukinya, ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya.
"Ya udah deh, mungkin kamarnya emang dibiarin gitu aja," gumamnya yang lalu membersihkan lemari kecil di ruang tamu, di samping ruangan misterius itu.
Hal aneh kembali terjadi, tepat saat gadis itu membersihkan debu-debu di atas lemari kecil itu, terdengar suara decit pintu yang terbuka. Sang pengasuh cantik itu menoleh ke arahnya.
Pintu ruangan misterius itu kini terbuka sendiri seakan meminta gadis itu untuk memasukinya. Langkah yang takut-takut menghampiri ke ruangan itu, mengintip dari sebalik dinding suasana di dalamnya. Amat gelap meski hanya ada satu penerangan di sana, sangat remang.
"P-permisi," ucapnya seraya melangkah memasuki ruangan itu.
Keinara berjalan perlahan di dalamnya, ia melangkah menuju sebuah ranjang bertirai dan lampu minyak yang menerangi di sekelilingnya. Menyadari bahwa ruangan itu adalah sebuah kamar, segera ia membersihkannya tanpa sepengetahuan Yura.
Suara kicauan burung dan ayam yang berkokok nyaris tak terdengar di kamar itu, padahal letaknya cukup dekat dengan kandang ayam di samping rumah itu. Tak ada yang aneh hanya saja gadis itu merasa ada seseorang yang memperhatikannya dari dalam kegelapan.
"Gimana aku bisa kerja kalo cuma lampu segini," gumamnya.
Bergegas dirinya mencari saklar di kamar itu, cukup sulit untuk mencari memang tapi pada akhirnya gadis itu bisa menemukannya. Jari-jemari halusnya dengan perlahan menekan tombol saklar lampu pada kamar itu, tapi sesuatu hal aneh keluar dari kegelapan dan menyentuh tangan Keinara.
"Aaaah!" jeritnya sesaat setelah tangan aneh menyentuh jemarinya.
Ia merasakan tangan misterius itu berkuku tajam dan begitu kasar, seperti tangan seorang lelaki. Ini sangat janggal mengingat sang pengasuh hanya seorang diri di sana.
Tak ada waktu untuk memikirkan semua itu, bergegas gadis pengasuh membersihkan ruangan misterius tersebut lalu keluar dari tempat yang amat pengap dan lembab.
Rasa penasaran Keinara mulai timbul setelahnya, seakan kamar itu menyimpan sebuah harta karun yang mungkin dapat membongkar tentang rumah ini dan apa kaitanya dengan masa lalunya. Tepat saat tengah malam tiba, entah mengapa gadis itu terbangun dan tidak dapat memejam.
Menatap langit-langit kamar dan mendengar suara burung malam menambah kesan mencekam di rumah itu. Terbangun di tengah malam bagi Keinara sangatlah membosankan, ia lalu terduduk di tepi ranjang kemudian bangkit.
Kepalanya menyembul dari celah pintu kamar, serasa gelap di lorong itu. Suara tangisan memecah keheningan dan sumbernya berasal dari kamar Vanya.
"Ampuuun!" ucap suara yang samar itu.
"Vanya!" gumamnya, segera ia melangkah terburu-buru.
Langkahnya hampir sampai dan tangannya mulai meraih gagang pintu, tepat saat itu daunnya membanting sendiri seakan tak mengizinkan Keinara untuk masuk.
"Buka pintunya!" serunya sambil berusaha mendobrak pintu tersebut.
Teriakan sang pengasuh yang keras membuat Yura dan Lian terbangun.
"Bu, Pak!" seru Keinara seraya terus mendobrak pintu.
"Ada apa ini?" tanya Lian.
"Vanya terkunci dari dalam, Pak,Bu," jawabnya dengan raut yang cemas.
Mendengar itu tentunya orangtua gadis kecil penuh imajinasi itu sangat panik, terlebih saat mereka mendengar rintihan si Mungil dari dalam kamar. Bergegas Lian bersama istri dan pengasuh putrinya mulai mencari bantuan dengan alat yang tersedia.
Keinara terus berusaha untuk membuka pintu sampai majikannya kembali dengan tongkat besi di tangannya. Mereka mencoba sekuat tenaga agar pintu itu mau terbuka, tapi entah ada sihir apa di dalam sana sehingga membuat besi-besi kuat menjadi patah.
"Pa, kita harus gimana?" Yura sangat panik, tubuhnya gemetar mencemaskan putri kecilnya.
Sang gadis pengasuh terdiam sejenak kemudian ia mulai berseru membujuk "orang" yang diduga menyebabkan semua ini.
"Kiyo, kamu lelaki baik, tolong jangan sakiti Vanya ya. Dia temanmu, kamu jangan seperti itu," ucapnya.
Sungguh mengejutkan, pintu kamar Vanya terbuka dengan sendirinya. Bergegas mereka memasuki kamar, melihat gadis kecil itu tengah menangis histeris. Dipeluknya ia seraya menenangkannya, tampak di mata sang pengasuh terdapat bekas cekikan di leher gadis itu.
"Kamu gak apa-apa, Sayang?" Yura mulai menanyakan keadaan putrinya.
Ada raut ketakutan di wajahnya, sepertinya gadis kecil itu amat trauma sampai-sampai tak ingin tidur seorang diri.
"Aku dicekik sama Kak Kiyo. Kak Kiyo marah sama aku," jawabnya terbata-bata.
Peristiwa ini menjadi tanda tanya bagi Keinara. Makhluk halus yang sejak kecil melindungi dan menjaga Vanya entah mengapa berubah menjadi agresif dan ini bukan hanya sekali saja. Bocah itu juga hampir diseret masuk ke kolong ranjang dan beruntungnya Keinara cepat tanggap menolongnya.
"Kak Kei, Vanya takut." Anak mungil itu segera memeluk pengasuhnya.
"Vanya ngelakuin apa sampe Kak Kiyo marah besar?"
"Aku gak ngapa-ngapain kok, Kak. Cuma mau minta izin ngajak Kak Kei ke hutan dekat sungai, terus tiba-tiba Kak Kiyo marah sampe mau nyekik Vanya."
Tubuh gadis kecil itu gemetar mengingat kejadian semalam, ia terus berada di dekapan sang pengasuh cantik itu. Namun Keinara masih tak mengerti kenapa harus meminta izin pada Kiyo jika mengajaknya pergi.
"Terus kenapa gak ngomong langsung ke Kakak? Kenapa harus ke Kak Kiyo dulu?" tanyanya kemudian.
Kepala Vanya perlahan mendongak ke arah wajahnya, dengan gugup ia mengatakan sesuatu hal.
"Kak Kiyo suka sama Kak Kei. Dia gak mau Kakak kenapa-napa," ucapnya membuat Keinara amat terkejut.
Membeku sudah tubuhnya mendengar jawaban yang keluar dari mulut anak itu. Ia tak menyangka jika dirinya disukai oleh sosok tak kasat mata.
~***~
![](https://img.wattpad.com/cover/342576295-288-k971422.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUH
HorrorKisah tentang keluarga dan seorang pengasuh yang diteror oleh hantu penjaga anak kecil.