🧷🧷🧷🧷🧷
"LO APAIN ADEK GW JAEM!"
mendorong Jaemin yang sedang berdiri dipintu ruangan milik Haechan"syut sayang sayang sabar, ga boleh marah marah disini, ini rumah sakit udah ya"
Memisahkan Renjun dari Jaemin yang masih emosi itu"kalo, sampe, adek gw kenapa-napa, gw ga bakalan anggep lo jadi adek gw juga, jaemin"
Lelaki yang diancamnya hanya bisa menunduk, dan terus menundukTak lama datang seseorang yang berlari menghampiri mereka semua, yang dengan tangisannya sangat jelas bahwa itu adalah tangisan dari maenya, mendengar itu Renjun menoleh kearah suara dan benar saja, itu adalah mae nya Ten, dan ketiga orang lainnya Johhny, Jaehyun, dan Taeyong
"renjun dimana haechan, dimana?"
ucap Ten yang menangis sambil menanyakan Haechan pada Renjun, yang juga sedang menangis"haechan masih didalem mae"
"ayah..."
"tenang sayang, pasti haechan ga bakalan kenapa-napa, udah ya"
Johhny memeluk Ten yang masih menangis dan terus menangis"jaemin..."
ucap lirih Taeyong yang memegang pundak Jaemin yang masih menunduk itu, Taeyong mulai memeluk pelan Jaemin, disitulah tangis anaknya pecah, menangisi semua penyesalannya"udah pasti haechan bakalan, baik-baik aja sayang..., percaya sama bubu ya"
mengelus punggung Jaemin, dengan pelukan yang semakin erat"jeno, apa yang sebenarnya terjadi?"
tanya Jaehyun lirih Kepada anaknya"jeno gatau dad, tadi jeno liatnya aja pas haechan udah masuk ambulans"
jawabnya lirih jugaChenle yang kebetulan juga ada disamping mereka sedikit memberi jawaban
"tadi waktu haechan lagi dikantin sama kita, dia dipanggil sama jaemin buat disuruh keatap, kita gatau apa tujuan jaemin manggil haechan, dan waktu kita balik dari kantin, haechan udah jatuh dari atas"
Jaehyun hanya bisa menarik nafasnya panjang
"ada apa lagi mereka berdua? bukankah semula baik-baik saja, dan baru saja pergi dari puncak?, tuhan..."
ucapnya sambil memegangi kepalanyaPintu ruangan Haechan terbuka disitulah mereka langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar
"gimana keaadan anak saya dok?, dia baik-baik saja?"
Tanya Ten yang sambil terus menangis, dokter itu menatap nya lalu menjawab perlahan"jadi begini, saudara haechan mengalami benturan yang sangat keras, dan pendarahan diotak yang banyak yang memungkinkan bisa menjadi gegar otak atau amnesia, namun untuk amnesia kemungkinannya kecil, hanya mungkin dia akan ingat beberapa hal yang terjadi 4 bullan lalu"
"4 bullan lalu dok?"
tanya Jaemin yang kaget mendengarnya"ya itu hanya kemungkinan, dan sekarang haechan mengalami koma"
Setelah mengatakan itu dokter hanya tersenyum untuk menutup kata-katanya dan pergi meninggalkan mereka semua, wah bukankah ini kesalahan besar untuk Jaemin jika benar Haechan akan mengalami gegar otak?Jaemin duduk dikursi tunggu luar ruangan, dia duduk bersebelahan dengan Mark yang sedang menenangkan dirinya
4 bullan terakhir?, berarti dia bakalan lupa sama gw?, sama semua hal yang kita lakuin?, ga, gw gamau, ga ga
Sambil memeganangi kepalanya, ia terus saja menggeleng dan menunduk
"tenang bro, yang dikatain dokter ga akan terjadi, percaya sama gw, lo minta ketuhan"
Ucap Mark mengelus punggung Jaemin pelan"gw khawatir haechan bakalan amnesia mark"
"ga percaya sama gw, ga akan kok min"
Apa yang ditakutkan Jaemin jika Haechan amnesia?
ya secara pernikahan mereka saja baru 2 bullan, sedangkan ingatan Haechan hanya akan ingat 4 bullan yang lalu, otomatis bukankah Haechan akan lupa dengan Jaemin dan semua kenangannya?, itu yang dikhawatirkan oleh Jaemin, dia tak siap jika Haechan melupakannya, namun ya bukankah sebaiknya seperti itu?, secara Jaemin saja masih egois dan ingin kembali pada Minju"alin kamu bawa pulang renjun dulu ya kerumah kamu, atau kalo ga ngerepotin renjun menginap dirumah kamu dulu tidak apa?"
Ucap Johhny memerintahkan Guanlin untuk membawa pulang Renjun yang sudah lemas, dan membengkak matanya karna menangisi adeknya itu"gapapa om, ayo njun"
Guanlin merangkul Renjun sepanjang jalan keluar rumah sakit, agar Renjun tidak jatuh, karna dari matanya dia sudah benar-benar lelah"ten, kau ingin pulang?"
"tidak, aku ingin disini, aku ingin mengerti keadaan anak ku"
"hufftt baiklah, tapi sebaiknya kau ganti baju sebentar ten, baju mu sudah lusuh"
"aku tak memerlukan itu, aku hanya perlu anak ku"
Johhny sudah menyerahkan dengan sifat keras kepala Ten, akhirnya dia menurut dan meng iyakan perkataan Ten itu, sedangkan Chenle dan Yangyang sudah pulang tadi, Taeyong dan Jaehyun masih berada disana, Jeno sudah pulang karna akan ada urusan bersama gang motornya
Dengan tatapan kosong, Jaemin terus saja memikirkan apa yang terjadi tadi, dia memukul Haechan hingga membuat ia ketakutan dan terjatuh, apa yang dilakukan Jaemin?, ego nya terlalu tinggi, ia menginginkan Haechan namun dia belum mengikhlaskan Minju, egois, namun apakah Jaemin menyadari keegoisannya itu?.
Taeyong berpindah tempat duduk, ia sekarang duduk disebelah Jaemin, dan mulai merangkul anak nya itu
"sudah min, haechan akan baik-baik saja, semua sudah takdir, jangan menyalahkan diri sendiri terus menerus, itu juga akan merusak mental mu juga, sudahlah"
Ucapnya pelan, menenangkan dan meyakinkan Jaemin"giamana jaemin ga nyalahin diri sendiri bu?, jaemin yang nyebapin ini semua, haechan jatuh dari lantai 6 karna jaemin bu"
"bubu tau itu min.., tapi ga harus menyalakan diri sendiri terus menerus, sudahlah, itu juga akan membuatmu sakit jaemin..."
Mau seribu orangpun mengatakannya, mau bagaimana pun ini tetap kesalahannya, pikirnya.
"sudah lah tae.."
"tapi je"
Jaehyun menatap Taeyong, yang mengartikan biarkan saja Jaemin seperti itu dulu, agar dia merenungkan masalahnya terlebih dahulu, akhirnya Taeyong mengalah dan membiarkan Jaemin seperti itu dulu.
...(◍•ᴗ•◍)❤...