Kringgg!
Bel sudah berbunyi, menandakan waktu ujian telah berakhir. Hari ini adalah hari terakhir ujian dilaksanakan. Semua siswa bersorak gembira, termasuk Adiva dan Zea. Mereka keluar ruangan dengan ceria, karena dapat mengerjakan ujian dengan baik.
"Pacar om-om lo udah jemput, Div?" Tanya Zea pada Adiva dengan tangan yang masih setia melingkar di pundak Adiva.
Tidak terima disebut om-om, Adiva menggeplak kepala Zea. Hal itu membuat Zea meringis pelan.
"Enak aja lo! Ganteng gitu dibilang om-om!" Ucap Adiva membela sang kekasih.
"Iya-iya. Maksud gw cowok lo yang paling ganteng dan tajir di kota ini." Balas Zea malas.
"Lo suka sama cowok gw, ya? Kok muji-muji gitu?" Tanya Adiva menatap Zea penuh selidik.
"Aaah, serah lo lah, anjir! Capek gw ngomong sama lo!" Jengah Zea dan berlalu meninggalkan Adiva.
Bersamaan dengan itu Adiva tertawa, melihat sahabatnya yang merajuk. Padahal dia hanya ingin bercanda saja.
"Tungguin dong, Ze!" Adiva mengejar Zea dan menyamakan langkahnya.
"Utututu... Gitu aja ngambek!" Goda Adiva sambil mencubit gemas pipi Zea. Sedangkan Zea hanya memutar kedua bola matanya, malas dengan kelakuan Adiva.
"Sopir pribadi lo udah nungguin tuh!" Tunjuk Zea menggunakan dagunya saat sampai di gerbang.
Adiva mengikuti pandangan Zea, terlihatlah sosok pria dewasa yang tengah bersandar di mobilnya. Senyum Adiva mengembang, saat mengetahui itu kekasihnya.
Daffa mengenakan setelan kemeja berwarna biru dan dipadukan dengan celana hitam. Lengannya dia lipat sampai siku. Tangannya yang bersedekap di depan dada, memperlihatkan otot kekarnya. Ditambah senyuman yang manis, membuat Adiva semakin tergila-gila pada kekasihnya.
"Ceileh, iri? Bilang bos!" Ledek Adiva pada Zea dengan gaya tengilnya. Zea meliriknya sinis.
"Dih, ngapain gw iri? Nih ya, kalo gw mau, udah gw pacarin tuh crazy rich yang ngejar-ngejar gw!" Ucap Zea asal yang membuat dahi Adiva mengernyit.
"Emang ada?" Zea menghela napas panjang.
"Gaada sih." Seketika tawa Adiva pecah. Zea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Dahlah, gw pulang dulu, bye!" Zea melambaikan tangannya dan berlalu meninggalkan Adiva.
"Take care ya!" Zea hanya menjawab dengan acungan jempol.
Adiva berjalan menghampiri Daffa yang sudah menunggunya sejak tadi. Adiva langsung memeluk Daffa dengan sayang. Daffa membalas pelukannya dan mengecup puncak kepala Adiva.
"Pulang yuk!" Ajak Daffa sambil membenarkan anak rambut Adiva yang berantakan.
Adiva mendongak untuk menatap kekasihnya. Dia tersenyum dan mengangguki ajakan kekasihnya.
***
Jalanan sore ini cukup ramai. Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Adiva. Adiva bertanya-tanya saat mendapati banyak mobil yang terparkir di halaman rumahnya.
"Kok rame banget?" Gumam Adiva yang masih bisa di dengar oleh Daffa.
"Mami sama papi aku udah di dalem, turun yuk!" Ajak Daffa yang membuat Adiva semakin bingung.
"Ada acara apa mas? Kok banyak orang?" Dahi Adiva mengernyit menatap sang kekasih.
"Lamaran kita sayang!" Jelas Daffa sambil mengusap kepala Adiva lembut.
"What!? Secepet itu? Belum juga lulus." Batin Adiva sambil menatap tak percaya kearah kekasihnya.
Ya, sebelum ujian berlangsung, Adiva memang sudah menyetujui ajakan Daffa untuk menikah setelah lulus. Karena Daffa selalu saja membuatnya cemburu dengan kedekatannya dengan wanita yang cantik dan sexy. Tapi, dia tidak menyangka jika Daffa akan melakukannya secepat ini. Meskipun dia yakin sudah pasti lulus, tetap saja ini terlalu mendadak baginya.
SEGINI CUKUP KALI YA?
TUNGGU PART SELANJUTNYA!
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN SETELAH BACA!ENJOY GUYS!
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA ❗❗❗ [Update setiap hari] Jangan lupa vote ya! Kasih tau kalo ada typo ya! Cerita ini tentang seorang gadis SMA yang memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya setelah lulus sekolah. Dia rela mengorbankan masa muda dan cita...