Part 25

461 11 0
                                    

Sore ini setelah menyelesaikan kuliahnya, Zea menemani Adiva untuk melihat apartemen, sesuai janjinya kemarin. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja menuju apartemen yang tidak terlalu jauh dari kampus mereka. Adiva sudah mengatakan itu pada Daffa sebelumnya, dan Daffa menyetujuinya.

Sampai di apartemen, Adiva dan Zea langsung menuju unit apartemen yang Adiva inginkan. Mereka memasuki lift untuk menuju laintai 5. Hanya ada mereka di dalam lift. Zea sibuk memainkan ponselnya, sedangkan Adiva sibuk meneliti bentuk tubuhnya.

"Ze!" Panggil Adiva yang membuat Zea menoleh menatapnya.

"Apa?"

"Menurut lo, badan gw menarik ga sih?" Tanya Adiva sambil menunduk menatap badannya yang rata. Mendengar itu Zea menaikkan sebelah alisnya dan menatap aneh kearah sahabatnya itu.

"Ngga! Gw masih normal," Jawab Zea santai lalu kembali menatap ponselnya.

"Bangke lo! Maksud gw ga gitu, anjirr!"

"Lagian lo aneh banget, tiba-tiba nanya begituan."

Ting!

Pintu lift terbuka saat sudah sampai di lantai 5. Mereka pun segera keluar menuju unit apartemen yang ada di paling ujung.

"Gw insecure tau," Ucap Adiva sambil memainkan kuku-kuku jarinya.

Zea memasukkan ponselnya ke saku celananya dan menatap Adiva tanpa menghentikan langkahnya.

"Kenapa?"

"Badan gw rata, njirr. Sedangkan di kantor, Mas Daffa selalu dikelilingi cewek-cewek sexy. Pokoknya body goals banget lah. Gw jadi takut kalo Mas Daffa tergoda," Ucap Adiva diakhiri dengan menghela nafas panjang. "Bantuin gw dong, Ze!" Pinta Adiva menatap Zea penuh harap.

Zea menganggukkan kepalanya berkali-kali sebagai tanda bahwa dia memahami masalah yang dialami sahabatnya. Setelah diam beberapa saat, Zea menghentikan langkahnya. Adiva pun ikut menghentikan langkahnya dan menatap Zea.

Zea meneliti badan Adiva dari atas sampai bawah. Tangannya memutar badan Adiva untuk melihat keseluruhan. Adiva hanya pasrah dengan kelakuan sahabatnya. Harap-harap Zea bisa membantunya.

"Hmm, badan lo udah ideal, sih. Tapi, payudara sama bokong lo kok tepos, ya?" Gumam Zea sambil memegang dagunya dan berpikir keras untuk mencari solusi. Tatapannya pun terus meneliti setiap lekuk tubuh Adiva.

"Nanti deh, gw pikirin caranya. Sekarang liat apartemen dulu, keburu malem."

Adiva menghela nafas kecewa saat dia harus menunggu solusi dari sahabatnya. Tanpa semangat dia kembali melangkahkan kakinya bersama Zea. Tapi baru beberapa langkah, lengan Adiva di senggol dari belakang.

"Awh!" Ringis Adiva pelan.

"Maaf mba, saya ga sengaja!" Ucap seorang gadis yang berlalu melewati Adiva dan Zea tanpa menoleh.

Gadis dengan pakaian yang sangat minim dan ketat, membuat lekukan tubuhnya terlihat begitu jelas. Yang lebih menjadi pusat perhatian Adiva dan Zea adalah gadis itu tengah memapah pria yang sepertinya tengah mabuk.

Adiva dan Zea saling menatap, seakan tengah berbicara melalui sorot mata mereka. Sepertinya usia gadis itu jauh lebih muda dari mereka.

"Lo nangkep pikiran gw, Div?" Adiva pun mengangguk.

"Yakin mau beli apart di sini? Gw rasa dia cewek nakal." Bisik Zea sambil terus menatap kearah gadis dan pria itu sampai memasuki apartemen mereka yang ternyata tepat di hadapan unit yang akan Adiva tempati.

"Gapapa lah, biarin aja. Lagian gw ga tinggal bareng dia," Jawab Adiva setelah berpikir sejenak.

Merekapun melanjutkan langkahnya sampai tiba di unit apartemen yang mereka tuju. Adiva dan Zea terpukau dengan isi apartemen tersebut. Mereka tidak menyangka jika apartemen ini ternyata melebihi ekspektasi mereka.

"Gila! Selera lo oke juga ternyata!"

"Iya dong. Raguin gw, lo?" Ucap Adiva sedikit songong. "Setelah ini gw bisa langsung pindah kesini sama Mas Daffa." Ucap Adiva senang, lalu berjalan untuk melihat apartemen lebih dalam.

"Tapi, gw jadi jauh sama lo dong!" Ucap Zea lesu sambil memainkan sebuah miniatur yang ada di meja dekat pintu.

"Melow banget lo! Kan lo bisa nginep di sini, kamarnya ada dua kok," Ucap Adiva lalu menarik lengan Zea untuk duduk di living room.

"Ogah ah! Nanti gw jadi obat nyamuk," Ucap Zea dengan bibir yang maju beberapa senti. Tangannya pun dia lipat di depan dada menatap Adiva sebal.

"Yaudah," Adiva mengedikkan bahunya acuh.

"Btw, kepala lo udah sembuh, Ze?" Tanya Adiva yang baru saja teringat jika dia lupa menanyakan keadaan sahabatnya itu.

"It's much better."

"Bagus deh!"

Mereka pun sama-sama terdiam. Masih ada waktu 30 menit sebelum mereka pulang. Bukan apa-apa, Adiva harus sudah di rumah sebelum jam 6, itu perintah suaminya. Sedangkan Zea? Sebenarnya dia bebas saja pulang jam berapapun, tapi dia lebih memilih menemani sahabatnya pulang.

Adiva menyandarkan kepalanya pada  sofa dan memejamkan mata, begitupun dengan Zea. Suasana diantara mereka sangat hening dan tenang. Akhirnya Zea membuka pembicaraan.

"Div!"

"Hmm?"

"Gw mau cerita tentang Kak Niko," Ucap Zea yang membuat Adiva reflek membuka matanya.

Adiva kembali duduk tegak dan menatap Zea yang masih setia menutup matanya. Sebenarnya Adiva ingin menanyakan hal ini sejak tadi. Tapi, dia lebih memilih untuk menunggu Zea yang bercerita sendiri padanya.

"Cerita aja! Gw dengerin kok."

"Sebenernya----"

UDAH DULU YA HEHE...

GANTUNG BANGET YA?

YAUDAHLAH SABAR AJA, CERITA ZEA AKU TULIS DI NEXT PART AJA BIAR GA KEPANJANGAN DI PART INI.

KALO GA MALES, BESOK AKU UPDATE LAGI.

JANGAN LUPA KLIK BINTANG DI POJOK KANAN YA GUYS!

SEE U NEXT PART!

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang