Part 33

505 9 0
                                    

HAI GUYS!

SORRY YA KEMARIN GA SEMPET UPDATE

SEMOGA SUKA SAMA PART INI

ENJOY GUYS!

***

Disebuah club malam, akhirnya menjadi tempat pelarian Adiva untuk menghilangkan rasa sedihnya. Sudah hampir satu botol wine dia habiskan sendiri. Kepalanya mulai terasa pening, dan akhirnya dia menyandarkan kepalanya di kepala sofa tanpa melepaskan gelas di tangannya.

Sedangkan Tristan yang sejak tadi mengikuti Adiva, hanya memantaunya dari kejauhan. Saat Adiva sudah mulai mabuk, Tristan baru menghampiri gadis itu.

"Div, jangan minum lagi!" Ucap Tristan yang kini sudah duduk di samping Adiva dan merebut gelas yang ada di tangannya.

"Hm? Balikin! Jangan ganggu gw!" Gumam Adiva sambil berusaha mengambil gelas yang Tristan ambil.

Adiva belum sadar jika Tristan yang ada di sampingnya. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali agar bisa melihat lelaki yang ada di sampingnya. Karena pencahayaan yang gelap dan remang-remang, Adiva sedikit menyipitkan matanya.

"Kak Tristan?"

"Iya, ini gw. Lo kenapa minum-minum gini, sih?" Tanya Tristan menatap gadis di hadapannya.

"Gw lagi menikmati hidup, kak. Lo mau? Kita minum bareng aja!" Ajak Adiva sambil meraih gelas yang Tristan letakkan di meja.

Dengan cepat Tristan mencekal tangan Adiva, "Jangan minum lagi! Ayo, gw anter pulang!" Tegas Tristan yang membuat Adiva menatapnya tidak suka.

"Ngga! Gw gamau ketemu sama orang yang udah nyakitin gw. Kalo lo mau pergi, pergi aja! Gausah ngajak gw!" Tegas Adiva lalu meraih botol wine dan meneguknya langsung.

Rahang Tristan mengeras. Entah apa yang Adiva alami sampai membuatnya seperti ini. Dia tidak suka melihat Adiva seperti ini, akhirnya dia menarik paksa Adiva, dan mengajaknya keluar.

Adiva berusaha berontak dengan tenaganya yang tidak seberapa itu. Sampai akhirnya kepalanya terasa berdenyut dan dia jatuh pingsan.

***

Adiva mengernyit saat kesadarannya mulai kembali. Pencahayaan yang sangat terang membuatnya mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke natranya. Dia melihat kanan dan kirinya, semuanya terasa asing.

Adiva mencoba untuk bangkit dari tidurnya, tapi kepalanya kembali berdenyut saat dia duduk. Bersamaan dengan itu, pintu kamar terbuka.

"Kak Tristan? Lo--gw--" Ucap Adiva terkejut saat Tristan lah yang masuk.

Adiva reflek menunduk untuk melihat pakaiannya. Dia bernafas lega saat pakaiannya masih sama dan tidak ada yang berubah, hanya sedikit berantakan  saja. Adiva kembali mendongak untuk menatap Tristan yang kini berjalan kearahnya membawa makanan.

"Udah bangun? Gimana keadaan lo? Masih pusing?" Tanya Tristan setelah meletakkan makanan itu di nakas dan dia duduk di tepi ranjang.

"Gw gapapa kok, kak. Kenapa gw ada di sini?" Tanya Adiva berusaha mengingat kejadian semalam. Yang Adiva ingat hanyalah dia sedang mabuk dan semuanya gelap.

"Semalem gw liat lo lagi mabuk di club, pas mau gw anter pulang lo gamau. Gw panik banget waktu lo tiba-tiba pingsan. Karena gatau mau kemana, akhirnya gw bawa lo ke apart gw," Jelas Tristan.

"Kalo boleh tau, kenapa lo bisa main ke bar kek gitu? Gw kira, lo cewek alim," Tanya Tristan yang diakhiri dengan kekehan. Dia penasaran saja dengan alasan Adiva yang sampai sebegitunya setelah keluar dari restoran semalam.

Adiva menghela nafas saat mengingat kejadian saat di restoran semalam, "Gw lagi menikmati masa muda aja, kak. Btw, thanks ya udah nolongin gw!" Ucap Adiva tersenyum tulus.

Tristan tau jika Adiva berbohong, tapi dia tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan Adiva. Yang ingin dia lakukan saat ini hanyalah menjaga dan melindungi Adiva.

"Santai aja! Nih, makan dulu! Sorry ya, gw tinggal sendiri, jadi cuma bisa ngasih lo makanan go food," Ucap Tristan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Makasih kak, tapi sepertinya gw harus pulang sekarang," Tolak Adiva halus dan mulai beranjak dari tempat tidur.

Saat ingin berdiri, kepala Adiva kembali berdenyut dan tubuhnya kembali duduk di kasur.

"Lo masih pusing, Div. Mending sarapan dulu, nanti gw anter lo pulang," Ucap Tristan lalu meraih piring yang ada di nakas.

"Mau makan sendiri atau gw suapi?" Tanya Tristan sedikit menggoda yang langsung dihadiahi Adiva dengan sebuah pukulan keras di lengannya.

Tristan terkekeh pelan melihat tingkah Adiva. Hatinya merasa sangat bahagia bisa sedekat ini dengan Adiva. Pasalnya Adiva selalu menghindarinya selama ini.

Akhirnya Adiva menurut, dia meraih piring di tangan Tristan dan mulai memakan sarapannya.

"Lo ga makan, kak?" Tanya Adiva saat Tristan terus saja memperhatikannya. Dia merasa tidak nyaman, tapi dia sadar diri, sekarang dia sedang berada di tempat lelaki itu dan sudah terlalu merepotkannya.

"Gw udah makan tadi, sebelum lo bangun."

Adiva hanya mengangguk dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Hanya hening di antara mereka, sampai suara ketukan pintu memecah keheningan.

Tok! Tok! Tok!

"Gw liat dulu, lo lanjut makan aja!" Ucap Tristan lalu berlalu pergi meninggalkan Adiva yang bernafas lega.

Dari yang awalnya hening, Adiva mulai mendengar keributan di luar. Karena penasaran, akhirnya dia beranjak menuju luar untuk melihat keadaan.

"Minggir! Lo sembunyiin di mana istri gw!?"

Suara itu, suara yang tidak asing bagi Adiva. Benar saja, saat Adiva keluar, tatapannya langsung bertemu dengan Daffa. Laki-laki itu terlihat sangat marah dan penampilannya sangat berantakan. Adiva masih ingat lelaki itu memakai pakaian yang sama seperti semalam. Ternyata Daffa datang bersama Zea, Niko, dan Noah yang kini berdiri di belakangnya.

"Lo siapa? Jangan rusuh di apart gw!" Ucap Tristan mulai terpancing emosi.

"Adiva, ayo pulang!" Ucap Daffa yang membuat seluruh mata menatap kearah  Adiva yang masih terdiam di depan pintu kamar.

Melihat Adiva yang tidak bereaksi, Daffa berniat untuk menghampirinya, tapi Tristan menghalanginya.

"Lo kenal sama dia, Div?" Tanya Tristan.

"Iya, dia suami gw," Ucap Adiva lalu memalingkan wajahnya, "Suami yang udah selingkuh dari gw," Lirih Adiva.

GIMANA NIH PART INI?

JANGAN LUPA KLIK VOTE DI POJOK KIRI YA GUYS!

SEE U NEXT PART!

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang