"Gw maunya dikejar, bukan mengejar."
Zea Amanda
***
"Sebenernya---gw udah kenal sama Kak Niko dari 5 tahun yang lalu."
"Hah!? Kok bisa!?" Pekik Adiva terkejut yang membuat Zea menutup kedua telinganya yang berdengung akibat suara melengking sahabatnya.
Zea menegakkan duduknya dan menatap Adiva, bersiap untuk bercerita.
Flashback on!
5 tahun yang lalu, tepatnya seminggu setelah papa Zea meninggal. Gadis itu tengah duduk sendirian di taman dengan air mata yang membanjiri pipinya. Dia tengah menatap seorang gadis kecil yang sedang bermain ayunan dengan ayahnya. Hal itu membuat Zea teringat dengan papanya, karena dulu dia sering bermain ke taman ini bersama papanya, sebelum adiknya lahir.
"Zea kangen sama papa," Gumamnya lalu menunduk dalam, menyembunyikan wajah sembabnya.
Zea kembali terisak dengan bahu yang sedikit bergetar, menahan sesak di dadanya. Dia memang lebih dekat dengan papanya daripada dengan mamanya. Jadi, setelah kepergian papanya, dialah yang paling terpukul.
Radit, papa Zea meninggal karena sebuah kecelakaan lalu lintas. Saat pulang kerja, tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang menabrak mobil Radit dari belakang dengan keras. Hantaman itu membuat kedua mobil itu terpental jauh dan memakan 2 korban meninggal dunia, yaitu Radit dan orang yang menabraknya. Kejadian itu diduga terjadi karena orang yang menabrak Radit tengah mabuk-mabukan.
"Kamu kenapa?" Tanya seorang cowok yang tangah berdiri di hadapan Zea.
Zea sedikit mengangkat kepalanya dan melihat cowok itu masih mengenakan seragam sekolahnya. Dengan cepat dia mengusap air mata dan ingusnya yang ada di mana-mana. Ekspresinyapun langsung berubah datar.
"Aku gapapa," Ucap Zea lalu mengalihkan pandangannya.
Cowok itu lalu duduk di samping Zea dan menyodorkan sebuah es krim kepada Zea.
"Nih, buat kamu!"
Zea menatap es krim dan cowok itu bergantian dengan mengangkat sebelah alisnya. Zea sedikit terpukau saat cowok itu menatapnya dengan senyuman manis.
"Katanya, kalo makan es krim itu bisa hilangin sedihnya. Coba deh!" Ucapnya sambil membukakan bungkus es krim berbentuk kerucut itu untuk Zea.
Dengan ragu Zea menerima es krim itu dan memakannya. Rasa manis dan dingin berhasil membuat Zea lebih tenang. Seulas senyum tercipta di bibirnya begitu saja.
Melihat Zea tersenyum, cowok itu pun ikut tersenyum dan terus menatap Zea dengan tatapan hangat.
"Makasih, kak," Ucap Zea tulus sambil menatap cowok itu.
Zea memanggilnya 'kak' karena sudah jelas cowok itu lebih tua darinya. Zea masih SMP, sedangkan cowok itu sudah SMA, terlihat dari seragam putih abu-abunya.
"Sama-sama," Ucap cowok itu dengan tangan terulur untuk mengusap cokelat yang ada di sudut bibir Zea. "Btw, nama kamu siapa?"
"N-nama aku Zea Amanda, kak," Jawab Zea gugup setelah mendapat perlakuan manis dari cowok itu.
Ini pertama kalinya Zea merasa gugup dan salah tingkah di tatap penuh kelembutan oleh seorang cowok. Saking gugupnya, dia tidak berani menatap mata cowok itu lagi. Dia kembali memakan es krimnya untuk menutupi rasa gugup itu.
"Zea Amanda? Kalo aku panggil Amanda boleh?" Tanya cowok itu sambil memiringkan kepalanya agar bisa melihat wajah Zea yang tertutupi rambut dari samping.
"Boleh."
"Oke! Kenalin, nama kakak, Niko," Ucap Niko memperkenalkan diri. Zea hanya mengangguk sebagai jawaban.
Akhirnya mereka duduk di sana hingga senja tiba. Mereka tidak bicara lagi, sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Flashback off!
"Sejak saat itu gw sering nungguin dia pulang sekolah di sana. Kita main dan bercanda bareng. Sampai akhirnya, gw nyaman sama dia," Ucap Zea tersenyum sambil membayangkan wajah Niko yang manis dengan tatapan lembutnya.
"Tapi, setelah seminggu berlalu, dia ga pernah dateng lagi ke taman itu buat nemuin gw. Gw kecewa, tapi gw selalu nunggu dia di sana dan berharap dia dateng," Senyum Zea berubah kecut saat mengatakan hal itu. Sedangkan Adiva masih setia mendengarkan cerita Zea sampai selesai.
"Sampai akhirnya suatu hari gw mulai capek buat nunggu dia di sana. Gw memutuskan untuk pulang dan gaakan nunggu dia lagi. Tapi, tiba-tiba aja dia dateng."
"Gw seneng banget, dia bawain gw es krim kaya pertama kali kami ketemu. Sayangnya, itu pertemuan terakhir gw sama dia. Dia nemuin gw karena mau pamit pindah keluar kota sama keluarganya. Dia ngasih gw gelang ini sebagai kenang-kenangan," Jelas Zea sambil menatap gelang yang melingkar di tangannya.
"Gw ga nyangka bisa ketemu sama dia lagi. Bahkan kita sekampus sama dia. Meskipun awalnya dia ga ngenalin gw."
Adiva mengusap bahu Zea untuk memberi kekuatan, "Terus kemarin waktu lo dianterin pulang, gimana?"
"Rasanya jadi canggung banget. Tapi, setelah ngobrol dan bercanda, kami jadi seperti dulu lagi. Gw rasa, perasaan gw ke dia akan muncul lagi."
"Dia first love gw, Div," Jelas Zea lalu menatap Adiva yang kini ekspresinya berubah sebal.
"Kok lo ga pernah bilang sama gw kalo punya crush anak SMA dulu?" Tanya Adiva tidak terima, menatap Zea dengan mata menyipit.
Zea langsung menarik tengkuk Adiva dan memeluk kepalanya gemas. "Gw malu anjirr! Takut lo bully!"
Adiva terus memberontak dan melepaskan tangan Zea dari kepalanya. Dia merapikan rambutnya yang berantakan dan menghela nafas panjang, "Mana mungkin gw ngebully lo. Kalo tau dari dulu gw akan dukung lo kok."
Zea hanya menatap malas kearah sahabatnya itu. Dia pun beranjak dari duduknya dan mengajak Adiva untuk segera pulang. Mengingat langit sudah mulai gelap dan malam akan segera tiba.
"Gimana Ze? Mau gw bantu buat dapetin Kak Niko?" Tanya Adiv sambil merangkul pundak Zea dan melangkah keluar apartemen.
Zea melirik Adiva yang kini menaik-turunkan alisnya. Dia menghela nafas dan menepis tangan sahabatnya itu.
"Gausah! Gw maunya dikejar, bukan mengejar."
GIMANA NIH PART INI?
SESUAI EKSPEKTASI GA?
JANGAN LUPA KLIK BINTANG DI POJOK KIRI YA...
SEE U NEXT PART!
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA ❗❗❗ [Update setiap hari] Jangan lupa vote ya! Kasih tau kalo ada typo ya! Cerita ini tentang seorang gadis SMA yang memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya setelah lulus sekolah. Dia rela mengorbankan masa muda dan cita...