SORRY GUYS BARU BISA UPDATE SEKARANG
KEMARIN AKU SIBUK BANGET, JADI GA SEMPET BUAT UPDATE
ENJOY YAA!
***
"What's up, bro!" Sapa Noah saat Daffa baru saja sampai. Mereka saling menjabat tangan dan berpelukan singkat.
"All good here. How about you?"
"I'm good," Ucap Noah lalu menggiring Daffa untuk duduk.
"Ekhem!" Dehem seorang wanita yang tengah duduk satu meja dengan mereka. "Mentang-mentang gw cewek sendiri jadi dilupain," Gerutunya memasang wajah sedih.
"Baperan amat lo, Ca!" Sarkas Noah yang diakhiri dengan tawa.
Daffa, Noah, dan Caca sudah bersahabat sejak kuliah di London. Caca yang mengambil jurusan kedokteran dengan Daffa dan Noah yang mengambil jurusan managemen bisnis.
Memiliki nasib yang sama, berjuang di negara orang, membuat mereka menjadi dekat dan bersahabat sampai saat ini. Persahabatan antara cewek dan cowok, tidak mungkin jika salah satunya akan jatuh cinta.
Itulah yang Caca rasakan pada Daffa. Saat kuliah dulu, mereka sempat berpacaran selama satu tahun. Tapi hubungan mereka harus berakhir karena setelah lulus Daffa harus kembali ke Indonesia untuk mengurus bisnis keluarganya dan Caca tetap tinggal di London karena harus menyelesaikan program studinya.
Caca yang tidak bisa menjalani LDR, akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Daffa. Meski begitu, mereka tetap menjadi sahabat seperti sekarang.
"Apa kabar, Ca?" Tanya Daffa setelah duduk.
"I'm good. Istri lo ga ikut?"
"Ngga, dia lagi sama sahabatnya."
"Zea, maksud lo?" Tanya Noah ikut nimbrung.
Daffa mengangguk dan mengangkat tangannya untuk memanggil witers.
"Yahhh, sayang banget. Padahal gw pengen kenalan sama istri lo," Ucap Caca menghela nafas pelan setelah menyeruput kopinya.
"Salah sendiri kemarin ga dateng waktu mereka nikah," Sarkas Noah yang membuat Caca mencebikkan bibirnya.
"Emang lo rela kalo Daffa nikah sama cewek lain?" Sambung Noah yang langsung mendapat pukulan di lengannya.
"Watch your word, guy!" Peringat Caca dengan jari telunjuk yang mengarah ke wajah Noah.
"Keep calm, babe!" Ucap Noah dengan mengangkat tangannya membentuk peace dan mencium Caca dari jauh.
Daffa yang melihat interaksi antara kedua sahabatnya itu hanya bisa menggeleng heran. Dia lebih memilih memainkan ponselnya untuk mengirim chat pada istrinya. Tapi sudah 10 menit, Adiva tidak juga membalas pesannya.
"Silahkan, pak!" Ucap seorang witers yang mengalihkan perhatian Daffa dari ponselnya.
"Terima kasih," Ucap Daffa ramah sebelum witers itu pergi.
Daffa meraih secangkir cappucino yang dia pesan dan meminumnya. Dia melirik kedua sahabatnya yang kini tidak lagi bersuara dan lebih sibuk dengan ponsel masing-masing.
"Ini mau reuni atau nontonin kalian main ponsel?" Sindir Daffa yang membuat kedua sahabatnya langsung nyengir menatapnya.
"Hehe, sorry, Daf. Masalah kerjaan ini, urgent!" Ucap Noah sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Caca hanya mengangguk, menyetujui ucapan Noah.
"Btw, masalah yang kemarin, istri lo udah tau, Daf?" Tanya Caca membuka topik pembicaraan.
"Udah."
"Bentar, masalah apa nih? Kok gw gatau?" Tanya Noah penasaran.
"Kepo amat, lo!" Ucap Caca yang membuat Daffa terkekeh pelan melihat ekspresi Noah yang terlihat sebal dengan ucapan Caca.
"Ouh, jadi kalian mau main rahasia-rahasiaan sama gw?" Ucap Noah menatap Daffa dan Caca bergantian.
"Gw juga punya rahasia, kok," Lanjutnya dengan nada tidak terima.
"Rahasia?" Daffa mengangkat sebelah alisnya, "Maksud lo, rahasia kolor upin-ipin yang lo pake?"
Ucapan Daffa berhasil membuat mata Noah membulat sempurna karena terkejut. Bagaimana bisa sahabatnya itu tau tentang kolor yang dia pakai saat ini? Hal itu benar-benar membuat Noah malu.
"Hahahah, anjirr! Serius, No?" Tanya Caca tidak percaya dengan tawa tanpa henti.
"Bangke lo, Daf!" Ucap Noah dengan pipi merah padam karena malu.
Daffa dan Caca tertawa puas melihat Noah yang tengah malu.
***
Di sisi lain, Adiva dan Zea tengah sibuk berkutat dengan laptop yang ada di hadapan mereka. Mereka duduk di living room dengan camilan yang berserakan di meja.
"Keknya yang ini bisa lo coba deh, Div," Ucap Zea sambil membaca artikel yang mereka buka.
"Ini kan buat dada aja, Ze. Terus bokong gw gimana, dong?" Tanya Adiva sambil menatap Zea polos.
Ya, inilah alasan Adiva sangat ingin Daffa pergi. Dia dan Zea sibuk memikirkan cara agar tubuh Adiva menjadi lebih berisi dan sexy, seperti yang Zea janjikan waktu itu untuk membantu Adiva.
"Kalo itu, mungkin lo bisa ikut---ngegym?" Tanya Zea sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Ngegym?"
"Iya, nanti minta tolong sama Kak Niko aja," Ucapnya santai yang membuat Adiva menahan senyumnya.
"Ouh, jadi ini maksud lo?" Tanya Adiva dengan senyum jahil.
"Hah? Apa?" Tanya Zea gugup sambil menatap Adiva bertanya.
"Bilang aja lo pengen deket-deket sama Kak Niko, ya kannn?" Goda Adiva sambil menyenggol lengan Zea dengan alis yang bergerak naik turun.
Kini pipi Zea sudah memerah bak kepiting rebus. Hal itu membuat Adiva semakin gencar untuk terus menggodanya.
"Ciee... Udah sejauh apa hubungan lo, hm?"
"Apa sih? Fokus dong, Div!" Ucap Zea mengalihkan pembicaraan dengan salah tingkah. Hal itu membuat tawa Adiva semakin pecah.
"Hahahah, iya iya..."
GIMANA NIH PART INI?
JANGAN LUPA KLIK TANDA BINTANG DI POJOK KIRI YA!
SEE U NEXT PART!
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA ❗❗❗ [Update setiap hari] Jangan lupa vote ya! Kasih tau kalo ada typo ya! Cerita ini tentang seorang gadis SMA yang memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya setelah lulus sekolah. Dia rela mengorbankan masa muda dan cita...