"Gitu ya? Thanks ya udah bantuin gw! Sorry kalo jadi ngrepotin lo!" Ucap Daffa pada orang yang tengah bertelfonan dengannya.
"Santai aja lah, Daf! Btw, kasih tau istri lo juga biar dia ga salah paham!"
"Mungkin ga dulu deh."
"Loh, kenapa? Bukannya nanti dia akan salah paham kalo lo ga ngomong?"
"Tapi gw gamau buat dia sedih." Jawab Daffa dengan yakin.
"Yang sedih siapa, mas?" Itu bukan suara dari telfon, melainkan Adiva yang tiba-tiba ada di ambang pintu.
Dengan gugup Daffa langsung memutuskan panggilannya secara sepihak. Daffa terus menatap Adiva tanpa berniat untuk menjawab.
Adiva langsung menghampiri Daffa dan duduk di sampingnya. Dia beringsung agar lebih dekat dengan Daffa dan memeluknya. Adiva mendongak menatap wajah suaminya untuk menunggu jawaban.
"Gaada sayang, kamu salah denger!" Bohong Daffa sambil mengecup kening istrinya dan mengeratkan pelukannya.
"Ooh, emang telfonan sama siapa sih? Pas aku masuk, kok langsung dimatiin?" Tanya Adiva penuh selidik. Daffa hanya bisa menghela nafas panjang.
"Cewek, ya?" Tuduh Adiva tepat sasaran.
Tak biasanya Daffa seperti itu, biasanya dia tidak masalah jika ada Adiva saat sedang telfonan. Hal itu membuat Adiva semakin curiga dan membuatnya berpikir berlebihan.
"Kamu selingkuh dari aku?" Dengan cepat Adiva menjauh dari suaminya dengan merengut sebal.
"Sayang!" Adiva menepis tangan Daffa saat ingin menyentuhnya.
Deru nafas Adiva memburu dengan dada yang terasa sesak menahan sakit. Dia tidak menyangka jika Daffa akan setega itu padanya.
"Mas ga selingkuh! Punya kamu aja, mas udah bersyukur banget." Ucap Daffa memcoba untuk merayu istrinya.
Adiva tidak menjawab. Dia lebih memilih untuk memalingkan wajahnya dengan tangan yang menyilang di depan dada.
Saat Daffa kembali mendekat, Adiva terus menjauh. Kini Adiva beralih duduk di sofa yang ada di kamarnya.
Dengan sabar Daffa mengikuti Adiva dan memeluknya dari samping. Tapi, lagi-lagi Adiva melepaskannya dan menggeser duduknya.
"Mana mungkin aku selingkuh kalo aku punya istri secantik kamu, hmm?" Ucap Daffa sambil menggeser duduknya agar semakin dekat dengan Adiva.
Tangannya terulur untuk mengusap surai istrinya, dengan cepat Adiva menepis tangan suaminya.
"Gombal, gausah pegang-pegang!" Peringat Adiva yang membuat Daffa mengurungkan niatnya.
Mereka pun sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Sampai akhirnya Adiva ingin beranjak, tapi dengan cepat Daffa menghentikannya dengan meletakkan tangannya dihadapan Adiva. Daffa segera mengunci pergerakan Adiva dengan kedua tangannya yang berada di antara kepala Adiva.
Adiva menatap sebal kearah Daffa. "Minggir!" Tangannya berusaha untuk mendorong Daffa agar menjauh. Tapi tenaganya tak sebanding dengan tubuh besar Daffa yang tak bergerak sedikitpun akibat dorongannya.
Daffa tak mengucapkan sepatah kata sama sekali. Dia terus menatap lekat Adiva dan memperhatikan setiap pergerakannya.
Ditatap lekat seperti itu membuat Adiva bergerak tidak nyaman. Dia merasa takut saat Daffa hanya diam tanpa berucap.
"Adiva!" Panggil Daffa lembut yang berhasil membuat Adiva semakin menciut.
Ketika sudah memanggil dengan sebutan nama, artinya Daffa tengah marah padanya. Adiva pun mulai tenang dan menatap Daffa dengan menggigit bibir bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA ❗❗❗ [Update setiap hari] Jangan lupa vote ya! Kasih tau kalo ada typo ya! Cerita ini tentang seorang gadis SMA yang memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya setelah lulus sekolah. Dia rela mengorbankan masa muda dan cita...