Part 5

1.1K 20 0
                                    

Sinar mentari pagi menyelinap masuk ke kamar Adiva, membuat tidurnya terusik. Perlahan dia membuka mata dan mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya.

Adiva mendongak, menatap orang yang tengah dipeluknya. Suaminya, Daffa masih tidur pulas. Seulas senyum tercipta di bibir Adiva saat melihat wajah polos suaminya.

Alis yang tebal, hidung yang mancung, bibir yang tidak tipis maupun tebal, serta rahang yang tegas, membuat tangan Adiva tak tahan untuk tidak mengelusnya. Benar-benar pemandangan yang indah bagi Adiva di pagi ini.

Tak henti-hentinya Adiva tersenyum, melihat suaminya tidak terusik sama sekali dalam tidurnya. Bahkan saat Adiva mencubit pipinya, Daffa tetap terlelap. Tapi, saat Adiva ingin mengusap bibir suaminya, tangannya di tahan.

Dengan gerakan cepat Daffa mengubah posisinya menjadi di atas Adiva. Tangan kirinya menahan tangan Adiva di samping kepala.

Adiva mengerjap berkali-kali. Posisi seperti ini sangat tidak aman untuk jantungnya. Merasa gugup, akhirnya Adiva menalingkan wajahnya agar tidak bertatapan dengan suaminya.

Daffa mendekatkan wajahnya ketelinga Adiva yang tepat dihadapannya. Deru nafasnya menyapu kulit Adiva, membuat sang empu merinding dan memejamkan mata.

Melihat Adiva hanya diam, Daffa pun menggoda istrinya itu dengan mengecup setiap inci wajah cantik istrinya.

Cup!
Cup!
Cup!

Kecupan Daffa berhenti di sudut bibir Adiva. Dia mengecupnya berkali-kali, membuat Adiva menoleh kearahnya. Dengan cepat Daffa langsung menyambar bibir mungil istrinya.

Daffa melumat habis bibir Adiva atas dan bawah secara bergantian. Adiva hanya memejamkan mata dan menikmati ciuman yang Daffa berikan.

Saat ingin menerobos masuk, Adiva menutup aksesnya. Dengan lihai Daffa menggigit bibir bawah Adiva dan membuatnya dengan mudah memasukkan lidahnya untuk mengeksplor mulut istrinya.

"Ahh!" Ringis Adiva saat bibirnya digigit oleh Daffa. Daffa tersenyum mendengar desahan istrinya.

"Balas ciuman aku, sayang!" Pinta Daffa tanpa melepaskan tautan bibirnya.

Dengan kaku Adiva mengikuti permainan Daffa. Sampai akhirnya pasokan udara disekitarnya mulai menipis, dan Daffa melepaskan pagutannya.

"Morning kiss," Daffa mengecup dahi Adiva dan tersenyum menatapnya teduh. Adiva pun tersenyum membalas tatapan suaminya.

***

"Pagi Pa, Ma!" Sapa Adiva saat menghampiri kedua orang tuanya yang sedang sarapan.

"Pagi sayang!" Jawab Adrian, Papa Adiva.

"Suami kamu mana, sayang, kok ga turun bareng?" Tanya Astrid sambil mengoleskan selai cokelat ke roti yang ada di tangannya.

"Mas Daffa lagi ngecek beberapa berkas, Ma." Jawab Diva setelah minum segelas susu.

"Loh, Daffa langsung ngantor?" Tanya Adrian, mengernyit bingung.

"Ga kok, pah. Daffa cuma tanda tangan berkas yang sekretaris Daffa kirim tadi," Jelas Daffa yang kini sudah duduk di samping istrinya. Adrian dan Astrid ber-oh ria mendengar jawaban menantunya.

"Nih, mas!" Adiva memberikan sepotong roti dengan selai kacang pada Daffa. Dengan senang hati Daffa menerimanya.

"Makasih, istriku!" Ucap Daffa yang berhasil membuat pipi Adiva merona malu.

"Apa sih, mas!" Adiva menyenggol lengan Daffa sambil melirik kedua orang tuanya karena malu. Daffa terkekeh pelan melihat tingkah istrinya.

Mereka menikmati sarapan dengan tenang, sampai sebuah pertanyaan membuat Adiva dan Daffa terkejut.

"Mama liat, kok kamu tadi jalannya biasa aja sih, Div?" Tanya Astrid yang menbuat semua orang menatapnya.

"Emang ada yang salah sama jalannya Adiva ya, Ma?" Tanya Adiva bingung. Sedangkan Daffa yang paham maksud mertuanya itu, bingung harus menjawab apa.

"Dulu mama waktu habis malam pertama tu sampek gabisa bangun loh. Ini kamu malah biasa aja, kayak ga terjadi apa-apa." Jelas Astrid panjang lebar.

Belum sempat kembali bertanya, Adrian memotong pembicaraan.

"Mama ini apa-apaan sih? Itu kan urusan pribadi mereka." Daffa menghela nafas lega saat mertuanya menghentikan pembicaraan itu. Sedangkan Adiva masih bingung dengan arah pembicaraannya.

"Hari ini kalian mau kemana?" Tanya Adrian setelah menghabiskan sarapannya.

"Daffa terserah Adiva aja sih, pah."

"Adiva pengen jalan-jalan ke mall, boleh ga?" Adiva menatap penuh harap kearah suaminya.

"As you wish, babe!" Daffa mengusap surai Adiva, membuat sang empu bersorak gembira.

"Emangnya kalian ga pengen honeymoon?" Tanya Astrid, membuat Adiva menatap suaminya untuk menunggu jawaban.

"Kalo minggu ini Daffa belum bisa, ma. Mungkin minggu depan."

"Adiva mau honeymoon di hutan dong, mas."

Uhuk! Uhuk!

EMANG ADA YA ORANG YANG PENGEN HONEYMOON DI HUTAN?

MAU BERBURU ATAU APA SIH?

ANEH BANGET SI ADIVA 🥲

UDAH BACA WAJIB VOTE YA, AKU MAKSA WKWK

ENJOY GUYS!

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang