Part 9

687 18 0
                                    

PART PALING DATAR, TAPI ADA BONUS SPESIAL CHAT.

ENJOY GUYS!

***

Pagi ini Adiva dan Zea tengah mengurus pendaftaran untuk kuliah di fakuktas kedokteran. Mereka berangkat sangat pagi, lebih tepatnya Adiva yang berangkat pagi buta menuju rumah Zea. Bahkan suaminya saja belum bangun. Dia sengaja ingin menghindari suaminya, karena masih sebal dengan kejadian semalam.

Tok! Tok! Tok!

"Zea!" Panggil Adiva di depan pintu rumah Zea.

"Tante Ratih! Zea!" Panggil Adiva lebih keras, karena tidak ada sahutan.

Adiva menghela nafas panjang saat tak kunjung dibukakan pintu. Dia pun meraih ponselnya yang ada di saku dan menghubungi Zea.

Akhirnya Adiva duduk di bangku yang ada di teras rumah Zea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya Adiva duduk di bangku yang ada di teras rumah Zea. Sambil menunggu, dia melihat beberapa postingan instagram. Sampai akhirnya pintu terbuka dan mengalihkan perhatiannya.

"Tante!" Adiva tersenyum ramah dan mencium punggung tangan Ratih, mama Zea.

"Adiva, kok ga masuk aja? Tumben pagi-pagi udah kesini?" Balas Ratih tersenyum hangat pada Adiva.

Dibalik sifat kerasnya pada Zea, Ratih tetap saja seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya. Bahkan Adiva sudah dianggap seperti anak sendiri.

"Iya, tan. Tadi Adiva udah ngetuk pintu tapi gaada yang buka, jadi Adiva nunggu Zea di sini, deh. Hehe.." Adiva menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa tidak enak karena sudah bertamu sepagi ini.

"Yaudah, masuk dulu yuk! Nunggu Zeanya di dalam aja!" Ajak Ratih yang langsung diangguki Adiva.

Adiva mengikuti langkah Ratih memasuki rumah. Rumah yang tidak banyak berubah sejak dia masih kecil. Hanya ada beberapa foto di tembok yang memberi kesan bersih dan rapi, karena tidak terlalu banyak barang.

"Adiva mau minum apa, biar tante buatin?" Tanya Ratih saat Adiva hendak duduk.

"Gausah repot-repot tante!" Tolak Adiva dengan lembut.

Belum ada satu menit Adiva duduk, Zea menuruni anak tangga dengan buru-buru, dan mengajak Adiva untuk segera berangkat. Ratih menatap Zea sambil geleng-geleng kepala. Anaknya selalu saja grusa-grusu dan tidak pernah tepat waktu.

"Zea ke kampus dulu ya, ma!" Pamit Zea setelah sampai di hadapan Ratih.

"Kamu jadi kuliah kedokteran?" Heran Ratih, pasalnya Zea tidak pernah bicara apapun padanya setelah kejadian di mana dia memarahi Zea.

"Jadi, ma. Zea lupa bilang ke mama, maaf ya!" Wajah Ratih terlihat tidak senang, tapi Zea tidak peduli akan hal itu.

Zea dan Adiva langsung berpamitan dan berangkat ke kampus. Mereka menaiki taxi online yang sudah Adiva pesan.

Di dalam taxi hanya ada keheningan. Zea dan Adiva tidak saling bicara, karena sibuk dengan pikiran masing-masing. Zea takut jika dia gagal mendapatkan beasiswa, sedangkan Adiva sibuk memikirkan suaminya yang menyebalkan.

***

"Pagi, pa, ma!" Sapa Daffa yang sudah rapi dengan setelan kantornya.

"Pagi, Daff!" Jawab Astrid dan Adrian secara bersamaan.

Daffa melihat sekeliling, tapi tidak menemukan keberadaan istrinya. Saat bangun tadi dia juga tidak melihat Adiva. Dia mengira jika istrinya itu tengah membantu mamanya memasak, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Pikiran buruk mulai menghantuinya.

"Kamu ga sarapan dulu, Daf?" Tanya Astrid yang melihat Daffa masih mematung.

"Adiva mana ya, ma?" Tanya Daffa ragu, takut jika mertuanya tau kalau Adiva tengah merajuk padanya.

"Adiva udah ke kampus sama Zea tadi pagi, emangnya dia ga pamit ke kamu ya?" Astrid mengernyit heran menatap menntunya. Adrian pun menghentikan aktivitasnya dan menatap Daffa.

"Kalian lagi marahan ya?" Tebak Adrian yang benar adanya. Dengan cepat Daffa mengelak, tidak ingin mertuanya khawatir dan berpikir yang tidak-tidak.

"E-enggak kok, pa!" Daffa terdiam sejenak. Sedangkan Astrid dan Adrian terus menatapnya untuk mendengar ucapan Daffa selanjutnya.

"Ah, iya, tadi pagi Adiva udah pamit ke Daffa kok, karena Daffa masih ngantuk jadi ga terlalu denger." Alibi Daffa sambil nyengir, menampilkan deretan giginya yang rapi.

Daripada suasananya semakin canggung, Daffa memutuskan untuk segera berangkat ke kantor tanpa sarapan. Bagaimana dia bisa makan dengan tenang jika istrinya sedang merajuk padanya.

"Daffa berangkat dulu ya, pa, ma! Nanti Daffa sarapan di kantor aja."

Setelah berpamitan dengan mertuanya, Daffa langsung menuju garasi. Dia mengirim pesan pada Adiva dan menunggu beberapa saat. Tapi Adiva tak kunjung membalasnya. Saat ditelfon pun Adiva sengaja mengabaikannya.

Daffa memukul setir mobil untuk meluapkan kekesalannya. Dia memutuskan untuk memberi waktu pada Adiva. Menghela nafas kasar, Daffa melajukan mobilnya menuju kantor.

Bonus chat Daffa dan Adiva ya xixi..

SEGINI DULU LAH YA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEGINI DULU LAH YA..
NEXT PART MUNGKIN LEBIH PANJANG.

GA CAPEK BUAT NGINGETIN KALIAN UNTUK NGASIH VOTE SETELAH BACA//
DAN KOMEN JUGA KALO ADA TYPO!!

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang