HOLLA! I'M BACK!
MAAF KEMARIN GA UPDATE, SOALNYA LAGI MALES HEHE...
ENJOY YA!
***
"Done!" Adiva menepuk-nepuk tangannya dan menatap penuh binar meja di hadapannya.
Dua porsi nasi goreng untuk Daffa dan dirinya sudah tersusun rapi dengan segelas air putih di sampingnya. Setelah membereskan dapur yang seperti kapal pecah karena ulahnya, Adiva memutuskan untuk menyusul suaminya dan mandi.
10 menit berlalu. Daffa dan Adiva turun dengan mengenakan setelan masing-masing.
"Kamu ke kampus pake high hills, yang?" Tanya Daffa saat sadar dengan perubahan tinggi Adiva saat ada di sampingnya.
"Aku ngampusnya siang, mas. Jadi, boleh ga kalo aku ikut mas ke kantor?" Tanya Adiva penuh antusias.
Dengan senyuman manis Daffa mengangguk, mengizinkan Adiva untuk ikut dengannya ke kantor.
Melihat itu, Adiva semakin semangat dan menarik lengan Daffa untuk segera ke meja makan. Setelah sampai di samping meja makan, Adiva menarik kursi untuk Daffa dan di susul dirinya yang ikut duduk di samping Daffa.
Daffa terkekeh kecil melihat Adiva yang kini menatapnya dengan senyum lebar. Matanya beralih menatap seporsi nasi goreng dengan beberapa sosis dan nugget di sampingnya, tak lupa satu telur ceplok berbentuk hati di atasnya.
"Ini kamu yang masak?" Tanya Daffa menatap Adiva yang masih setia tersenyum menatapnya. Dengan semangat Adiva mengangguk.
"Cobain dong, mas! Ini first time aku masak loh, hehe," Ucap Adiva sambil menampilkan cengiran khasnya.
Daffa pun mulai mengambil sendok dan garpu yang ada di hadapannya. Tanpa berpikir negatif, Daffa menyuapkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya. Baru saja nasi itu masuk, ekspresi bahagia Daffa tiba-tiba pudar. Wajahnya berubah pucat saat yang dirasakan lidahnya saat ini hanyalah asin. Entah berapa banyak garam yang istrinya masukkan saat memasak tadi.
"Gimana mas?" Tanya Adiva saat menyadari ekspresi suaminya yang berubah.
"Em, e-enak kok," Jawab Daffa dengan senyum yang dipaksakan.
"Hmm, enak banget loh. Kamu hebat banget sayang, pertama kali masak tapi udah seenak ini," Ucap Daffa sambil menyuapkan lagi nasi goreng itu ke dalam mulutnya. Sebenarnya dia ingin memuntahkan itu, tapi dia mengurungkan niatnya karena tidak ingin melihat istrinya sedih.
"Beneran mas?" Tanya Adiva lalu bersiap mencicipi hasil masakannya.
"Adiva mau nyoba juga dong," Ucapnya lalu memasukkan satu sendok nasi goreng kemulutnya sebelum Daffa sempat mencegahnya.
Daffa meringis saat melihat ekspresi istrinya yang berubah pucat dengan hidung berkerut. Dia pun segera menyerahkan segelas air pada istrinya setelah Adiva melepeh nasi goreng yang ada di mulutnya menggunakan tisu.
Adiva meraih gelas yang Daffa serahkan padanya dengan kasar dan meneguknya hingga tandas. Dia menjulurkan lidahnya keluar saat lidahnya seperti mati rasa.
"Mas Daffa kok bohong sih?" Tanyanya dengan bibir mengerucut lucu. Sedangkan Daffa hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Maaf sayang, aku cuma gamau kamu sedih."
"Tapi kasian perut kamu kalo makan makanan asin kek gitu, mas," Ucap Adiva kawatir menatap suaminya yang sudah menelan nasi goreng itu. Ah, sepertinya bukan nasi goreng, tapi garam goreng, itu lebih cocok dengan rasanya. Huft..
"Gapapa sayang. Yaudah kita makan di luar aja yuk!" Ajak Daffa sambil menyelipkan anak rambut Adiva di telinga gadis itu. Daffa menatap Adiva dengan teduh, berusaha meyakinkan Adiva bahwa dia baik-baik saja.
***
Sejak 1 jam yang lalu, Adiva hanya duduk di sofa ruangan Daffa sambil memainkan ponselnya dengan bosan. Sedangkan Daffa sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Jari-jarinya terus menari di atas laptop dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.
Pemandangan seperti ini tidak mungkin Adiva lewatkan. Secara diam-diam dia mengarahkan kameranya kearah suaminya dan mulai merekam dan memotret.
Sadar akan kelakuan istrinya, Daffa langsung menatap Adiva yang langsung gelagapan karena ketahuan. Daffa tersenyum tipis dan beranjak dari duduknya. Dia berjalan menghampiri istrinya sambil menggulung lengan kemejanya sebatas siku.
Adiva merasa gugup dan akhirnya memutar duduknya menjadi membelakangi Daffa, berpura-pura memainkan ponselnya. Saking gugupnya, Adiva hanya menggeser-geser menu di ponselnya.
Daffa yang sudah berdiri di samping Adiva tersenyum melihat kegugupan istrinya yang sangat kentara.
"Kamu ngapain, yang?" Tanya Daffa lalu duduk di belakang istrinya.
"Hah? Em, i-itu, aku, aku lagi main game. Ah, iya main game. Kenapa mas?" Tanya Adiva lalu memutar duduknya jadi berhadapan dengan Daffa. Sekuat tenaga dia berusaha menetralkan raut wajahnya menahan rasa gugup.
"Ouh," Daffa ber-oh ria dengan senyum tertahan. Dia terus menatap Adiva yang tengah salah tingkah.
"A-aku ke kamar mandi dulu ya, mas," Ucap Adiva gugup lalu beranjak dari duduknya dan langsung berlari ke kamar mandi yang ada di ruangan Daffa.
Daffa terkikik geli melihat istrinya yang sangat menggemaskan saat tengah gugup. Dia merasa kembali bersemangat untuk melanjutkan pekerjaannya. Dengan langkah lebar dia kembali ke meja kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
***
"Bapak silahkan tanda tangan di sini!" Ucap seorang wanita berkemeja dengan dua kancing kemeja yang sengaja dia buka hingga memperlihatkan belahan dadanya saat sedang membungkuk di hadapan Daffa. Tak lupa dengan rok hitam ketat yang hanya menutup setengah pahanya.
Adiva yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat itu dengan alis bertaut. Nafasnya mulai memburu dengan tangan mengepal di bawah sana. Apalagi saat melihat suaminya yang biasa saja dengan penampilan pegawainya yang jelas sekali sangat menggoda.
"Ada lagi?" Tanya Daffa tanpa menatap wanita di sampingnya sambil memeriksa beberapa berkas di depannya.
"Tidak ada, pak. Saya permisi dulu," Ucap wanita itu sambil membuka sedikit bajunya untuk memperlihatkan kulit mulusnya sebelum berlalu pergi setelah menerima berkas yang Daffa berikan.
Adiva semakin geram dan segera menghampiri suaminya. Dia berdiri di hadapan Daffa dengan kedua tangan bertumpu pada meja.
"Di sini karyawannya cantik-cantik ya, sexy-sexy pula. Ini kantor apa tempat pelacur?" Sarkas Adiva yang membuat Daffa mendongak menatapnya.
Daffa mengangkat sebelah alisnya, bingung dengan istrinya yang tiba-tiba menatapnya tidak suka. Mereka terdiam cukup lama, sampai akhirnya Daffa paham dengan maksud istrinya.
"Besok mas akan pecat orang yang bikin kamu cemburu," Ucap Daffa dengan entengnya sambil tersenyum manis kearah istrinya. Hal itu berhasil membuat Adiva melongo, tidak menyangka jika respon suaminya akan seperti itu.
HAMPIR SERIBU KATA NIH
UDAH DULU YA...
JANGAN LUPA KLIK TANDA BINTANG DI POJOKAN! GRATIS KOK ;)
SEE U NEXT PART!
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA ❗❗❗ [Update setiap hari] Jangan lupa vote ya! Kasih tau kalo ada typo ya! Cerita ini tentang seorang gadis SMA yang memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya setelah lulus sekolah. Dia rela mengorbankan masa muda dan cita...