MAAF YA BARU BISA UPDATE SEKARANG!
SOALNYA KEMARIN-KEMARIN SIBUK DAN BELUM KEPIKIRAN JUGA MAU NULIS GIMANA.
SO, ENJOY GUYS!
***
"Good morning, sayang!" Ucap Daffa saat Adiva mulai terbangun dari tidurnya.
Adiva mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memperjelas pandangannya. Pipinya bersemu merah saat mengingat kejadian semalam. Apalagi saat ini tubuh polos mereka hanya tertutupi oleh selimut.
Daffa menopang kepalanya dengan satu tangan dan terus menatap istrinya sambil tersenyum. Wajah Adiva yang memerah membuatnya merasa gemas dan mencubitnya.
"Kok pipinya merah gini, sih? Malu ya?" Goda Daffa yang membuat Adiva menyembunyikan wajahnya di balik selimut.
"Iih, jangan gitu dong, mas!" Rajuk Adiva yang disambut gelak tawa oleh Daffa.
"Hari ini kita pulang, ya!" Ajak Daffa sambil menarik selimut yang menutupi wajah istrinya.
"Bukannya kita seminggu di sini ya, mas? Kok pulang sih? Adiva belum puas jalan-jalannya." Adiva mengerucutkan bibirnya dan menghela nafas panjang.
Daffa tersenyum simpul dan membelai pipi istrinya. Tak lupa, tangannya mengusap lembut bibir istrinya. Setelah kejadian semalam, Daffa menjadi lebih nafsu jika menatap istrinya. Bahkan pandangannya sudah berkabut saat mengusap bibir istrinya.
"Kan lusa kamu udah mulai masuk kuliah, sayang."
Cup!
Daffa mengecup singkat bibir Adiva. Jantung Adiva berpacu dua kali lebih cepat saat mendapat serangan tiba-tiba dari Daffa. Tangannya dia letakkan di dada Daffa untuk menahannya.
"Sebelum pulang, boleh ga kalo kita jalan-jalan bentar?" Tanya Adiva penuh harap melihat Daffa yang tampak berpikir.
"No problem, lagian penerbangan kita nanti sore." Jawab Daffa yang membuat Adiva tersenyum senang dan menarik tengkuk Daffa untuk mencium bibirnya.
Cup!
Belum lama Daffa merasakan ciuman itu, Adiva sudah melepaskan ciumannya. Daffa menghela nafas kecewa.
"Belum berasa, sayang. Lagi dong!"
"Gamau, wlee!" Ucap Adiva sambil menjulurkan lidahnya. "Adiva mau mandi aja, siap-siap buat jalan-jalan." Lanjutnya mulai beranjak dari tidurnya.
Saat ingin menarik selimut untuk menutupi seluruh badannya, Daffa menahannya.
"Lepasin, mas. Aku mau mandi." Ucap Adiva sambil menarik selimutnya dengan sekuat tenaga.
"Yaudah, mandi aja! Selimutnya gausah dibawa!" Ucap Daffa kembali memejamkan mata yang membuat Adiva memicingkan matanya sebal.
"Malu, mas!"
"Ngapain harus malu? Mas udah liat semuanya."
Blush!
Pipi Adiva memerah mendengar ucapan suaminya.
"Iih, kalo nanti kesiangan dan ga jadi jalan-jalan, Adiva gamau ngomong sama mas lagi!" Ancam Adiva dengan pipi menggembung sebal.
Daffa langsung membuka matanya saat Adiva mengancamnya. Daffa pun ikut duduk dan menarik selimut yang menutupi tubh mungil istrinya.
Mata Adiva membulat dan langsung menutupi kedua gundukan di dadanya menggunakan kedua tangannya. Saat dia ingin meraih selimut di hadapannya, dengan cepat Daffa meraih tangan Adiva dan menguncinya. Hingga kini posisi Adiva kembali tertidur dengan Daffa berada di atasnya.
"Emang kamu berani diemin aku?" Tanya Daffa dengan suara seraknya sambil mencium setiap inci wajah Adiva.
Cup!
"Be-berani kok." Ucap Adiva gugup sambil menahan geli.
Cup!
"Okey!" Ucap Daffa singkat kemudian menjauhkan tubuhnya dari istrinya.
Daffa turun dari ranjang dengan santai. Ternyata dia sudah menggunakan celana boxer, membuat Adiva bernafas lega. Meskipun sudah pernah melihat sebelumnya, tetap saja Adiva merasa malu. Daffa memasuki kamar mandi dan meninggalkan Adiva yang menatapnya bingung.
***
Setelah kejadian pagi tadi, Daffa dan Adiva memutuskan untuk pergi ke beberapa destinasi wisata yang ada di Bali. Perjalanan mereka berakhir disebuah restoran seafood.
Adiva terus saja memperhatikan suaminya yang sedikit berbeda. Sejak mereka keluar resort, Daffa sama sekali tidak berbicara padanya.
"Mas!" Panggil Adiva sambil memajukan kepalanya untuk melihat suaminya lebih dekat.
Daffa hanya membalasnya dengan deheman dan meliriknya sekilas. Daffa kembali menikmati makanannya dengan tenang. Tidak berniat untuk bicara banyak pada istrinya.
"Perasaan yang ngambek tadi pagi gw. Kok jadi Mas Daffa yang diemin gw sih?" Batin Adiva sebal melihat suaminya yang tidak menghiraukannya.
"Mas Daffa kenapa sih?" Tanya Adiva mencoba sabar.
"Gapapa kok." Jawab Daffa singkat tanpa menatap istrinya.
Adiva menghela nafas panjang. Tidak ingin banyak bertanya, dia mulai menikmati makanannya.
"Males banget harus ngupasin kulit udangnya satu-satu." Ucap Adiva untuk memberi kode pada suaminya.
Harap-harap diperhatikan, Daffa malah hanya diam dan fokus makan. Tidak memperdulikan kode yang istrinya berikan.
"Mas Daffa kenapa, sih!? Kenapa diemin aku!?" Sungut Adiva mulai habis kesabaran.
Melihat Adiva yang mulai emosi, Daffa menghentikan aktivitasnya dan menatap istrinya. Adiva membuang muka dengan tangan yang menyilang di depan dada. Alisnya bertaut dengan bibir cemberut. Daffa terkekeh pelan dan membuat Adiva semakin merungut.
"Tadi yang bilang mau diemin mas, siapa?" Tanya Daffa dengan santai. Tapi Adiva meresponnya dengan berapi-api.
"Tapi kenapa jadi Mas Daffa yang diem? Kan aku cuma ngancem, mana mungkin aku serius kek gitu?" Jelas Adiva.
"Makanya, jangan ngancem-ngancem lagi, okey!"
"Nyenyenye," Ledek Adiva yang membuat Daffa tertawa.
"Sini, mas kupasin udangnya!" Daffa meraih udang yang ada di hadapan Adiva, dan mulai mengupasnya satu-persatu.
Adiva terus memperhatikan setiap pergerakan suaminya. Dirinya masih sebal, tapi melihat wajah tenang suaminya membuat Adiva melupakan kekesalannya.
Tangannya mulai mengambil udang yang telah dikupas dan melahapnya. Tapi, saat kunyahan pertama tiba-tiba,
Tak!
"Awh!" Ringis Adiva sambil memegangi pipinya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kenapa sayang?" Tanya Daffa panik.
"Gigi Adiva sakit, hwaaa!"
KEBANYAKAN MAKAN COKELAT SIH WKWK
MENURUT KALIAN, LEBIH BAIK SAKIT GIGI ATAU SAKIT HATI? 🤣
SEE U NEXT PART!
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA ❗❗❗ [Update setiap hari] Jangan lupa vote ya! Kasih tau kalo ada typo ya! Cerita ini tentang seorang gadis SMA yang memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya setelah lulus sekolah. Dia rela mengorbankan masa muda dan cita...