Part 23

477 11 0
                                    

AKHIRNYA BISA UPDATE TEPAT WAKTU XIXI

ENJOY GUYS!

***

Sang surya mulai menampakkan dirinya, sebagai tanda pagi telah tiba. Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, tapi Daffa masih tidur dengan nyenyak di kamarnya.

Karena Astrid dan Adrian tengah pergi keluar kota, akhirnya Adiva memutuskan untuk mencoba memasak. Selama ini Astrid selalu masak sendiri. Mereka hanya memiliki satu ART yang bertugas untuk membersihkan seluruh rumah dan mencuci baju, datangnya pun menjelang siang karena harus mengurus anak dan suaminya dulu.

Kini Adiva tengah berdiri menatap kulkas yang berisi berbagai macam bahan. Dia sedikit bingung harus memasak apa. Pasalnya dia tidak pernah memasak. Hari ini dia berinisiatif karena ingin membuat suaminya terkesan dengan masakannya.

Tak menemukan ide juga, akhirnya Adiva membuka ponselnya dan mencari resep masakan. Sekitar 10 menit berkutat dengan ponselnya, akhirnya dia memutuskan untuk memasak nasi goreng.

Adiva memulainya dengan memakai celemek dan mengambil bahan yang ada di kulkas. Setelah semua bahan siap, dia mengambil 2 buah pisau dan menggesek-gesekannya seperti chief profesional.

Srek! Srek!

"Let's cook!"

Adiva meraih beberapa bawang dan mulai mengupasnya. Setelah menyiapkan bumbu halus, dia sedikit menjauh dari kompor dan membungkuk. Tangan kanannya terulur untuk menyalakan kompor, sedangkan tangan kirinya dia gunakan untuk menutup wajahnya, dan mengintip di sela-sela jarinya karena takut.

Saat api mulai menyala, Adiva sedikit bernafas lega dan kembali menegakkan badannya. Dia kembali melirik ponselnya untuk melihat langkah selanjutnya.

"Panaskan minyak dan tumis bumbu sampai harum," Gumamnya sambil melirik sekitar mencari keberadaan wajan dan minyak goreng.

Setelah minyak sudah mulai panas, Adiva mulai memasukkan bumbu yang sudah dia haluskan. Dia menumis dengan gaya, layaknya seorang chief yang tengah beratraksi du dapur. Saat bumbunya sudah mulai harum, Adiva meraih 2 butir telur untuk dia masukkan ke wajan. Tapi naas, saat dia memecahkan telur, bukan hanya isinya yang masuk wajan, cangkangnya pun tak sengaja ikut masuk.

"Yah, yah, kok cangkangnya ikut masuk juga sih," Gumamnya sebal, lalu dia berusaha mengambil cangkang itu menggunakan spatula. Beruntungnya, cangkang itu dapat Adiva ambil dengan mudah.

Setelah berkutat di dapur selama setengah jam, akhirnya dua porsi nasi goreng sudah siap dihidangkan. Adiva menatap bangga hasil karyanya. Meskipun tidak yakin dengan rasanya, setidaknya penampilannya tidak terlalu memalukan.

***

"Enghh!" Daffa menggeliat untuk melemaskan ototnya setelah tidur semalaman.

Matanya perlahan terbuka dan mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Tangannya meraba ke samping untuk mencari keberadaan istrinya. Dia terkejut dan langsung bangun dari tidurnya saat melihat Adiva tidak ada di sampingnya.

Daffa kembali teringat kejadian saat di Bali dan membuatny sedikit trauma. Dengan terburu-buru dia turun dari ranjang dan meraih boxernya yang tergeletak di lantai karena aktivitasnya semalam.

"Adiva!"

"Sayang!" Panggil Daffa yang tidak mendapat sahutan.

Dengan langkah cepat dia menuruni anak tangga dan mencari Adiva di setiap sudut ruangan. Daffa sangat kawatir jika kejadian waktu itu akan terulang kembali. Tapi, setelah dipikir-pikir dia tidak membuat kesalahan. Jadi tidak mungkin Adiva marah padanya.

Mendengar suara dari daur, Daffa langsung berjalan kesana untuk mengecek apa istrinya ada di sana. Betapa terkejutnya Daffa saat melihat dapur yang seperti kapal pecah. Tapi dia  sedikit bernafas lega saat melihat Adiva ada di sana dengan mengenakan dress selutut tanpa lengan.

Daffa berjalan menghampiri Adiva dan memeluknya dari belakang. Adiva yang tidak siap pun terlonjak kaget.

"Astaga! Mas Daffa ngagetin aja."

"Mas nyariin kamu, sayang," Ucap Daffa lalu mencium pipi Adiva.

Adiva berbalik dan menatap suaminya yang hanya mengenakan boxer. Dia meneguk ludahnya kasar saat memori semalam kembali berputar di pikirannya.

Menyadari pandangan istrinya yang terus menatap ke bawah, Daffa meraih tangan Adiva dan meletakkannya di perut sixpack nya.

"Ahhs!" Daffa mendesah kecil saat kulitnya bersentuhan dengan kulit halus Adiva.

Adiva yang awalnya terdiam pasrah dengan tindakan suaminya, akhirnya reflek menarik tangannya dan menyembunyikannya di belakang punggungnya. Dia mendongak untuk menatap suaminya yang kini matanya terlihat berkabut menahan nafsu.

Melihat wajah lucu Adiva yang menatap polos kearahnya, membuat Daffa kembali bernafsu. Dia menarik pinggang Adiva untuk mengikis jarak di antara keduanya.

Adiva berusaha mendorong tubuh Daffa untuk menjauh, tapi Daffa malah menghimpit badannya dengan meja sampai tidak bisa bergerak. Tangannya dia letakkan di dada suaminya untuk menahannya agar tidak semakin mendekat.

Daffa mendekatkan kepalanya menuju ceruk leher Adiva. Dia mengecupnya singkat, tapi berhasil membuat bulu kuduk Adiva berdiri.

"M-mas!" Ucap Adiva bergerak gelisah dan berusaha mendorong kepala suaminya agar menjauh dari lehernya.

"Apa sayang?" Tanya Daffa tanpa menjauh dari sana dan kini malah menjilat leher itu layaknya sebuah permen.

"M-mas D-Daffa mandi dul-u, ahh!" Ucap Adiva tersenggal saat Daffa mulai menyesap lehernya.

"Sebentar aja, please!" Ucap Daffa dengan suara beratnya.

Akhirnya Adiva pasrah dan menikmati setiap sentuhan Daffa pada lehernya. Dia mulai mengalungkan tangannya pada leher Daffa dan mendesah nikmat. Hal itu membuat Daffa semakin gencar menjelajahi leger Adiva.

Setelah puas dengan kegiatannya, Daffa menjauhkan kepalanya dan menatap istrinya. Dia dapat melihat ekspresi Adiva yang mulai sayu dan begitu menikmati sentuhannya. Tangannya terulur untuk mengusap bekas kissmark yang ada di leher Adiva.

Terukir senyum bangga pada wajahnya melihat karyanya ada di sana yang membuat Adiva semakin terlihat sexy.

"You are so sexy and-

Cup!

"-sweet!" Ucap Daffa setelah mengecup bibir Adiva.

Mendapat perlakuan seperti itu membuat Adiva terdiam kaku dengan pipi yang mulai memerah karena malu.

"M-mas mandi aja, a-aku mau lanjut siapin sarapan," Ucap Adiva gugup lalu berbalik dan melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda karena Daffa.

Di balik punggu Adiva, Daffa tengah tersenyum melihat istrinya yang tengah gugup. Tangannya terulur untuk mengusap sayang puncak kepala Adiva dan berkata, "Yaudah, mas mandi dulu."

Daffa pun berlalu meninggalkan Adiva untuk pergi mandi. Setelah melihat Daffa pergi, Adiva tidak dapat menahan senyumnya saat mengingat kejadian barusan.

SEGINI DULU YAA....

JANGAN LUPA KLIK BINTANG DI POJOK KIRI!

LOVE YOU GUYS!

SEE U NEXT PART!

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang