Part 14

652 17 0
                                    

Daffa merebahkan tubuh Adiva di atas ranjang dan mengungkung tubuh munglinya. Daffa membelai lembut pipi Adiva dan mengecup keningnya lama. Dia memejamkan mata untuk meredam nafsunya. Meskipun Daffa sangat ingin melakukannya, tapi dia masih menahannya.

Berbeda dengan Adiva, dia ingin segera melakukannya untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Melihat Daffa yang tidak bergerak dari keningnya, Adiva berinisiatif untuk mulai menggoda suaminya.

Tangan Adiva mulai menyentuh beberapa titik snesitif suaminya. Adiva memang tidak berpengalaman dalam hal ini, dia hanya menggunakan instingnya.

Daffa menjauhkan wajahnya saat merasakan usapan sensual istrinya pada lehernya. Tangannya meraih tangan Adiva dan menguncinya di samping kepala.

"I want it, babe!" Ucap Adiva manja, menatap sayu kearah suaminya.

Daffa hanya bisa menelan salivanya berulang kali melihat istrinya yang begitu menggairahkan. Sebenarnya dia sudah turn on saat di pantai tadi, dengan sekuat tenaga dia menahan dirinya agar tidak menyentuh Adiva lebih jauh.

Daffa mengangkat tubuhnya dan berbaring di sebelah Adiva. Matanya terpejam beberapa saat untuk menahan sesak di bawah sana.

"Kita tidur aja, ya, mas udah ngantuk!" Ucap Daffa kembali memejamkan mata, mencoba untuk tidur.

Adiva yang merasa dicampakkan, tidak menyerah begitu saja. Tubuhnya beringsut untuk menyamakan kepala mereka. Tangan Adiva terulur untuk mengelus rahang Daffa dan semakin turun ke lehernya.

"Mas!" Panggil Adiva tanpa menghentikan tangannya yang bergerak sensual di area jakun suaminya.

"Tidur, sayang!" Ucap Daffa lembut tanpa membuka matanya. Tangannya menggengnggam tangan Adiva agar menghentikan tindakannya.

Kembali mendapat penolakan, Adiva menarik kasar tangannya dari genggaman Daffa. Dia beringsut menjauh dan tidur membelakangi suaminya.

Hatinya terasa sangat sakit saat mendapat penolakan dari suaminya sendiri. Dadanya terasa sesak dan sebulir air mata jatuh membasahi pipinya. Adiva menangis dalam diam. Sedangkan Daffa sudah mulai tertidur.

Adiva menggigit bibir bawahnya untuk meredam isak tangisnya, bahunya terus bergetar dengan air mata yang mengalir semakin deras. Segala pikiran negatif mulai meracuni pikirannya.

Adiva beranjak dari tidurnya dan melihat kearah suaminya yang sudah masuk kealam mimpinya. Mengusap sisa air matanya dengan kasar, Adiva meraih jaketnya dan berjalan keluar kamar, meninggalkan suaminya.

***

Sinar matahari menelisik masuk dan mengusik tidur Daffa. Tangannya meraba kesamping mencari keberadaan istrinya. Dahinya mengernyit saat tidak merasakan keberadaan istrinya.

Daffa membuka mata dan menoleh kesamping, istrinya benar-benar tidak ada. Tidak ingin berburuk sangka, Daffa mencoba mencari Adiva di kamar mandi. Tapi kosong, Adiva tidak ada di sana.

"Adiva! Sayang!" Panggil Daffa, namun tidak ada sahutan.

Dirinya mulai panik saat mengetahui tas dan jaket istrinya tidak ada. Dengan segera Daffa meraih ponselnya dan menghubungi istrinya. Tapi, nomor Adiva tidak aktif.

Tanpa pikir panjang Daffa berlari keluar untuk mencari istrinya disegala sudut resort, tapi Adiva tidak ada. Pikirannya mulai berkecamuk. Terbesit rasa bersalah saat dia tidur duluan tadi malam dan tidak menghiraukan istrinya.

Daffa berlari keluar untuk mencari taxi. Dia bahkan tidak mandi maupun mengganti bajunya terlebih dahulu.

"Ck! Kok gaada taxi, sih?" Daffa berdecak sebal karena tidak ada satupun taxi yang lewat.

Ditengah kekhawatirannya, Daffa teringat jika dia pernah memasang GPS di ponsel Adiva tanpa sepengetahuan sang empu. Dengan cepat dia melihat lokasi terakhir keberadaan Adiva.

Rahangnya mengeras saat mengetahui keberadaan istrinya. Tanpa pikir panjang, Daffa langsung berlari untuk menjemput istrinya. Pikirannya sangat kacau, takut terjadi sesuatu pada Adiva.

"Maaf, pak. Bapak lihat gadis ini masuk ke bar, ga?" Tanya Daffa sambil menunjukkan foto Adiva pada satpam yang sedang jaga di depan sebuah bar.

Satpam itu mengernyit dan tampak mengingat kejadian semalam.

"Oh, tadi malam saya lihat mbak ini masuk bar sendirian, dan dari wajahnya sepertinya dia sedang sedih." Jelas satpam itu yang membuat Daffa semakin merasa bersalah.

"Terima kasih, pak." Tanpa menunggu izin dari satpam, Daffa langsung berlari memasuki bar.

Matanya menatap seluruh sudut bar untuk mencari keberadaan Adiva. Tatapannya berhenti saat melihat gadis yang tengah tidur di sofa. Daffa menghampiri gadis itu saat tau itu istrinya.

Terdapat beberapa botol wine di depan Adiva. Tangannya masih menggenggam sebatang cokelat meskipun sudah tidak sadarkan diri.

"Adiva! Bangun, sayang!" Ucap Daffa sambil memeluk dan menepuk pelan pipi istrinya agar sadar.

"Adiva!"

Merasakan tepukan di pipinya, Adiva bergumam dan mulai membuka matanya. Kepalanya terasa sangat pusing, karena menghabiskan dua botol wine tadi malam. Bahkan dia juga menghabiskan satu botol terakhir pesanannya pagi ini.

"Mas ngapain di sini?" Tanyanya sambil membenarkan posisinya. Tangannya terus memegang kepalanya yang terus berdenyut.

"Mas kawatir sama kamu, sayang. Kita pulang, ya!" Ajak Daffa berniat menggendong istrinya.

Tapi dengan cepat Adiva menjauh dan menepis tangan Daffa. Adiva kembali memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di sofa.

"Mas Daffa jahat sama Adiva. Mas Daffa ga sayang sama Adiva. Gausah peduliin Adiva! Mas pergi aja dari sini!" Racau Adiva sambil memukul Daffa yang kembali mencoba mendekatinya.

Daffa terdiam sejenak, dan detik berikutnya dia langsung mengendong Adiva ala bridalstyle. Membawanya kembali ke resort tanpa memperdulikan racauan dan pukulan Adiva pada tubuhnya.

"Turunin aku, mas! Aku gamau sama Mas Daffa. Mas Daffa jahat!" Ucap Adiva sambil terus memberontak.

Hati Daffa terasa sakit mendengar penuturan istrinya. Dia merasa gagal untuk membahagiakan istrinya.

Daffa memejamkan matanya, menerima setiap pukulan yang istrinya berikan. Meskipun tidak terasa bagi dirinya, setidaknya itu bisa mengurangi kekesalan istrinya.

Sepanjang perjalanan menuju resort Adiva tidak berhenti meracau. Sampai akhirnya dia lelah dan tidak sadarkan diri.

GIMANA NIH, GUYS?

KASIH KOMENTARNYA DONG!

KALO ADA YANG SALAH ATAU MUNGKIN CERITANYA TERLALU MONOTON, KASIH TAU KE AKU!

JANGAN JADI SIDER AJA!

BIAR CERITAKU SEMAKIN BERKEMBANG DAN LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA :/

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang