SORY YA GUYS, SEMALEM AKU CAPEK BANGET DAN KETIDURAN. JADI GA SEMPET UPDATE DEH.
ENJOY YA!
***
"Apapun yang udah jadi milik gw, gaakan pernah gw bagi sama siapapun."
Adiva Arsyila Savina
***
Di bawah teriknya matahari, Adiva tengah berlarian di trotoar untuk menemui sahabatnya. Hari ini dia sengaja ingin pergi sendiri menggunakan taxi, daripada harus merepotkan suaminya. Sayangnya, taxi itu malah mogok di pertengahan jalan.
Sesekali Adiva melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah 15 menit dia telat. Takut Zea akan marah, Adiva semakin mempercepat larinya.
Setelah sampai di depan kafe, Adiva berhenti sejenak untuk menetralkan detak jantungnya. Adiva menghela nafas panjang dan melangkah memasuki kafe. Pandangannya melihat sekeliling untuk mencari keberadaan sahabatnya.
Pandangan Adiva berhenti di sudut kafe yang memperlihatkan seorang gadis tengah duduk sambil memainkan ponselnya. Mengetahui jika itu sahabatnya, Adiva langsung menghampirinya.
"Sorry, Ze, gw telat!" Ucap Adiva yang langsung duduk di hadapan Zea.
Zea menatap Adiva datar. Dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"30 menit anjir, lo ngesot apa gimana sih?" Sarkas Zea membuat Adiva menautkan kedua alisnya.
"Macet, bego! Lagian gw tadi naik taxi pake acara mogok segala. Kan gw jadi lari-larian di jalan. Takut sahabat laknat gw ini kelamaan nunggu." Ucap Adiva tidak kalah sengit. Zea menghela nafas panjang.
"Yaudah, tuh minum dulu!" Tunjuk Zea pada segelas jus alpukat yang sudah berada di hadapan Adiva.
"Wahh, pengertian banget sahabat gw." Ucap Adiva seraya meminum jus di hadapannya.
"Ya iyalah, seharusnya lo bersyukur punya sahabat kaya gw. Udah cantik, baik, pinter, pengertian pula." Ucap Zea berbangga diri, membuat Adiva merasa mual dibuatnya.
"Dipuji sedikit langsung terbang kelangit." Sarkas Adiva yang membuat keduanya malah tertawa bersama.
"Btw, suami lo kemana? Biasanya dia selalu nganterin lo kemanapun. Apa suami lo udah bangkrut dan semua mobilnya dijual?" Tanya Zea asal yang membuatnya mendapatkan lemparan kentang dari Adiva.
"Jangan dibuang-buang anjir! Gw bayar pakek duwit itu!" Zea terlihat merengut dan memungut kentang yang jatuh di lantai, kemudian dia makan dengan sebal.
Adiva melongo melihat sahabatnya yang begitu perhitungan. Zea memang jarang menghambur-hamburkan uang, tapi Adiva baru kali ini melihat Zea sampai seperti itu. Sudah jelas makanan itu kotor, tapi Zea tetap memakannya.
Adiva terus menatap Zea. Meskipun wajah Zea terlihat sebal, entah kenapa Adiva melihat raut kesedihan di dalam matanya.
"Lo lagi ada masalah ya, Ze?" Tanya Adiva yang membuat Zea menjadi gugup.
"Mana ada, lo ga liat gw lagi sebel sama lo?" Jawab Zea mencoba menutupi kesedihannya.
Adiva menghela nafas panjang dan mencoba mendekat pada sahabatnya itu. Dia pindah ketempat duduk yang ada di samping Zea.
"Kalo lo ada masalah, gw selalu siap dengerin semua cerita lo kok. Gw juga akan bantu lo selagi gw mampu." Ucap Adiva lembut sambil mengusap bahu Zea.
"Apa sih? Gw gapapa, Div. Lagian, kenapa jadi melow gini sih?" Elak Zea mencoba untuk tertawa.
"Gw kenal lo dari kecil, Ze. Lo gabisa nutupin kesedihan lo dari gw. Gw berasa ga guna banget jadi sahabat lo, kalo gw gabisa bantuin lo ketika lagi ada masalah."
Zea langsung memeluk Adiva dan tanpa sadar air matanya luruh begitu saja. Adiva membalas pelukan Zea untuk memberinya ketenangan dan kenyamanan. Setelah tenang, Zea menghapus jejak air matanya dan melepaskan pelukannya.
"Sorry ya, Div!" Cicit Zea.
"It's okey, Ze." Adiva mengusap jejak air mata Zea.
"Gw bingung banget, mama gw gamau biayain kuliah gw. Lo tau sendiri kan, sejak bokap gw gaada, nyokap gw yang jadi tulang punggung keluarga. Dia kerja keras sendiri buat hidupin gw sama adik gw." Jelas Zea yang membuat Adiva prihatin.
Adiva tampak berpikir untuk mencari solusi terbaik bagi sahabatnya. Tiba-tiba saja ide konyol muncul di pikirannya.
"Gimana kalo gw minta Mas Daffa buat biayain kuliah lo?"
Plak!
"Awh! Kok gw dipukul sih, Ze?" Protes Adiva ketika mendapat pukulan keras di lengannya.
"Lagian ngasih saran yang aneh-aneh. Emang Daffa siapanya gw? Gaenak lah kalo gw kuliah gratisan pakek duwit dia. Kecuali kalo gw jadi istri kedua suami lo, gimana?" Hilang sudah kesedihan di wajah Zea dan berganti menjadi wajah tengilnya. Zea menaik-turunkan alisnya menggoda Adiva.
"Enak aja lo! Mas Daffa itu punya gw" Adiva mengerucutkan bibirnya.
"Apapun yang udah jadi milik gw, gaakan pernah gw bagi sama siapapun." Tegas Adiva.
"Hahaha," Zea tertawa puas melihat kekesalan Adiva yang sangat menghibur dirinya.
"Gw bercanda kali. Gw udah riset beberapa informasi tentang beasiswa di kampus kok. Dan buat bantu nyokap, gw bakal kerja part time di kafe depan kampus." Adiva mengangguk paham.
"Jadi, lo udah keterima kerja?"
"Belum sih, baru besok mau ngelamar."
"Oke, besok gw bakal temenin lo!" Ucap Adiva penuh semangat dan memeluk Zea.
NUNGGU VOTE NYA BANYAK DULU KALI YA, BARU UPDATE PART SELANJUTNYA, HEHE...
JANGAN LUPA FOLLOW DAN KOMEN YANG BANYAK YA GUYS!
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Marriage
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA ❗❗❗ [Update setiap hari] Jangan lupa vote ya! Kasih tau kalo ada typo ya! Cerita ini tentang seorang gadis SMA yang memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya setelah lulus sekolah. Dia rela mengorbankan masa muda dan cita...