Part 34

911 16 0
                                    

SEBELUMNYA, SELAMAT BERMALAM MINGGU GUYS

KALIAN LAGI REBAHAN ATAU LAGI HANGOUT SAMA PACAR? :P

MAAF YA UPDATENYA LAMA

PADA GAMAU VOTE SIH, JADI MALES UPDATE KAN 😭😭

SEMOGA SUKA YA
ENJOY GUYS!

***

"Iya, dia suami gw," Ucap Adiva lalu memalingkan wajahnya, "Suami yang udah selingkuh dari gw," Lirih Adiva dengan mata berkaca-kaca.

Tanpa aba-aba Daffa menyingkirkan Tristan yang menghalangi jalannya. Dia meraih pergelangan tangan Adiva dan menariknya keluar. Tak peduli telah membuat kesalahan, yang dia pikirkan saat ini hanyalah membawa istrinya pulang dan menyelesaikan masalah.

Daffa tidak menyangka jika istrinya itu sampai berani menginap di apartemen laki-laki lain tanpa memikirkan statusnya saat ini.

Adiva berusaha memberontak, tapi usahanya sia-sia karena tenaganya tidak sekuat itu untuk melawan suaminya. Dia berusaha meminta bantuan teman-temannya, tapi tidak ada yang berani ikut campur dengan urusan rumah tangga mereka.

Tristan masih terdiam dan mencerna semua yang terjadi. Dia masih tidak percaya jika gadis yang dia suka ternyata sudah memiliki suami.

"Lepas, mas! Tangan aku sakit!" Pekik Adiva sambil berusaha mengimbangi langkah lebar Daffa.

Zea mengurungkan niatnya yang ingin menolong Adiva. Bagaimanapun juga Daffa adalah suami Adiva, dan mereka harus menyelesaikan masalahnya sendiri.

Saat Daffa dan Adiva sudah memasuki lift, tinggallah Niko, Zea, Noah, dan Tristan yang masih terdiam, sampai akhirnya Niko memecah keheningan.

"Aku anter kamu pulang, ya? Hari ini gaada kelas, kan?"

Zea menatap sekilas Noah yang ada di sampingnya. Tak seperti biasanya, lelaki itu lebih banyak diam sejak mereka bertemu semalam. Tatapannya terlihat dingin. Zea bingung dengan perubahan sikap Noah. Biasanya lelaki itu selalu memancing keributan dengannya. Saat Noah terdiam seperti ini, rasanya ada sesuatu yang aneh dalam dirinya.

Tanpa sepatah kata Noah berjalan meninggalakan ketiga orang itu. Setiap langkah Noah tak luput dari pandangan Zea.

"Ze!" Panggil Niko yang terus menatap Zea untuk menunggu jawaban.

"Hah? Eh, iya kak, hari ini aku free kok. Paling nanti siang aku masuk kerja," Jawab Zea dengan senyum tulus.

"Yaudah, ayo pulang!" Ajak Niko lalu beralih menatap Tristan, "Gw balik dulu, ya!" Pamitnya yang langsung diangguki Tristan.

***

Sepanjang perjalanan sampai setibanya di apartemen, sepasang suami istri itu hanya diam dan berkutat dengan pikiran masing-masing. Adiva langsung memasuki kamar tanpa berniat untuk berbicara dengan suaminya. Sedangkan Daffa memilih untuk menenangkan pikirannya di living room.

"Katanya mau menyelesaikan masalah, tapi sekarang malah di biarin," Gerutu Adiva sambil memilih bajunya dan bersiap untuk mandi.

Adiva menutup lemarinya dengan kencang untuk melampiasakan kekesalannya. Dia mulai memasuki kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk berendam.

Sekitar setengah jam, akhirnya Adiva selesai dengan ritual mandinya. Dia sedikit terkejut saat melihat Daffa tengah duduk di tepi ranjang dan menatapnya intens.

Adiva terdiam sejenak lalu memalingkan wajahnya dan menuju meja riasnya. Setiap pergerakannya tak luput dari pandangan Daffa.

Saat Adiva tengah sibuk mengeringkan rambutnya, Daffa menghampirinya dan mengambil alih hairdryer dari tangannya.

"Aku bisa sendiri!" Tolak Adiva berusaha mengambil hairdryernya kembali, tapi sia-sia karena Daffa tak membiarkan hal itu terjadi.

Dengan telaten Daffa mengeringkan rambut istrinya tanpa mengucapkan sepatah kata. Setelah rambut Adiva kering, Daffa meraih sisir, dan mulai merapikan rambut istrinya dengan telaten.

"Aku gapernah selingkuh dari kamu," Ucap Daffa datar, namun penuh penegasan.

Adiva yang sejak tadi diam dan pasrah, akhirnya menghentikan tangan Daffa dan berdiri menghadap sang suami. Nafasnya memburu karena menahan amarah.

"Aku ga percaya," Ucap Adiva lalu berjalan meninggalkan Daffa. Tapi langkahnya terhenti saat Daffa memcekal dan menarik tangannya, hingga kini mereka saling berhadapan.

"Ceritain semua kejadian yang kamu lihat!" Pinta Daffa tanpa mengalihkan pandangannya dari mata istrinya.

"Kamu ciuman sama cewek itu! Kamu gapernah mikirin perasaan aku! Kamu bilang mau reuni, tapi yang aku lihat apa!? Kamu malah asik ngobrol berdua sama cewek itu, dan--"

Cup!

Daffa menghentikan ucapan istrinya dengan mengecup dan melumat bibir mungil itu. Daffa memejamkan matanya dan menikmati rasa manis pada bibir istrinya.

Adiva hanya diam dengan hati yang berkecamuk. Perlahan air matanya jatuh bersamaan dengan Daffa yang melepas tautan bibir mereka.

"Apa seperti ini yang kamu lihat?"

Adiva ingin memalingkan wajahnya, tapi Daffa menahan dagunya dan kembali melumat bibirnya. Kali ini ciuman Daffa semakin menuntut, bahkan dia menggigit bibir Adiva sedikit kencang sampai membuat Adiva meringis pelan.

Daffa tidak mempedulikan ringisan istrinya dan lebih memilih untuk memperdalam ciumannya. Tangan kanannya meraih tengkuk Adiva untuk mempermudah dirinya memperdalam ciumannya. Sedangkan tangan kirinya beralih memeluk pinggang Adiva untuk menahan pergerakannya yang terus berontak.

Air mata Adiva mengalir semakin deras saat merasakan perih dan sakit secara bersamaan. Dia tidak melawan suaminya yang sepertinya tengah meluapkan emosinya.

"Aku gapernah melakukan apa yang kamu tuduhkan tadi. Kalo kamu gapercaya, kamu bisa cek cctv yang ada di restoran itu," Ucap Daffa setelah melepas ciumannya. Tangannya terulur untuk menghapus air mata dan jejak darah yang ada di bibir Adiva karena ulahnya.

Daffa memang benar, Adiva tidak melihat secara langsung jika Daffa tengah berciuman dengan wanita lain. Dia hanya melihat dari belakang jika keduanya terlihat sangat dekat.

"Tapi kamu? Ngapain kamu nginep di rumah cowok lain? Kamu istri aku, apa pantas kamu semalaman bersama cowok lain?" Ucap Daffa pelan tapi menusuk. Matanya memerah karen menahan amarah dan nafsu secara bersamaan. Kepalanya mulai turun menuju leher jenjang istrinya. Daffa mulai bermain di sana, dari menyesap sampai menggigitnya.

"Awh! A-aku minta maaf, mashh! Ahh!" Rintih Adiva saat Daffa terus saja memberi tanda pada lehernya. Adiva berusaha menjauh, tapi kedua tangan Daffa menahan pingganya.

"Punishment begins," Ucap Daffa teredam lalu mengangkat tubuh mungil istrinya dan membawanya menuju ranjang.

Setelah itu 21+++

Sensor ya hehe

JANGAN LUPA KLIK VOTE DI POJOK KIRI YAAA

SEE U NEXT PART GUYS!

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang