Part 27

416 10 0
                                    

SORRY YA! AKU BARU BISA UPDATE, SOALNYA LAGI GABISA MIKIR HWAA...

SEMOGA SUKA YA..

ENJOY GUYS!

***

"Ni anak kemana, sih?" Gumam Adiva sebal.

Selesai kelas Zea seperti menghilang begitu saja meninggalkan Adiva. Jadilah sekarang Adiva berkeliling kampus untuk mencari keberadaan sahabatnya. Dia sudah menghubungi Zea berkali-kali, tapi ponselnya mati.

Adiva sedikit kawatir memikirkan telah terjadi sesuatu pada sahabatnya. Dia sudah menanyakan keberadaan Zea pada setiap orang yang dia temui, tapi tidak ada yang tahu.

Seluruh sudut kampus sudah Adiva jelajahi, tapi Zea tidak ada. Hal itu membuat Adiva semakin kawatir. Dia menggigit ujung jarinya dan menatap sekeliling dengan gusar, sampai sebuah tepukan di pundaknya membuat dirinya terjingkat kaget.

"Astaga! Ngagetin aja, kak!" Ucap Adiva saat tau yang menepuk pundaknya adalah Tristan. Dia mengelus dadanya untuk menetralkan keterkejutannya.

"Lo kenapa? Gw liatin dari tadi mondar-mandir terus," Tanya Tristan sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Emm, lo liat Zea ga, kak?"

"Zea? Tadi dia pergi sama Niko. Emang dia ga bilang sama lo?"

Adiva menggeleng pelan. Dia sedikit lega mendengar jika Zea bersama Niko. Mungkin saja mereka tengah pdkt, pikir Adiva.

"Pergi kemana, kak?"

"Gatau, pergi nonton kali," Jawab Tristan yang membuat Adiva mengangguk paham.

"Gercep juga ni bocah," Batin Adiva terkikik geli.

"Yaudah, gw pergi dulu, kak. Makasih," Pamit Adiva dengan tersenyum ramah.

Saat Adiva berbalik dan hendak pergi, tangannya dicekal oleh Tristan yang menbuatnya kembali menoleh. Dia menatap tangannya dan wajah Tristan secara bergantian dengan alis terangkat sebelah.

"Sorry, sorry!" Ucap Tristan dengan mengangkat kedua tangannya.

Adiva hanya mengangguk memaklumi, meskipun sebenarnya dia menjadi sangat tidak nyaman dan canggung dengan Tristan.

"Kenapa, kak?"

"Lo masih ada kelas?"

"Gaada, sih. Ini gw mau pulang."

"Em---hangout, yuk!" Tanya Tristan menatap Adiva penuh harap.

"Sorry kak, gw masih ada urusan. Sorry banget," Tolak Adiva dengan senyum canggung.

"Oh, oke!" Ucap Tristan dengan senyum yang dipaksakan. "Kalo next time, bisa ga?"

"Kayanya gabisa deh, kak. Soalnya gw bakal sibuk banget buat pindahan ke apartemen."

"Lo mau pindah?" Dengan yakin Adiva mengangguk. "Kalo gitu, mau gw bantu?"

"Gausah, kak. Nanti malah ngerepotin lo. Gw duluan ya, kak," Tolak Adiva dan terburu-buru untuk meninggalkan Tristan.

Melihat Tristan yang sangat kentara ingin mendekatinya, Adiva jadi sedikit ilfeel padanya. Apalagi Daffa sudah memperingatinya untuk jauh-jauh dari Tristan. Hal itu membuat Adiva semakin berusaha untuk tidak berurusan lagi dengan Tristan.

Mendengar penolakan dari Adiva untuk yang kesekian kalinya, Tristan menahan amarah dengan mengepalkan tangannya di bawah sana.

***

Di sebuah mall yang ada di pusat kota, Zea dan Niko tengah menikmati sebuah film horor di bioskop. Mereka duduk dibarisan tengah agar bisa menikmati film dengan nyaman. Suasana bioskop hari ink tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang di sana.

Saat film dimulai, Zea masih tenang dan menikmati popcorn yang ada di tangannya. Tapi saat ketegangan dimulai, dia mulai menutup matanya dengan satu tangannya, dan mengintipnya dari sala-sela jari.

Melihat Zea tengah takut, Niko menarik seulas senyum di bibirnya. Tangan kanannya terulur untuk meraih popcorn yang ada di tangan Zea, sedangkan tangan kirinya dia gunakan untuk meraih tangan Zea dan menggenggamnya.

Mendapat perlakuan seperti itu, seketika Zea terdiam dan terpaku menatap Niko yang tengah tersenyum padanya.

"Gausah takut, ada gw," Ucap Niko menenangkan Zea, lalu kembali menatap kearah layar.

Zea terus menatap lekukan wajah Niko dari samping. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Bibirnya pun tidak sanggup menahan kedutan untuk tersenyum. Dari dulu Niko memang tidak pernah berubah, dia selalu menjadi pelindung dan penguat Zea.

Fokus Zea untuk menonton film pun menjadi buyar. Dirinya gugup dan terus menatap tangannya yang digenggam kuat oleh Niko. Tidak ingin larut dalam rasa gugup, Zea berusaha memfokuskan dirinya untuk nonton film sampai selesai.

Satu jam berlalu, akhirnya Zea bisa bernafas lega saat film sudah selesai. Dia kembali melirik tangannya yang masih digenggam Niko erat.

"Nda!" Panggil Niko yang kini tengah menatap Zea.

Sejak Niko tau jika Zea adalah Amanda yang sering bermain dengannya dulu, dia memutuskan untuk kembali memanggilnya Amanda.

"Hm?" Zea mendongak dan menatap Niko bertanya.

"Boleh ga kalo aku deketin kamu?"

"Hah!?"

Zea terkejut mendengar pertanyaan Niko. Emang boleh sefrontal itu? Dia tidak tau harus menjawab apa dan hanya terdiam menatap Niko tanpa berkedip. Dia merasa malu dan gugup dalam waktu yang bersamaan.

"Kamu belum punya pacar, kan?"

"B-belum," Jawab Zea terbata.

"So?" Niko mengangkat sebelah alisnya, menunggu jawaban dari Zea.

Zea menggigit bibir bawahnya dan mengangguk pelan tanpa menatap Niko. Melihat itu, Niko tersenyum senang dan menarik dagu Zea agar menatapnya.

"Jangan digigit, nanti berdarah," Ucap Niko sambil menarik dagu Zea agar gigitannya terlepas.

Baru kali ini Zea merasa speechless diperlakukan manis oleh seorang cowok. Rasanya ingin sekali dia menenggelamkan tubuhnya ke air untu menghilangkan rasa panas yang menjalar di tubuhnya.

"Kita pulang, yuk!" Ajak Niko yang langsung diangguki Zea.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH.

JANGAN LUPA KLIK BINTANG DI POJOK KIRI YA!

SEE U NEXT PART!

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang