Part 22

470 12 0
                                    

SORRY YA BARU BISA UPDATE SEKARANG, HEHE...

KEMARIN AKU SIBUK MARATHON BACA CERITA LAIN BUAT NAMBAH REFERENSI UNTUK PENULISAN DAN PEMILIHAN KATA.

ENJOY GUYS!

***

"Gimana? Enak dianterin sama cowok lain?"

"M-mas Daffa kok di rumah?" Tanya Adiva gugup saat mendapati suaminya kini menatapnya datar kearahnya dengan kedua tangan yang dia masukkan kedalam saku celananya.

Daffa hanya berdehem menanggapi ucapan Adiva dan berlalu memasuki rumah meninggalkan Adiva yang masih terdiam. Jujur saja, Daffa merasa cemburu dan tidak rela melihat istrinya itu dibonceng dan didekati lelaki lain. Apalagi baru dua hari istrinya kuliah, tapi sudah didekati dua lelaki.

Tersadar dengan tingkah suaminya yang sepertinya tengah marah padanya. Adiva segera menyusul langkah lebar suaminya dengan berlari kecil.

"Mas! Tungguin Adiva dong!"

Daffa tidak memperdulikan teriakan istrinya dan terus berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Setelah minum beberapa teguk, Daffa memutuskan untuk pergi ke kamar dengan Adiva yang terus mengikuti langkahnya.

Setibanya di kamar, Daffa langsung duduk di sofa yang ada di kamarnya. Dia melonggarkan dasinya yang terasa begitu mencekik lehernya. Lengan kemejanya pun dia gulung sebatas siku, merasa udara di sekitarnya terasa panas. Entah karena udara atau memang hatinya yang tengah terbakar api cemburu.

Melihat aktivitas suaminya, Adiva meneguk ludahnya berkali-kali dengan susah payah. Meski terlihat sedikit berantakan, hal itu tak menghilangkan ketampanan suaminya. Bahkan Daffa terlihat lebih sexy.

Tersadar dengan pikirannya yang mulai melayang jauh, Adiva menggelengkan kepalanya berkali-kali agar pikirannya menjadi waras. Dengan langkah kecilnya, Adiva menghampiri Daffa dan duduk di sampingnya.

Daffa hanya melirik Adiva sebentar dan kembali fokus pada ponselnya. Merasa Adiva kepo dengan kegiatannya, Daffa mengubah duduknya menjadi menghadap istrinya, agar Adiva tidak dapat melihatnya.

"Ngapain sih?" Tanya Adiva sebal saat Daffa seperti menutupi sesuatu darinya.

"Hm," Lagi-lagi Daffa menanggapi pertanyaan Adiva dengan sebuah deheman.

"Mas marah sama aku?"

"Ngga," Jawab Daffa singkat yang membuat Adiva menautkan alisnya dengan bibir cemberut.

Jelas sekali sikapnya mencerminkan jika Daffa tengah marah, tapi tidak mau mengakuinya. Menghela nafas panjang, Adiva berusaha sabar dan kembali bertanya pada suaminya.

"Kalo ga marah kenapa gitu?" Kini Adiva memasang raut memelas dengan bibir melengkung ke bawah, berpikir jika itu dapat meluluhkan suaminya. Tapi lagi-lagi Daffa hanya berdehem memberi tanggapan.

Adiva terdiam sejenak dan menatap wajah suaminya yang begitu serius menatap ponselnya. Apa sepenting itu sampai Adiva diabaikan? Berdecak sebal, Adiva pun berkata, "Yaudah, urusin aja hp nya! Anggep aja aku ga ada!" Dan beanjak menuju meja belajarnya.

Daffa menatap Adiva yang pergi dengan menghentakkan kakinya sebal. Dia heran melihat Adiva yang malah sebal padanya. Padahal dia yang sedang marah, kenapa tidak membujuknya? Dan sekarang, Adiva ikut marah?

Menghela nafas panjang, akhirnya Daffa mengalah dan menghampiri istrinya. Dipeluknya Adiva dari belakang dengan kepala yang dia sembunyikan di ceruk leher Adiva.

Merasakan deru nafas Daffa mengenai kulit sensitifnya, Adiva seketika menegang. Matanya terpejam dengan nafas tercekat merasakan sensasi geli pada lehernya.

"Aku cemburu," Ucap Daffa semakin memperdalam kepalanya untuk mengendus leher putih istrinya.

"Aku ga suka kamu deket-deket sama cowok lain," Lanjut Daffa dengan suara beratnya yang teredam.

Adiva memiringkan kepalanya, seakan memberi akses pada Daffa untuk menjelajahi lehernya. Tangannya terangkat untuk menggenggam kedua tangan Daffa yang melingkar di perutnya.

Daffa tersenyum kecil saat istrinya mempermudah dirinya untuk mencium, menjilat, dan menyesap leher mulus itu. Sesekali Adiva mendesah yang membuat Daffa semakin gencar menjelajahi leher istrinya. Tangannya mulai merambat keatas dan meremas kedua payudara Adiva.

Kepala Adiva mendongak dan bersandar pada bahu Daffa, menikmati setiap sentuhan Daffa pada tubuhnya. Matanya terus memejam dengan mulut yang sedikit terbuka, mengeluarkan desahan dan geraman kecil saat Daffa menggigit kecil lehernya.

"Mashh!"

"Jangan deket-deket sama cowok itu lagi!" Peringat Daffa dengan suara beratnya. Kepalanya enggan menjauh dari leher istrinya dan terus bermain di sana untuk meninggalkan jejak kepemilikannya.

Dalam desahannya Adiva mengangguk. Dia tak lagi mampu untuk berucap saat remasan Daffa pada payudaranya semakin kencang dan membuat dadanya membusung nikmat.

SETELAH ITU, KALIAN TAU SENDIRI LAH.

ADEGAN DICERITA INI TIDAK UNTUK DITIRU!

APALAGI BAGI YANG MASIH DI BAWAH UMUR, JAUH-JAUH DEH!

SEGINI DULU YA...

JANGAN LUPA KLIK BINTANG DI POJOK KIRI ;)

SEE U NEXT PART!

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang