Part 21

442 15 2
                                    

LANJUT GA? LANJUT GA?

YA LANJUT LAH, MASA ENGGA WKWK

ENJOY GUYS!

***

"Zea awas!"

Duk!

Brak!

Zea jatuh pingsan saat bola basket mengenai kepalanya. Adiva berteriak panik melihat kondisi Zea. Niko dan Tristan langsung berlari menghampiri Adiva dan Zea.

"Zea!" Adiva mengangkat kepala Zea dan meletakannya di pahanya. Dia menepuk pelan pipi Zea berkali-kali untuk menyadarkannya, tapi nihil.

"Ze, bangun Ze!"

"Kita bawa kesana!" Ucap Niko mengintrupsi dan membopong tubuh Zea ke kursi yang ada di tepi lapangan.

"Gw beliin minum," Ucap Tristan berlalu meninggalkan mereka bertiga.

Saat Niko meletakkan tubuh Zea di atas kursi, tanpa sengaja dia melihat gelang di tangan Zea yang tidak asing baginya. Ingatannya berputar saat lima tahun yang lalu dia memberikan gelang itu pada seorang gadis yang tengah menangis di taman.

"Amanda," Gumam Niko yang masih bisa di dengar oleh Adiva.

"Kenapa kak?" Tanya Adiva yang membuat Niko tersadar.

"Hah? Ah, engga, ga papa kok," Jawab Niko gugup.

"Lo bawa minyak kayu putih ga?" Tanya Niko mengalihkan pembicaraan.

Adiva menggeleng pelan. Lagipula untuk apa dia membawa minyak kayu putih ke kampus?

"Ze!" Panggil Adiva saat Zea mulai membuka matanya.

Niko mundur satu langkah untuk memberi jalan pada Adiva. Dia terus menatap Zea dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

"Nih, airnya!" Ucap Tristan yang datang membawa sebotol air mineral.

Adiva menerimanya dan membukakannya untuk Zea. Dengan tertatih Zea bangun dan meminum air itu seteguk. Kepalanya terasa sangat pening dan nyut-nyutan.

"Lo gausah kerja ya! Nanti biar gw yang ngomong sama Kak Noah," Ucap Adiva menatap Zea khawatir.

"Sorry ya, Ze! Gara-gara gw lo jadi kena bolanya. Tapi gw bener-bener ga sengaja," Ucap Tristan merasa bersalah sambil mengangkat dua jarinya membentuk peace. Tadi memang dia yang melempar bola itu pada Niko. Tapi bukannya ditangkap, bola itu malah terlontar jauh sampai mengenai Zea.

"Tenang aja kak, gw gapapa kok. Cuma pusing dikit," Jawab Zea sambil memegangi kepalanya dengan senyuman tipis.

Niko masih saja diam dan melihat interaksi di antara ketiganya. Menyadari hal itu, Zea mendongak dan menatap Niko. Pandangan mereka pun bertemu. Dalam beberapa derik mereka saling tatap, hingga suara Tristan memutuskan  kontak mata mereka.

"Gw anter lo pulang, ya!"

"Gausah kak, gw harus kerja," Tolak Zea halus.

"Eh, eh, gabisa! Kepala lo masih sakit, Ze. Gw rasa Kak Noah juga ga akan ngebiarin lo kerja kalo kek gini," Cegah Adiva saat ingin beranjak dari duduknya.

"Biar gw yang anter Zea. Lo anter Adiva aja!" Ucap Niko datar tidak ingin dibantah.

***

Sesuai ucapan Niko, kini Adiva diantar Tristan pulang menggunakan motornya. Adiva dan Tristan berada di depan Zea dan Niko sebagai penunjuk arah. Kepala Zea terlalu pusing hingga dia hanya bisa menyandarkan kepalanya di punggung Niko. Itu bukan keingin Zea, melainkan Niko yang memintanya.

"Masih jauh, Div?" Tanya Tristan dengan sedikit berteriak dan menoleh kebelakang.

"Depan belok kanan, kak."

Tristan mengangguk dan mengikuti arahan dari Adiva. Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai. Tristan langsung mengantar Adiva kerumahnya tanpa melihat kondisi Zea.

Entah kenapa Adiva merasa ada sesuatu di antara keduanya yang tidak dia ketahui. Jadi, dia tidak ingin mengganggu waktu mereka. Meskipun masih terbesit rasa kawatir tentang kondisi sahabatnya.

"Thanks ya, kak," Ucap Adiva setelah turun dari motor.

"Iya sama-sama. Btw, besok lo ada waktu ga?" Tanya Tristan ragu.

"Em, kenapa kak?"

"Gw mau nyari bahan praktikum, lo mau nemenin gw ga?"

Adiva terdiam mendengar ajakan Tristan. Tidak mungkin jika dia menerima ajakannya, pasti suaminya tidak akan memberinya izin. Lagipula mereka baru kenal. Kenapa Tristan seberani itu mengajaknya pergi? Membuat Adiva berpikir yang aneh-aneh saja.

"Keknya gabisa deh, kak. Soalnya besok gw mau pergi sama Zea," Tolak Adiva dengan halus, karena memang benar adanya. Besok dia akan melihat apartemen bersama Zea. Jadi Adiva tidak berbohong kan?

Wajah Tristan terlihat kecewa mendengar penolakan dari Adiva, tapi dia berusaha menutupinya dengan sebuah senyuman.

"Ouh, gitu ya? Yaudah deh, gw pulang dulu ya!"

"Take care kak, sekali lagi makasih udah dianterin," Ucap Adiva dengan senyuman tulus.

Tristan hanya membalasnya dengan senyuman dan melajukan motornya menjauhi rumah Adiva. Saat Adiva ingin masuk rumah, dia dikejutkan dengan seseorang yang kini berdiri di hadapannya.

"Gimana? Enak ya dianterin pulang sama cowok lain?"

YUHUU...

SEGINI DULU YA...

BTW, KALO MISALNYA AKU BUAT CERITA TENTANG KEHIDUPAN ZEA GIMANA?

PADA SETUJU GA NIH?

KALO SETUJU KOMEN YANG BANYAK YA!

SEE U NEXT PART!

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang