9. Trick melindungi hati

7.6K 690 40
                                    

Jangan lupa votes sebelum baca
Komen setelah baca.

Makin rame, makin rajin up nya deh ^^v



Sejak kejadian beberapa hari yang lalu antara Laluna dan Arjunka di sekolah, mereka tidak pernah lagi bertemu. Laluna tidak mempermasalahkannya, walau dalam hatinya masih terasa sesak. Karena sesakit itu ternyata, menjadi orang yang tidak penting, menjadi orang yang Luna anggap sebagai dunianya ternyata tidak menganggapnya sama. Yang Luna anggap segalanya, ternyata hanya menganggapnya serpihan debu mungkin.

Saat menjadi Lorenza, membaca bagian Laluna dan Arjunka tidak sepedih ketika Lorenza kini yang menjadi Laluna.

Anggapan bahwa 'aku tidak sepenting itu' menghantuinya. Laluna sudah membicarakan keputusannya pada kedua orang tuanya, berbeda dengan Arjunka yang tidak membicarakan apapun kepada orang tuanya.

"Tumben ga malem mingguan sama Nyonya?" Tanya Rio yang kini duduk di hadapannya. Arjunka sedang berada di basement, dimana Genk Bang berada, maka kedamaian ia rasakan, seharusnya seperti itu. Tapi, Arjunka masih gelisah, perasaannya tidak karuan.

"Lupa lo? Nyonya masih mode ngambek sama Arjun gara-gara Laras" sahut Mario, laki-laki remaja yang tampan berkacamata. Arjunka menatap tidak suka pada Mario.

"Lagian ya, bisa-bisanya milih tunangan dan sahabat aja sesusah itu? Tunangan tuh calon Nyonya besar, calon istri. Bisa-bisanya jawab gitu doang susah?" Kini giliran Calvin yang menimpali, menyampaikan uneg-uneg dalam hatinya.

"Kalian ga paham, ibaratnya lo punya cewek terus cewek lo ga nerima kita. Gimana?" Tanya Arjunka dengan kesal.

Calvin tertawa sarkas, "kita itu cowok dude, sedangkan sahabat lo itu cewek. Wajar kalo Luna marah, wajar karena dia cemburu. Itu tandanya dia ga mau kehilangan lo, eh lo nya malah ga tegas sama sekali. Heran gue, kemana nih Pangeran Genk Bang kita? Masa masalah cewek melempem gini" ujar Calvin.

"Sekarang gini ya Jun, anggap deh Luna punya sahabat cowok yang baru dia kenal. Terus dia diem-diem keluar bareng sahabatnya itu tanpa bilang ke lo, terus dia selalu meluangkan waktu ketemu sahabatnya tapi ga pernah bisa meluangkan waktunya buat lo kecuali lo lagi sakit. Coba! Gimana kalo lo di posisi itu dan lo nyuruh Luna milih, tapi Luna diem ga bisa jawab? Lo pasti mikir kan kalo ternyata lo ga sepenting itu buat dia?" Tanya Rio yang kini kesal menjelaskannya. "Bisa jadi, itu yang Laluna rasain sekarang. Perasaan ga di anggap"

"Sakit banget sih itu pasti" timpal Mario.

Arjunka mengacak rambutnya, beberapa hari ini Arjunka hanya memberi waktu untuk Laluna sendiri. Memikirkan hubungan mereka. Tapi, jawaban teman-temannya ini menohoknya.

Arjunka mengambil kunci motornya, memakai jaketnya dan segera keluar dari basement.

"Gila aja ya! Luna sabar banget ngadepin cowok kaya Arjun" ucap Calvin yang tengah menatap kepergian Arjunka, di angguki oleh semua yang mendengar.

Sedangkan di dapur mension nya, Laluna tampak baik-baik saja sekarang. Walau matanya sembab, perasaan sesak masih sering datang dan rasa tidak di inginkan itu kembali menguasai dirinya berulang kali. Laluna sedang berusaha melepaskan semuanya, tidak semua berjalan sesuai yang ia inginkan.

Lorenza tidak masalah ketika dia hanya membaca novelnya, tidak menyangka jika perasaan tulus Laluna mendapat hinaan dari Arjunka. Hinaan berupa tidak di inginkan, tidak di cintai, di khianati dan mati di tangan orang yang Laluna cintai.

Ah, air mata Laluna turun deras kembali. Ia terisak, mengingat perasaan Laluna sekarang ia yang rasakan. Perasaan campur aduk sebagai pembaca dan pelaku.

Andai saja Laluna tidak benar-benar mencintai Arjunka, andai saja Arjunka setia dan mampu berkomitmen. Bukankah indah kisah cinta mereka?

Nyatanya, Laluna mencintai seorang diri.

Laluna menghapus kasar air matanya, pandangannya buram terhalang air mata. Bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk membuat cake jadi terbengkalai. Mood nya terjun bebas, tidak menyalahkan hormon remaja lagi. Laluna menyalahkan perasaan Laluna asli yang amat tulus. Merutuki Arjunka dalam hatinya, membuat Laluna tak kunjung puas.

"Laluna" suara yang Laluna rindukan terdengar di belakangnya, namun tak membuat Laluna begitu saja menoleh. Laluna mencoba menenangkan dirinya, tidak ada waktu untuknya berpura-pura tidak selesai menangis. Karena wajah Laluna masih sembab, nafas belum teratur setelah menangis hingga sesak. Jadi, Laluna putuskan untuk tidak melihat Arjunka. "Lun, kita perlu bicara baik-baik"

Laluna menarik nafas dalam "aku sibuk Jun, kita bisa obrolin nanti"

Suara langkah Arjunka terdengar mendekat, Laluna tak bergeming. Dia tidak akan mengizinkan Arjunka melihat penampilannya.

"Maaf" Arjunka meraih tubuh Laluna dan memeluknya dari belakang, Laluna terkesiap. Dirinya tidak mampu berkata-kata. "Maafin aku, aku ga bisa tanpa kamu" sambung Arjunka.

Laluna masih diam, air matanya mengalir kembali. "Apa yang bikin kamu berat untuk milih Arjunka? Apa dia jauh lebih penting dari aku sebagai tunangan kamu?" Laluna menggigit bibir bawahnya agar tidak semakin kencang menangis.

Laluna rasakan kepala Arjunka yang berada di ceruk lehernya menggeleng, "kamu segalanya Laluna, kamu duniaku" ucap Arjunka.

Laluna menggeleng lemah, ia tau kalau posisinya tidak sekuat itu di hati Arjunka. Bukankah menyerah jalan terbaik? Menyerah kemudian berdamai dengan keadaan.

"Kalo aku segalanya, kenapa butuh waktu lama untuk kamu sadar? Kenapa kamu bikin semuanya terasa sulit Arjunka" lirih Laluna, dia melepas pelukan Arjunka dan kini ia menatap Arjunka. Arjunka sedikit terkesiap melihat keadaan Laluna, wajah yang sembab, jelas itu ulahnya. Arjunka merasa sesak di dadanya.

"Maaf, aku bodoh ya?" Tanya Arjunka dengan lembut, perlahan melangkah maju menangkup kedua sisi wajah Laluna. "Kamu nangis sampe kaya gini, jelas aku bodoh banget. Maaf"

Laluna terdiam, melihat kedua mata Arjunka yang nampak tulus. Suara lembut Arjunka yang merayu hatinya.

Namun, Laluna tertampar realita. Masalahnya, Arjunka akan seperti ini lagi ketika bertemu Arumi nanti. Laluna mundur, melepas tangan Arjunka.

"Iya, kamu bodoh. Karena itu, makasih aku jadi tau arti aku di hidupmu" jawab Laluna, menguatkan dirinya sendiri.

"Kamu duniaku Laluna, aku ga bisa bayangin kalo bukan kamu" jawab Arjunka penuh sesal.

"Walopun begitu, aku tetap ingin pertunangan kita berakhir Arjunka" dengan begitu, akan aman untukku jika kamu tiba-tiba pergi untuk Arumi. Maka, aku tidak akan terluka terlalu dalam. Imbuh Laluna dalam hati.

Arjunka tampak diam saja mencerna "Aku ga menyetujuinya Laluna-"

"Tapi Papa dan Mama Wira menyetujuinya" sahut Laluna cepat.

Arjunka menutup mulutnya rapat, dia tidak menerima ini.

"Kita coba jalani semua dari awal ya Arjunka, maaf karena aku terlalu takut untuk melanjutkan. Kalo emang nanti kamu ketemu cewek lain, siapapun itu. Aku akan coba untuk mendukung kamu" ujar Laluna.

Arjunka berdecak tak suka, "Kamu menyuruhku memilih tapi kamu ga meminta pendapatku sama sekali" ujar Arjunka dengan tatapan terluka.

"Maaf, karena aku harus melindungi hatiku"



- T B C -
8 September 2023

The Antagonist's Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang