25. Alasan Jatuh Hati

2K 168 0
                                    

Part 24 BISA DI BACA DI KARYA KARSA (TRNNDHT)

>> 18+ BIJAK DLM MEMBACA YA

Dorongan kencang pada pintu appartment Arjunka membuat Laluna terlonjak kaget, dengan cepat ia berlari keluar pintu kamar. Namun tertahan oleh Arjunka, "aku yakin baik Leo maupun Lane ga akan berani. Jadi, kamu sudah menebak kan siapa?"

Laluna bungkam, tebakannya mungkin saja benar. Hanya Bagaskara yang berani karena status keluarganya jauh di atas keluarga Arjunka. Sedangkan keluarga Laluna sendiri selalu mencari aman, walau demi keamanan anaknya pun pasti akan di selesaikan dengan kepala dingin.

"Kak Bagas! Tolong!" Seru Laluna, Arjunka terkejut sesaat Laluna berteriak.

"Berani lo nyentuh Luna, urusan lo sama gue Arjunka!" Seru Bagaskara dengan suara yang mengintimidasi, namun Arjunka tak gentar. Dengan senyum sarkasnya, dia membelai wajah Laluna yang sudah terisak.

"Andai kamu selalu seperti kucing manis, kita ga akan seperti ini kan? Aku juga ga akan membahayakan diri sendiri" Laluna bergidik ngeri mendapat belaian dari tangan lembut Arjunka. Isakannya kini terdengar pilu, dalam benaknya kin hanya ada Arjunka yang membunuhnya. Adegan novel dalam imajinasinya dulu, seolah nyata.

"Arjunka! Brengsek! Buka pintunya" seru Bagaskara yang berusaha mendobrak pintu kamar Bagas, yang tidak tahu sejak kapan menjadi double key. Keamanan ganda otomatis yang terpasang pada pintunya.

Kedua tangan Arjunka mengunci tubuh Laluna, mendekatkan wajahnya di sisi kiri wajah Laluna.

"Dengan begini, kamu membuatku punya musuh Laluna. Dengan apa kamu akan bertanggung jawab?" Suara Arjunka pun terdengar menyeramkan bagi Laluna saat ini.

"Stop sangkut paut in gue ke dalam segala urusan lo. Dan gue jamin, lo ga akan bermusuhan dengan keluarga Jayvyn" lirih Laluna.

Arjunka tergelak "Kamu kira aku takut dengan mereka? Kamu tau, aku senekat itu orangnya Laluna" hanya suara dobrakan pintu yang terdengar. "Jadi milik gue lagi?" Tanya Arjunka dengan tenang.

Laluna ingin sekali menendang pria di hadapannya ini, andai saja dia seberani itu. Tubuhnya masih gemetaran setelah pelecehan yang di lakukan Arjunka, yang membuat tubuhnya tidak memiliki tenaga lebih.

Suara hentakan kaki beramai-ramai terdengar, sepertinya Bagaskara berhasil membawa orang-orangnya.

"Laluna, mundur dan menjauh dari pintu!" Seru Bagaskara.

Namun, yang ada Laluna semakin di himpit pada daun pintu oleh Arjunka.

"You die, i die" ucap Arjunka, mengecup ringan bibir Laluna.

Dengan segera, Laluna menendang selangkangan Arjunka. Berharap Bagaskara melakukan semuanya dengan benar dan cepat, dia berani melakukannya dengan perhitungan bahwa Bagaskara berhasil menjebol daun pintu kamar ini.

Arjunka pun mengaduh, Laluna segera berlari menjauh dari daun pintu hingga suara debuman berbunyi. Laluna menutup telinga dan matanya.

Beberapa orang menahan Arjunka yang kini tersenyum sarkastik menatap Laluna, sedangkan Bagaskara dengan cepat berjalan ke arah Laluna dan memeluk tubuh gadis itu yang gemetar.

"Bawa dia ke kantor" ucap Bagaskara penuh penekanan. Sungguh, dia sedang menahan emosi di depan gadisnya.

Bagaskara kini melihat penampilan Laluna, matanya nyalang menahan marah. Laluna menggenggam lengan Bagaskara dengan takut.

"Jangan liatin gitu, aku takut" ucapnya menahan isakan.

Sedangkan Bagaskara benar-benar menahan emosinya, gadis yang ia jaga di perlakukan tidak hormat oleh mantan tunangan yang brengsek. Bagaskara jelas tidak akan melupakan ini, ia tidak akan mengampuni siapapun yang melukai gadisnya.

"Makasih" ucap Laluna pelan "Makasih, udah nolongin Luna Kak" imbuhnya, dengan suara gemetar. Laluna tidak tau bagaimana jadinya, jika Bagaskara terlambat menyelamatkannya atau bahkan jika Bagaskara tidak mengetahuinya.

Bagaskara membawa Laluna kedalam pelukannya lagi, saat ponselnya berbunyi dan ia segera mengangkatnya.

"Iya, lo harus bisa ngurus dia dan keluarganya. Dia berani mengusik Jayvyn maka mereka akan menanggungnya"

Suara Bagaskara yang nampak tegas, sangat berbeda dengan Bagaskara yang lemah lembut ketika berbicara dengan Laluna.

Bagaskara menutupi tubuh Laluna dengan hoodie hitamnya, tidak akan ada yang tau jika ia adalah Pangeran Jayvyn. Selama pakaiannya sangatlah sederhana dan apa adanya, berbeda dengan bayangan Laluna tentang kaum elite lainnya. Jayvyn, berbeda.

Mereka berjalan menuju mobil yang di kemudikan oleh supir pribadi Bagaskara, dengan segera Bagaskara meminta di antar ke kediamannya. Laluna pun menyetujuinya, ia tidak mungkin pulang ke rumahnya dalam keadaan seperti ini. Walaupun keluarganya akan sangat khawatir, tapi mereka tidak akan berbuat apapun. Setau Laluna, keluarga mereka tidak ingin memiliki musuh dan selalu berakhir damai. Itu sebabnya, dalam ingatan Laluna ketika membaca novel. Bagaskara lah yang membalas dendam, bukan keluarga Laluna sendiri.

Jadi, Laluna merasa. Semua akan sia-sia walau keluarganya mengetahui apa yang di lakukan Arjunka padanya. Dia membutuhkan Bagaskara untuk membalas perbuatan Arjunka.

Laluna hanya mampu terdiam dalam dekapan Bagaskara, Bagaskara pun tidak banyak tanya. Ia tau, Laluna sedang tidak baik-baik saja.

"Nanti akan ada dokter ke mension, dia akan memeriksamu. Kamu katakan saja apa yang kamu rasakan" ucap Bagaskara lembut, Laluna mengangguk samar.

Elusan lembut di pundak Laluna membuatnya nyaman, matanya pun terpejam dan tidak butuh waktu lama membuatnya tertidur. Hingga tiba di depan mension mewah Bagaskara, Laluna pun masih belum terbangun. Dan, Bagaskara dengan sabar menunggunya di dalam mobil. Dengan tubuhnya yang menjadi sandaran tidur Laluna.

Bagaskara tersenyum, mengingat masa kecilnya ketika mereka sekeluarga liburan bersama. Di perjalanan, Laluna lebih memilih duduk bersama Bagaskara dan Laluna kecil dengan mudah tertidur dalam dekapan tubuh Bagaskara. Bagaimana Laluna bisa melupakan itu? Ketika Bagaskara selalu mengingat setiap detil Laluna.

Laluna mengerjapkan matanya, menyadari bahwa ia tertidur nyaman di dekapan Bagaskara membuatnya dengan cepat tersadar, mengumpulkan nyawa.

"Kok aku ga di bangunin?" Tanya Laluna sambil merapikan penampilannya, kali ini dia melupakan apa yang terjadi beberapa saat lalu.

"Yuk kita masuk" ucap Bagaskara, dengan lembut menuntun Laluna untuk keluar dari dalam mobil menuju dalam mensionnya.

Laluna merasa tidak masuk akal, jika ini kehidupan aslinya. Maka ia akan benar-benar flexing memamerkan semuanya, sayangnya dia hanya figuran yang datang mengisi raga pemain antagonis.

Mereka di sambut beberapa maid dan kepala maid yang menunduk sopan, Laluna memastikan bahwa tidak ada mahkota di kepala Bagaskara. Namun, suasananya kental sekali seperti zaman monarki modern. Apa memang Bagaskara benar-benar Pangeran di zaman modern ini? Laluna belum begitu paham tentang dunia yang ia tinggali sekarang, dia hanya terlalu fokus lepas dari alur tanpa memperhatikan peluang lainnya.

Bagaskara membuka pintu berwarna putih, mempersilahkan Laluna masuk dan di susul oleh Bagaskara bersama beberapa maid yang sepertinya sedang mempersiapkan sesuatu di kamar mandi.

"Kamu bisa bersih-bersih dulu, aku akan menunggu disini" ucap Bagaskara. Laluna dengan cepat menagangguk, ia pun sudah sangat risih dan jijik. Mengingat apa yang terjadi tadi.

"Kak, sekali lagi makasih banyak" ucap Laluna tulus

"Aku harap kamu tidak akan membela mantan tunanganmu itu, dengan izin atau tanpa izin dari kamu. Aku akan tetap membalasnya" ucap Bagaskara.

Laluna mengangguk "Kak, bolehkan aku berharap sama Kak Bagas? Bisa kan Kak Bagas ngelindungin aku dari dia atau siapapun nanti yang mungkin akan nyakitin aku?" Tanya Laluna.

Bagaskara mendekati Laluna, membelai satu sisi wajah Laluna dengan lembut. "You can rely on me, sweet heart" suara lembut Bagaskara mampu menenangkan Laluna yang tadi masih takut karena Arjunka. Kini tergantikan dengan rasa nyaman, dan bolehkah ia bahagia? Mungkin, karena inilah alasan dia jatuh hati.

-TBC-

The Antagonist's Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang