29. Peri Mimpi

1.2K 81 0
                                    

Budayakan untuk votes dan komen ya 🫶🏻



Laluna takjub melihat pemandangan kota fiktif di bawahnya, mampu menghipnotis mata yang dulunya tidak pernah menikmati keindahan fana ini. Nyatanya, hal seperti ini mampu membuatnya tersenyum bahagia.

"Are you this extremely happy sweet heart? Lihat mulutmu sampai ke telinga" ucap Bagaskara membuat Laluna melotot dan memukul lengan kekar Bagaskara.

"Kalau mau puji, puji aja kali kenapa harus ada kalimat hiperbola nya?" Tanya Laluna, walau kesal tapi diam-diam menikmati kehangatan dan sisi lain dari Bagaskara yang dominan.

Bagaskara terkekeh, hingga helikopter yang mereka tumpangi membawa mereka merendah, berusaha untuk mendarat dengan sempurna.

"Kita ngapain kesini?" Laluna berusaha menahan pekikannya, di kehidupannya yang dulu ia sangat ingin mendatangi Disney land. Walau ada uangnya, tapi tidak ada waktu untuk menikmatinya. Dan, dia menyesal tidak menikmati uangnya di kehidupannya yang lalu.

Bagaskara tersenyum, "Impian kamu kan pergi ke sini? Apa masih sama?"

Laluna sedikit terkejut, bagaimana Bagaskara bisa tau?

"Kamu dulu sering bilang, kalau Papa Aro akan membuatkanmu istana yang luas di tengah-tengah wahana bermain yang cantik. Lalu, kamu akan menikah disana" ucap Bagaskara.

Bagaimana Laluna bisa lupa, kalau yang Bagaskara cintai itu Laluna yang asli. Ada sedikit perasaan sesak di hati Laluna, perasaannya yang asli.

"Aku membangun ini karena mengingat impian kamu My Moon" Laluna terkesiap, menatap tak percaya pada Bagaskara.

"Walau kamu bukan yang pertama datang kemari, karena aku yang terlambat menemuimu. Tapi, aku pastikan kamu tau alasanku membuat ini semua" Bagaskara mengecup punggung tangan Laluna, kemudian menuntun Laluna untuk keluar dari helikopter.

Jika ini kehidupan nyatanya dulu, dengan sangat lihai Laluna akan berkata "gombal dasar lu buaya!" Karena sudah di pastikan tidak akan mungkin seorang pria di kehidupannya dulu memperlakukannya seperti bagaimana Bagaskara memperlakukan Laluna.

Jika pun ada novel tentang Laluna dan Bagaskara, Lorenza tidak akan sudi membacanya. Terlalu romantis, Lorenza tidak akan memahaminya dan akan bilang "i can't relate!"

Namun, nyatanya disini Lorenza sebagai Laluna masih ternganga di perlakukan seperti ini. Dan, dalam hatinya diam-diam meminta akhir yang bahagia untuk kisahnya bersama Bagaskara.

"Kamu mau nyoba yang mana dulu?" Tanya Bagaskara ketika langkah kaki mereka berada di depan boots tiket beberapa wahana.

Laluna tentu saja langsung memilih wahana ekstrim, permainan roller coaster yang melewati puncak istana yang berada di tengah-tengah taman bermain ini.

Bagaskara nampak tak percaya dengan apa yang Laluna ucapkan "Beneran, aku pingin naik biar berasa deket sama puncak istana yang Kak Bagas bangun buat aku" jawabnya meyakinkan, padahal alasannya dia hanya ingin berteriak sekencang mungkin melepaskan beban dalam hati dan otaknya.

Bagaskara tak sedetikpun melepas genggaman tangan mereka, Laluna pun tak keberatan walau banyak pasang mata yang kini menatap mereka.

Mereka melewati kerumunan antrian, bukan lagi sebagai pengunjung VVIP tapi pemilik langsung terjun untuk menikmati wahana pertama kali sejak buka. Tentu saja, tanpa pemberitahuan apapun membuat seluruh pegawai terkejut, dengan cepat mengumpulkan petugas keamanan untuk memperketat penjagaan.

Laluna dengan senang hati berjalan, bersenandung riang menikmati hari-hari seperti mimpi indah. Kalaupun memang mimpi, dia rela hidup selamanya dalam mimpi indah ini. Bagaskara seperti peri dalam mimpinya,  mengabulkan perasaan Laluna yang tertinggal di sudut hatinya. Sejak lama, Laluna lupa untuk membahagiakan dirinya sendiri, dia lupa bahwa perasaannya pun kian nyata karena selalu di pupuk oleh Bagaskara.

The Antagonist's Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang