Double UP
MAKA BUDAYAKAN KLIK VOTES SEBELUM MEMBACA
KETIK KOMENTAR SELESAI MEMBACAPagi ini, Laluna sudah siap dengan seragamnya. Laluna mematut dirinya di depan cermin, mengagumi kecantikan gadis muda. Memang, remaja adalah masa yang indah. Tidak pusing mencari uang untuk sekedar makan, tidak pula bingung cari muka untuk sekedar berteman.
Rambut panjangnya, ia urai. Menambahkan jepit rambut di sebelah kanan sebagai pemanis penampilannya.
Tabir surya, bedak dan lip tint berwarna senada dengan bibirnya. Membuat penampilan Laluna sempurna untuk gadis SMA.
Dia membawa tas yang sudah ia siapkan semalam, oh dan semalan tidak ada satu pesan pun dari Arjunka yang mendapatkan balasan dari Laluna.
"Selamat pagi" sapa Laluna mendapati keluarganya berada di ruang makan, oh dan Abang barunya.
Laluna menyapa dengan senyum ramah ketika Leo menatapnya, 'Oh hai antagonist tampan, kamu harus ada di kubuku!' Seru Laluna dalam hati.
"Abang Leo ya?" Tanya Laluna mendekat, menyodorkan tangan untuk bersalaman. Leo yang di sambut hangat sedikit mengernyit bingun namun tetap menerima uluran tangan, adiknya tersebut. "Laluna, semoga kita bisa saling mengenal ya Bang dan selamat datang di rumah"
Ketiga orang yang menatap interaksi mereka, tersenyum dalam diam.
Acara makan pagi pun terlewati, kini Laluna sudah berada di depan sekolah mewahnya. Menyemangati dirinya sendiri, mengandalkan memori yang di tinggalkan tubuhnya.
Tubuhnya berjalan otomatis, seakan tau kelas mana yang ia tuju. Oh, dan tepat. Laluna memasuki kelas yang benar dan duduk di bangku yang tepat.
"Akhirnya Baginda ratu masuk kelas juga" seru Jihan, yang kini menoleh ke arahnya. "Gimana? Udah enakan?"
Laluna mengangguk. Laluna, Jihan dan Galuh. Mereka berteman dekat sejak mereka satu kelas, sebelumnya mereka satu SMP tapi tidak begitu dekat. "Aman" jawab Laluna.
"Kita mau nengokin ga di bolehin sama cowok lo, gila ya lo mau di monopoli sendiri" ucap Galuh yang duduk di samping kanannya.
"Padahal dia bisa kapan aja kan nemenin Luna" ucap Jihan menyetujui apa yang di katakan Galuh.
"Yaudah, kan sekarang udah ketemu nih" jawab Laluna menyudahi membahas Arjunka, dia sedang tidak ingin sesak pagi pagi.
Laluna merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya memasuki raga gadis remaja yang statusnya masih pelajar. Membuatnya pusing kembali dengan mata pelajaran yang ada, ah kalau Laluna berumur panjang dia juga akan kuliah kemudian skripsi dan berjuang mencari pekerjaan lagi? Oh tidak. Itu adalah kesialan berulang.
Laluna berjalan beriringan bersama Jihan dan Galuh menuju kantin, kelas sebelas memang lagi seru-serunya menikmati masa sekolah. Tidak canggung karena menjadi junior baru seperti kelas sepuluh, tidak pula stress karena mendekati ujian seperti kelas dua belas. Kelas sebelas adalah masa dimana keseruan anak sekolah terbentuk dan akan menjadi kenangan yang akan selalu di ingat.
Kantin sudah ramai ketika mereka datang, Laluna bertatapan dengan Male Lead. Arjunka Wiratmaja. Yang entah kenapa terlihat sedikit kacau di mata Laluna, 'mungkin dia melewati pagi yang melelahkan' batinnya.
Laluna duduk di bangku kosong sekenanya, Jihan mengernyit heran "tumben ga bareng ayang?" Tanyanya.
"Engga, lagi males jalan jauh" jawab Laluna sekenanya. Laluna mulai mengedarkan pandangannya, mencari menu yang cocok untuk lidah dan perutnya. Tanpa memperdulikan Arjunka yang menatapnya sendu.
Ah biarlah dunia berkata apa sekarang, Luna sedang tidak ingin mengambil pusing.
Laluna segera berjalan memesan apa yang dia ingin makan, sepertinya Mie pangsit enak untuk makan siangnya. Jadi, Laluna berjalan ke kedai yang bertuliskan "Mie Pangsit Om Ebleh" Laluna mengernyit membaca nama penjual mie tersebut.
"Om, mie pangsitnya satu tanpa sayur ya, acarnya banyakin" ucap Laluna kemudian menerima nomer yang akan di bayarkan ke kasir. Sistem di kantin sekolah Laluna seperti ini, ribet tapi kondusif.
Penjual hanya memberikan nomer sesuai pesanan, jika pesan satu maka akan di berikan satu nomer, jika pesan dua maka di berikan dua. Kemudian membawa nomer tersebut di meja kasir, selesai. Tidak ada tuh yang hanya membawa nomer tanpa membayar, semuanya jujur dan memang sekolah Laluna tertuju pada orang-orang berduit dimana harga pangsit 30 ribu sudah terhitung murah. Jadi, mereka tidak akan kabur hanya membawa nomer tanpa membayar.
Laluna hendak duduk di tempatnya, ternyata Arjunka sudah duduk disana. Menunggunya.
Laluna tidak mungkin menghindar terus menerus kan? Apalagi nomor meja sudah tercatat di kasir, jadi nanti akan di antar ke meja. Tidak mungkin Laluna berpindah tempat.
Dengan malas Laluna berjalan menghampiri meja dimana Arjunka berada.
"Kita harus bicara Na" ucap Arjunka sesaat setelah Laluna duduk.
Laluna menatap Arjunka tanpa minat, melukai harga diri Arjunka. Dia tidak suka Laluna menatapnya demikian.
"Apa sih Arjunka? Aku udah bilang berulang kali dan jawaban kamu juga tetap sama kan?" Jawab Laluna dengan pertanyaan.
Arjunka menggeleng, "Sekarang gini Arjunka, aku tuh ga minta ribet lho. Aku cuma nyuruh kamu milih aja antara aku atau Laras, aku udah bilang sama kamu kalo aku ga percaya sama kamu. Maaf"
"Aku sama Laras ga ada apa-apa Luna, kita cuma sahabatan dan ga lebih. Kenapa kamu ga bisa nerima itu?" Tanya Arjunka, suaranya tampak putus asa.
"Apa aku aja ga cukup untuk jadi sahabat, ataupun partner dalam apapun buat kamu?" Tanya Laluna, tidak lama pesanan pangsitnya datang. Ah Laluna sudah tidak berminat lagi. Salahkan pada Arjunka yang datang seenaknya.
"Dunia aku bukan cuma kamu Lun" lirih Arjunka.
"Correct. Dan, itulah alasan kenapa aku ingin mengakhiri semuanya Arjunka. Karena aku bukan dunia kamu, sedangkan aku menganggap kamu sebagai dunia aku. Aku juga butuh orang yang akan menganggap aku segalanya, yang ga akan bingung misal ada pilihan antara aku atau gadis lain yang akan dengan mantab milih aku" jawab Laluna lugas.
Ya siapa juga yang mau menjadi pilihan? Laluna tau masa depan dia melalui novel, untuk apa di pertahankan kalau memang sang tokoh utama tidak ingin.
"Makan Jun" tawar Laluna, kemudian menikmati mie pangsitnya dalam hening.
Arjunka memilih memperhatikan Laluna, perasaannya tak menentu. Apa sih susahnya Laluna menerima Laras, Laras hanya sahabat yang tidak mungkin terjadi keromantisan disana. Hati Arjunka sudah untuk Laluna, tapi dia gengsi mengakuinya.
"Mending kita udahin ya? Aku akan bilang ke Papa dan Mama Wira, kamu pasti akan dapat yang jauh lebih baik dan nerima kamu dan dunia kamu" jawab Laluna. Kemudian berdiri dan menyingkir dari sana.
Laluna tidak cukup kuat mengatakannya, dadanya amat sesak. Ah hormon remaja. Percayalah, kamu akan mendapatkan yang lain nanti. Hari masih jauh, semua bisa di sesuaikan.
Namun, tanpa Laluna sadari. Air matanya meluncur dengan cantik, perasaan Laluna asli yang sesungguhnya.
'Apa aku terlalu keras pada diriku sendiri Luna?' Ucap Laluna bermonolog.
- T B C -
6 September 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonist's Second Chance
Fantasy(HANYA AKAN LENGKAP DI KARYAKARSA) AWAL CERITA SUDAH TERSEDIA DI KARYAKARSA Lorenza berusia 25 tahun, yang tengah menjalani the quarter of life nya. Yang merasa hidup sedang berat-beratnya, menjadi junior di kantor tidak semudah yang ia bayangkan. S...