"AKU AKAN MENGGUGURKANNYA."
"Apa kau gila? Hah? Itu anak mu Anggun."
"AKU TIDAK PEDULI." Anggun berteriak sambil mencoba memukul perutnya yang sudah mulai membuncit.
"ARGGHH MATI KAU SIALAN." Anggun masih terus berteriak sambil menangis tak terima dengan kabar yang baru saja dia dengar dari dokter. Bahkan saat ini mereka masih di lorong rumah sakit khusus kandungan.
Karlina sendiri mencoba menghentikan tangan Anggun yang masih terus memukul nya keras.
"Daren hentikan istrimu!! Dia akan membunuh anaknya jika seperti itu."Daren sendiri hanya diam menatap Anggun yang sudah kesetanan memukul perutnya sendiri dengan membabi buta, dirinya pun tak ada niatan untuk mencegah istrinya berhenti biarlah janin itu mati saja.
"ANGGUN!!"
PLAK
Nafas Karlina memburu dengan emosi yang sudah membumbung tinggi, Anggun sendiri masih terus menangis histeris sambil memegang pipinya yang baru saja ibunya tampar.
"KAU GILA HAH? Apa yang sebenarnya ada di otak kamu Anggun." Karlina memegang pundak Anggun dengan mengguncang nya keras mencoba menyadarkan anaknya itu.
"Aku gak mau punya anak lagi, Ibu tau sendiri aku tak mau memiliki anak lebih dari dua. Risa dan Leon udah cukup buat aku." tangis Anggun masih terdengar bahkan sekarang ia sudah duduk di lantai.
"Biarkan kami melakukan aborsi Ibu."
"Apa maksud mu Daren? Kau juga ingin janin ini mati hah?"
"Seperti yang Anggun bilang kami tak butuh anak lagi, dua bagi kami sudah cukup." Daren berucap datar sambil menatap perut istrinya.
"APA KALIAN SUDAH GILA? Lalu kenapa kalian membuatnya huh? Ada dan enggaknya janin yang ada di perut istrimu adalah pilihan kalian. Kalau kalian memang tak ingin punya anak lagi kalian pasti tau apa yang seharusnya dilakukan. Sekarang saat sudah ada nyawa tak berdosa di perut mu kau akan membunuh nya begitu saja?" marah Karlina saat tak habis pikir dengan pemikiran anak dan menantunya yang benar benar membuat pikirannya mendidih.
"Itu adalah sebuah kesalahan dan harus segera diselesaikan. Dengan membunuh nya." ucap Daren masih kekeh untuk membunuh janin yang ada di perut istrinya.
"Jika kalian berani membunuh janin itu, ibu pastikan hidup mu juga akan hancur. Risa dan Leon akan ku bawa dimana kalian tak akan pernah melihatnya lagi." suara datar Karlina membuat Daren dan Anggun menatap tak percaya, jika Karlina sudah menampilkan raut muka datar tanpa ekspresi seperti itu artinya ucapannya tak main main.
"Ibu gak berhak atas mereka! Mereka anak anak aku." Anggun berdiri lalu mendekat ke arah Karlina dengan wajah marah.
"Kenapa tidak jika kau bisa melakukan sesuatu dengan sesuka mu ibu juga bisa lakuin itu."
"Mau Ibu apa sebenarnya sih? Aku gak akan sudi rawat anak sialan ini." lanjut Anggun masih dengan emosi yang menguasainya.
Karlina mengeraskan rahangnya mencoba tak ikut terbawa emosi kembali. "Biarkan anak ini lahir. Biar ibu yang merawatnya jika kau tak mau."
Daren ikut maju mendekat tak terima dengan keputusan Karlina, "Ibu bercanda? Ibu ingin kita membesarkan anak ini?"
"Ibu yang akan merawatnya kalian hanya perlu membiarkan dia tumbuh dengan baik di perut Anggun."
Karlina berbalik berjalan menjauh sebelum benar benar pergi ia berucap dengan tegas. "Ibu tidak pernah main main dengan ucapan Ibu, mereka berdua bisa ku bawa kapan pun Ibu mau. Itu semua tergantung pada keputusan kalian." setelahnya Karlina benar benar meninggalkan pasangan suami istri itu yang sekarang masih diliputi emosi yang tinggi.
Nafas Daren memburu dengan tangan terkepal erat. Enggak akan ia biarkan anak ini hidup dengan tenang jika seperti itu caranya.
****
Haiii
Nama aku livia
Nama kalian siapa? Komen disini oke👌🏻
••
Cerita pertama aku nih hehe
Semoga suka ya,😊😘Untuk awalan nya ini udah aku ganti yang baru, maaf aku ganti tiba tiba di tengah cerita.🙏🏻
Jangan lupa dukung aku yahhh🫶🏻😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Gheisha
Teen Fiction"K-kak, kak Rivan mau apa?" Punggung Gheisha menubruk dinding dibelakangnya, sungguh tubuhnya sudah bergemetar ketakutan melihat kakak iparnya semakin mendekat kearah dirinya. Apalagi melihat tatapan kakak iparnya yang berbeda dari sebelumnya. Ia h...