Mata Gheisha menatap kosong ke depan dengan raut muka yang terlihat sendu, setelah mendengarkan penjelasan yang diucapkan Kevin kepadanya beberapa jam lalu Gheisha benar benar hanya diam dengan segala kebisingan yang hinggap di kepalanya.
Lalu sekarang bagaimana? Apa ini akan menjadi akhirnya? Apa semuanya akan lebih baik jika akhirnya dia kalah? Apa ia harus menyerah saja?
Jujur saja Gheisha takut ia belum siap dengan semua yang sekiranya akan terjadi ke depannya nanti setelah ini. Semuanya datang dengan waktu yang bersamaan rasanya ia ingin sekali menangis tapi tak bisa, ia serasa tak bisa lagi merasakan perasaannya sendiri semuanya terasa hambar dengan sedikit rasa nyeri di hatinya.
Kepala Gheisha sedikit menunduk menatap sebuah tangan yang kini tengah menggenggam tangannya dengan usapan lembut.
"Kamu gak sendiri Ghe, aku akan berusaha semampu aku kamu pasti bisa." Kevin berucap meyakinkan.
Gheisha mendongak menatap kevin dengan sendu, "Kalau aku kalah?"
Suara bergetar Gheisha membuat tubuh Kevin menegang tak nyaman, tatapan yang Gheisha tunjukkan seolah mengatakan dia sudah kehilangan harapannya. Hatinya ikut sakit melihat perempuan di depannya ini terlihat sangat putus asa.
"Ayo lewati sama aku Ghe, seberat apapun nanti jadiin aku buat tempat kamu pulang."
Walau bagaimana pun Kevin sudah dekat sekali dengan Gheisha dan juga Karlina nenek Gheisha. Bahkan biaya rumah sakit setiap Gheisha perlu dirawat pun Kevin yang ambil alih dengan uang tinggalan Karlina yang dititipkan kepadanya.
Sejak kepergian Karlina Gheisha sering sekali bolak balik rumah sakit karena perbuatan orang tuanya, entah hanya luka ringan sampai perlu dirawat beberapa hari. Apalagi semenjak kejadian dua tahun lalu, hal itu membuat Gheisha semakin sering keluar masuk rumah sakit dengan banyaknya luka yang lebih parah dari dulu. Sebab itu mereka semakin dekat dan mengenal satu sama lain
"Udah terlambat juga kan kak? Waktu aku gak banyak," Gheisha mengalihkan pandangannya dari Kevin, melihat bagaimana khawatirnya kevin membuat Gheisha membayangkan jika itu adalah orang tuanya dan kakaknya, ah rasanya ia ingin sekali di khawatirkan oleh mereka. Kalau seandainya mereka tau, apakah mereka akan menghawatirkannya seperti itu? Namun hal itu akan sangat mustahil terjadi, hanya membayangkan saja membuat hatinya terasa bertambah nyeri.
"Tinggal tunggu waktunya aja sampai aku kalah sama penyakit aku." cicit Gheisha.
"Ghe..." Nada suara Kevin terdengar agak meninggi. Wajahnya terlihat memerah dengan tatapan marah tak suka dengan apa yang baru saja gadis didepannya ini ucapkan.
"Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk bantu sembuhin kamu, ayo bertahan lebih lama." lanjutnya dengan suara terdengar pelan.
Gheisha menoleh menatap tak minat Kevin, "Buat apa? Kakak juga gak bisa jamin aku akan bener bener sembuhkan? Lagi pula ada dan enggak nya aku gak akan buat Mereka bisa nerima aku kan." ucapnya lalu merebahkan tubuhnya membelakangi lelaki itu.
Mata Kevin memanas dengan pandangan yang masih setia menatap punggung rapuh didepan nya. Bahkan setelah ia mengatakan tentang semuanya gadis didepannya ini sama sekali tak menangis, dia hanya diam sedari tadi.
"Aku emang gak bisa janjiin itu Ghe, tapi aku akan berusaha sampai kamu sembuh." ucap Kevin dengan bergetar bahkan air matanya juga ikut menetes. Dengan cepat Kevin mengusap air matanya yang jatuh, lalu bangkit dan meninggalkan Gheisha di kamar rawat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gheisha
Teen Fiction"K-kak, kak Rivan mau apa?" Punggung Gheisha menubruk dinding dibelakangnya, sungguh tubuhnya sudah bergemetar ketakutan melihat kakak iparnya semakin mendekat kearah dirinya. Apalagi melihat tatapan kakak iparnya yang berbeda dari sebelumnya. Ia h...