Satu jam lebih sudah terlewati, Gheisha masih betah duduk di sana mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Namun bukannya lebih tenang isi pikirannya malah semakin berisik dengan segala ingatan kenangan yang kembali menghampiri dengan membawa sebuah rindu dan luka sekaligus.
Gheisha belum ingin pulang tapi masalah akan semakin besar jika ia menghindar, ia hanya sedang menetapkan hatinya sebentar menguatkan mentalnya sekejap sebelum ia kembali ke rumah. Tubuhnya disini tapi pikirannya melayang memikirkan bagaimana nasibnya nanti saat ia bertemu mereka, membayangkan tubuhnya yang pasti akan terkena amukan brutal ayahnya membuat ia enggan untuk beranjak pulang. Namun kembali ke awal lagi, masalahnya tidak akan selesai jika ia menghindar kali ini.
Helahan nafas Gheisha terdengar berat saat kembali bingung antara ia pulang atau pun tidak. Ia belum siap menerima kesakitan itu lagi ia takut. Tapi jika dipikir lagi ia akan semakin terkena amukan jika pulang lebih larut lagi.
"Aku takut Tuhan, semoga aja nanti aku baik baik aja." seru batinnya.
Gheisha menatap sekitarnya, ditempat ia duduk sudah mulai sepi menandakan hari sudah semakin larut. Gheisha membuka tasnya mencoba mencari handphone nya ia mengerutkan dahinya bingung, ia tidak menemukan handphone nya di dalam tas saat ia mencoba mencari di saku rok sekolahnya pun tidak ada.
"Masa ketinggalan di rumah Nara?" gumamnya pelan sambil mengingat ingat dimana terakhir dia memainkan handphonenya.
"Ya ampun" pekiknya kecil sambil menepuk jidatnya pelan. Ia baru ingat kalau handphonenya jatuh saat kejadian tadi di sekolah. "Terus gimana dong?"
Terlihat jelas raut bingung di wajahnya, gimana cara dirinya pulang? Sekarang juga udah gak seramai tadi. Ia menyesal menolak tawaran Nara tadi, gak mungkin juga ia kembali lagi ke rumah Nara.
"Terus gimana? Jalan kaki? Pakai kendaraan aja sekitar 45 menit, kalau jalan mau berapa jam?" seru batin Gheisha.
"Huuff, ya udah deh." ucapnya lesu sambil berjalan pelan. Siapa tau nanti ada ojek atau taksi lewat kan? Semoga aja.
Sudah setengah jam Gheisha berjalan namun tak ada taksi yang lewat sama sekali. Ia sudah sangat lelah sekarang, kakinya sudah sangat terasa pegal jika harus terus berjalan. Gheisha berhenti berjalan lalu berjongkok di trotoar dengan wajah yang menunduk, ia lelah berdiri bahkan dinginnya udara malam tidak membuat ia kedinginan malah ia merasakan panas. Jika di sentuh kulitnya terasa dingin juga lengket karena keringat yang keluar bercampur dengan udara dinginnya malam.
Nafas Gheisha sedikit tak beraturan ia capek sekali, kenapa juga gak ada taksi atau apapun itu yang bisa ia tumpangi untuk pulang. Rumahnya masih cukup jauh dan ia sudah lelah sekali untuk lanjut berjalan. Rasanya ia ingin menangis, hari ini sungguh hari yang berat buat dirinya.
"Ngapain?"
Gheisha tersentak kaget saat mendengar suara seseorang beruntung ia tidak berteriak ia lalu mendongak mencari sumber suara itu. Ia sedikit menyipitkan matanya mencoba melihat orang itu, cahaya di jalan ini sungguh minim sekali. Saat mengetahui siapa orang yang berdiri menjulang dihadapan nya Gheisha secara tak sadar langsung membolakan matanya kaget dengan cepat ia berdiri masih dengan menatap sosok laki laki didepan nya dengan kaget.
"Ngapain sendiri disini?" ucap laki laki itu mengulang pertanyaannya lagi saat melihat Gheisha masih diam menatap dirinya.
Gheisha langsung tersadar kembali saat mendengar suara laki laki didepan nya lagi. "Huh? O-oh i-itu apa aku lagi.." ia bingung harus menjawab apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gheisha
Novela Juvenil"K-kak, kak Rivan mau apa?" Punggung Gheisha menubruk dinding dibelakangnya, sungguh tubuhnya sudah bergemetar ketakutan melihat kakak iparnya semakin mendekat kearah dirinya. Apalagi melihat tatapan kakak iparnya yang berbeda dari sebelumnya. Ia h...