Part|| 27

304 12 3
                                    

Keadaan Gheisha mulai membaik dengan luka lebam dan luka lain yang disebabkan oleh ayahnya sudah 90℅ sembuh, namun untuk kanker hatinya mungkin itu yang akan membuat daya tahan tubuhnya menurun. Apalagi dirinya harus rutin kemoterapi dan lainnya untuk menghambat penyebaran kanker walau sudah sangat terlambat tapi Kevin berkata itu akan cukup membantu agar lebih baik. Entahlah dirinya tak yakin.

Selama beberapa hari ini juga dirinya sudah mulai kemoterapi yang mana efek sampingnya sudah membuat tubuhnya cukup sakit, Kevin berkata rambutnya juga bisa rontok semakin lama nantinya. Gheisha menyentuh rambutnya yang sudah agak memanjang setelah dulu ia potong pendek, ia berencana tak ingin memberi tahu siapa pun tentang ini bahkan bi Ima yang selama ini menjaganya pun belum tau, biar ini menjadi rahasianya saja.

Bukan tanpa alasan juga dirinya ingin menutupi penyakitnya ini namun ia juga yakin mereka tak akan peduli, mungkin kalau sampai akhir nanti dirinya kalah mereka akan bahagia tanpa ada rasa sedih sedikitpun beban dan pembawa sial ini hilang.

Saat ini Gheisha masih duduk di atas tempat tidur ruang inapnya menunggu bi Ima membereskan barang barangnya Kevin juga sedang menyiapkan beberapa obat obatan yang harus Gheisha minum, membayangkan akan seberapa banyaknya obat itu membuat dirinya mual namun itu semua akan menjadi temannya mulai sekarang.

"Non barangnya udah bibi beresin semua, mau langsung pulang sekarang?"

"Nunggu kak Kevin lagi ambil obat bentar ya bi."

Alis bi Ima mengkerut bingung, bukankah obat dan salep nya sudah ia beresan juga? Bahkan sekarang sudah ia masukkan kedalam tas.

"Itu obatnya udah bibi masukin tas Non. Non ada keluhan lain?"

"Ehh enggak bi enggak, i-itu obat buat penghilang rasa nyeri sama vitamin aja kok bi." ia salah berbicara sepertinya. Dirinya tak sepenuhnya berbohong kok, memang obat yang ia sebutkan tadi juga salah satunya yang sedang Kevin siapkan.

"Ohh beda toh sama yang itu?" tunjuk bi Ima kearah tas kecil di meja.

Gheisha hanya bisa menggangguk dengan tersenyum lega, beruntung bi Ima tidak bertanya macam macam. Tak lama Kevin pun datang membawa beberapa obat yang sudah di masukkan kedalam sebuah pouch dengan gambar stroberi kecil di ujung bawah. Bi Ima sendiri langsung keluar terlebih dulu membawa barang barang yang lain untuk menunggu diluar.

"Ini jangan sampai telat minum obatnya. Kalau ada yang sakit langsung telfon aku."

"Iya makasih kak Kevin."

Kevin tersenyum sambil mengangkat tangannya mengelus rambut Gheisha. "Kamu yakin gak mau tinggal di apartemen aku aja? Aku jarang pulang kesana jadi kalau kamu mau, kamu bisa disana."

"Makasih kak, aku pulang ke rumah aja nanti Papa makin marah. Kak Kevin juga udah banyak bantuin aku."

Memang dari kemarin Kevin terus memaksanya untuk tinggal di apartemen nya saja, alasannya agar dirinya tak dilukai lagi oleh papanya. Ia sudah menolaknya dengan halus, ia juga tau Kevin punya niat yang baik tapi itu tidak menyelesaikan masalah, bahkan masalah pasti akan semakin kacau kalau dirinya malah kabur dari mereka.

"Ghe, mereka pasti akan nyakitin kamu lagi. Di sana bahaya buat kamu apalagi keadaan kamu saat ini bisa semakin buruk nanti." Kevin benar benar khawatir dengan itu, apalagi dengan Gheisha yang tak mau memberitahu keadaannya pada mereka.

GheishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang