Part|| 19

804 21 0
                                    

Ctak

"Ahkk... Udah pa sakit.." teriak Gheisha dengan memohon kepada Daren. Matanya terus mengeluarkan air mata menahan rasa perih dan panas yang sangat terasa pada punggungnya saat papanya kembali mencambuk tubuhnya dengan ikat pinggang.

"Shhh.." desisnya menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Daren menatap Gheisha dengan dada naik turun masih menatap nyalang tubuh yang sedang meringkuk sambil menangis menahan rasa sakit. Ia bahkan kembali mencambuk tubuh ringkih itu seakan belum puas melihat sudah banyak nya luka serta lebab yang terdapat di tubuh anaknya.

Gheisha memekik keras saat cambukan kembali papanya layangkan. Ia menatap papanya saat pria itu membuang asal ikat pinggangnya lalu pergi keluar dari dalam gudang.

"Sshhh... Sakit.." lagi air mata nya kembali berlomba lomba keluar semakin deras. Cukup lama papanya menghajar dirinya di sini, bukan hanya cambukan saja yang ia terima pukulan tamparan juga ia rasakan. Bahkan dahinya juga terlihat mengeluarkan sedikit darah, lebam memenuhi tangan serta kakinya. Semua badannya terasa remuk bekas cambukan masih terasa panas serta perih, entah bagaimana keadaan punggungnya saat ini.

"Hiks... H-hiks.." suara isakan terdengar memenuhi gudang kumuh yang berada di ujung belakang rumahnya. Penampilan Gheisha sangat terlihat kacau sekali.

Meskipun ini bukanlah hal yang pertama kalinya ia alami, namun semua rasa sakit ini sungguh menyiksanya. Saat Gheisha masih kecil ia bahkan sering mendapatkan perlakuan seperti ini, walau belum sampai menghajarnya dengan pukulan serta cambukan. Hanya sekedar mengurungnya semalaman.

Gheisha masih meringkuk diatas lantai kotor gudang tanpa beranjak sedikit pun. Bahkan Gheisha rasa ia sudah tidak sanggup hanya untuk sekedar duduk.

"Non..."

Gheisha menggulirkan pupil matanya melihat seorang wanita yang memanggilnya sambil berlari kearah nya.
"B-bi.."

"Iya non ini bibi" balas wanita itu mengelus pipi basah Gheisha sambil menitikkan air mata melihat keadaan kacau anak majikannya. Dapat Gheisha lihat dari raut wajah wanita itu seberapa khawatirnya ia melihat dirinya.

"Bi Ima.." panggil Gheisha dengan lirih. Ia sangat beruntung memiliki bi Ima yang dari dulu sangat perhatian pada dirinya, ia sudah menganggap bi Ima sebagai orang tua nya sendiri. Gheisha bisa merasakan kasih sayang seorang ibu walau bukan dari ibu kandungnya sendiri, dan itu sudah lebih dari cukup untuknya.

"Hiks.. Mana yang sakit non, bilang sama bibi." jawab bi Ima sambil terisak, ia tak tega melihat nonanya yang kembali seperti ini. Tak dapat di pungkiri ia pun sudah menganggap Gheisha sebagai anak kandungnya sendiri, melihatnya seperti ini sungguh membuatnya ikut terluka.

"Ba-badan Ghe sakit semua bi." ucap Gheisha pelan.

"Kita ke rumah sakit ya non."

"Shhh... Maaf, Ghe ngerepotin bi Ima lagi." ringis Gheisha sambil menatap sendu bi Ima sebelum kegelapan menguasainya.

****

"Argkk kampret lo Nat" teriak Fiyan marah saat dirasa sahabatnya itu melakukan kecurangan saat bermain game dengannya. Mereka berempat sedang kumpul di apartemen Aska, kata Fiyan dari pada gabut di rumah sendirian mending kumpul main bareng.

"Heh, apa?" tanya Natan menatap remeh Fiyan.

"Curang kan lo?" pekik Fiyan sambil menunjuk Natan.

Nafas Fiyan memburu menahan marah, ya gimana gak marah dari tadi ia bermain selalu saja kalah. Bahkan sudah terhitung lima kali ia kalah berturut turut dengan Natan.

GheishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang