Kaki Gheisha mendadak lemas melihat pria tersebut, bahkan lidahnya pun terasa kelu hanya untuk sekedar mengatakan sesuatu. Gheisha menatap pria tersebut dengan raut takut yang kentara, bagaimana orang ini bisa datang ke sekolahnya? Dan untuk apa dia datang kesini?Tubuh Gheisha mulai gemetar melihat pria itu melangkah semakin mendekat ke arahnya. Ia ingin lari namun kakinya begitu sulit untuk digerakkan seperti ada yang menahannya membuat kakinya terasa berat. Suasana sekolah yang sudah sepi membuat situasi semakin terasa mencekam, tidak ada seorang pun yang dapat ia mintai tolong bahkan pak satpam yang biasanya berada di pos satpam dekat gerbang pun entah ada di mana sekarang.
Pria itu berhenti hanya berjarak beberapa senti dari tempat Gheisha berdiri, bahkan hembusan nafas pria itu dapat ia rasakan. Nafas Gheisha mendadak tercekat dengan dada yang berdetak mulai tak beraturan, serta tangan yang sudah berkeringat dingin.
"Apa kabar sayang?" ujarnya bertanya masih dengan senyum manisnya sambil menatap Gheisha.
Sayangnya senyuman manis pria itu tampak sangat menyeramkan di mata Gheisha, ia bahkan sudah mencengkram kuat handphone yang ada di genggamannya. Demi apapun tolong dirinya, ia ketakutan sekali sekarang.
Gheisha menelan ludahnya susah payah, mencoba memberanikan diri untuk menjawab ucapan pria dihadapan nya ini. "Ng-ngapain kakak disini?"
Pria yang berada di depannya itu terkekeh pelan, lalu menyondongkan tubuhnya kedepan tepat didepan wajah Gheisha. Dengan cepat pula Gheisha memundurkan kepalanya mencoba menjauh dari wajah pria tersebut.
"Ngapain? Memang salah seorang kakak ipar datang ke sekolah adik iparnya yang cantik ini, hm?"
Yah, pria tersebut adalah Rivan kakak iparnya. Orang yang selama ini ia takuti dan paling ia hindari, sekarang malah berada didepan matanya. Ia harus apa sekarang? Mengapa juga sekarang disini sangat sepi tanpa ada orang yang berlalu lalang sama sekali? Hanya terdengar suara bising dari kendaraan yang melaju di jalan depan sana.
"Ra cepet kesini!" seru batin Gheisha.
"Kenapa kamu terlihat ketakutan hmm? Kau tidak rindu dengan kakakmu, huh? Kemarin dirumah kau juga tidak menyambutku dengan baik sayang."
Tangan Rivan terangkat mencoba menyentuh pucuk kepala Gheisha lalu mengelusnya pelan, namun tidak berlangsung lama tangan Rivan langsung ditepis dengan cepat oleh Gheisha. Rivan hanya terkekeh melihat tangannya yang ditepis oleh Gheisha.
"Selama ini mungkin kamu bisa menghindar, tapi kali ini aku pastiin kamu gak akan bisa menghindar sayang." ucapnya sambil tersenyum miring.
Nafas Gheisha semakin tidak beraturan, "A-apa mau kakak?" suara Gheisha terdengar bergetar.
"Mau aku? Emm. Gimana kalau kamu ikut aku? Kita lanjutin kegiatan kita 2 tahun lalu yang tertunda." ucap Rivan berbisik tepat didekat telinga Gheisha.
Tubuh Gheisha bergetar ketakutan mendengar bisikan itu, "Enggak enggak." lirih Gheisha dengan kepala menggeleng.
Gheisha langsung mendorong dada Rivan dengan kuat, membuat Rivam terdorong beberapa langkah kebelakang. Dengan cepat Gheisha berbalik memasuki sekolah lagi, belum sempat benar benar berlari menjauh tangannya sudah ditahan oleh Rivan.
"Enggak, lepas kak. Aku gak mau." Gheisha mencoba menarik tangannya yang dicekal Rivan.
"Gak akan aku biarin kamu lepas lagi Ghe." Rivan semakin menguatkan cekalan tangannya.
"Enggak lepasin...TOLONG...." teriak Gheisha.
"Diem sayang."
Dengan sekuat tenaga nya Gheisha mencoba memeberontak saat kakak iparnya mulai menarik dirinya menuju mobil. Kekuatan Rivan sungguh tidak main main saat menariknya apalagi ia seorang perempuan tentu saja ia sudah kalah dalam hal kekuatan. Gheisha masih terus berteriak dengan tubuh yang terus memberontak meminta dilepaskan. Bahkan handphone nya sudah jatuh entah dimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gheisha
Teen Fiction"K-kak, kak Rivan mau apa?" Punggung Gheisha menubruk dinding dibelakangnya, sungguh tubuhnya sudah bergemetar ketakutan melihat kakak iparnya semakin mendekat kearah dirinya. Apalagi melihat tatapan kakak iparnya yang berbeda dari sebelumnya. Ia h...