Part|| 20

901 24 1
                                    

"PERGII."

"Ta-tapi.." suara anak kecil itu terdengar bergetar sangking takut nya. Dia hanya ingin duduk disebelah mamanya, namun malah di dorong serta mendapat bentakan keras seperti itu tentu saja ia kaget. Apalagi ia masih berumur 6 tahun yang pasti akan langsung ketakutan jika mendapat perlakuan tiba tiba seperti itu.

"Kau Tuli? Saya bilang pergi! Saya muak liat wajah kamu." suara keras wanita berkepala empat itu terdengar kembali dengan mata yang semakin menyorot tajam kearah gadis kecil yang masih tersungkur di lantai.

"Gheisha minta maaf ma, Ghe kan cuma mau duduk deket mama. Mama kenapa marah gitu?" Gheisha gadis kecil itu menjawab dengan suara kecil sambil menunduk masih dengan keadaan terduduk di lantai tepat didepan Anggun mamanya.

Anggun yang mendengar itu hanya diam tanpa menatap anaknya sama sekali, ia hanya memandang lurus ke depan masih dengan raut muka marah yang kentara. Tanpa kata Anggun melangkah melewati tubuh kecil Gheisha begitu saja, meninggalkan Gheisha diruang keluarga sendirian dengan air mata yang mulai keluar membasahi pipi bulatnya.

"Gheisha salah lagi ya?" lirih nya bertanya kepada dirinya sendiri. Ia masih kecil namun sudah harus merasakan hal semacam ini, tentu saja Gheisha sudah merasakan sedih ia sudah paham dengan semua ini.

Jangan kira ia sekuat itu selama ia sudah paham dan mengerti dengan semua hal ini, Ia bahkan selalu menangis sendiri tiap tengah malam. Gheisha memang belum tahu alasannya ia begitu dibenci dengan mama dan papanya, tapi apakah mungkin mereka harus berperilaku sekasar itu? Bahkan ia baru belajar untuk mandiri, bahkan di TK pun ia baru belajar menulis dengan bantuan titik titik berbentuk huruf dan angka.

Entahlah namun Gheisha sudah termasuk anak yang begitu dewasa dengan umur yang seharusnya baru mengetahui tentang senangnya bermain. Di dewasakan oleh keadaan lebih tepatnya.

"Adek?" bingung Leon saat melihat sang adik terduduk dilantai dengan kepala tertunduk. Ia melangkahkan kakinya dengan pelan saat sudah semakin dekat ia baru sadar jika adiknya itu tengah menangis, terlihat dari bahu kecil itu yang bergetar.

"ADEKK..."

Leon berlari dengan cepat menghampiri Gheisha, "Adek kenapa hm? Adek jatuh?." sambil mengelus pipi adiknya dengan lembut.

Gheisha dengan cepat menghapus air matanya lalu menatap kakaknya itu sambil tersenyum kecil lalu menggeleng sebagai jawaban. Ia tentu saja tidak akan membiarkan kakak dan mamanya bertengkar lagi hanya karena dirinya.

Dahi Leon mengerut tak paham, lalu kenapa adiknya menangis sambil duduk dibawah kalau tidak terjadi apa apa?

"Terus adek kenapa nangis? Duduk di lantai lagi." Leon bertanya lagi masih dengan raut muka kebingungan yang terlihat jelas.

Gheisha diam sambil menatap kakaknya lekat, lalu tersenyum lebih lebar lagi. "Adek lagi coba meranin peran cinderella kak, besok kan ada pentas di sekolah Ghe." ucapan penuh kebohongan itu Gheisha lontarkan begitu mulus dengan muka yang terlihat ceria dan antusias yang begitu kentara di wajahnya.

Leon menghela nafas pelan, "Beneran?" tanyanya tak yakin.

"He'em Ghe kan mau jadi cinderella. Kak Leon mau jadi pangerannya enggak?" jawab Gheisha dengan senyum semakin merekah lebar.

"Boleh, yuk tuan putri."

**


"Gheisha belum berangkat juga?" pertanyaan yang Natan lontarkan mampu membuat Gemma dan lainnya yang sibuk dengan urusan masing masing itu mengalihkan pandangannya menatap Natan.

GheishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang