Part|| 25

320 16 6
                                    

Di ruangan serba putih masih sama dengan tempat dimana terakhir kali Gheisha terbangun. Hanya, kali ini Gheisha tak sendiri ada bi Ima yang sedang menjaga nya. Walau saat bi Ima sedang tak bisa datang dirinya tak akan benar benar sendiri, Kevin selalu datang keruangan nya untuk menemani dirinya.

Namun entah lah Gheisha masih selalu merasa sendiri ia tak paham dengan yang ia rasakan sekarang, perasaannya kosong namun pikirannya begitu berisik dengan berbagai hal yang hinggap.

"Non mau buah? Biar bibi kupasin."

Bi Ima mengurungkan niatnya untuk mengambil buah saat tiba tiba seseorang yang sedari tadi ia ajak berbicara akhirnya membuka mulutnya.

"Bi mereka sama sekali gak jenguk Ghe disini ya?"

Bi Ima yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya bisa menatap iba anak majikannya itu. Memang selama Gheisha di rawat orang tua ataupun kakaknya tak pernah datang hanya untuk melihat keadaannya sama sekali, bahkan yang membawa Gheisha ke rumah sakit adalah dirinya dibantu dengan supir yang ada di rumah.

"Kalau Ghe meninggal apa mereka akan datang?"

Mata Gheisha memandang bi Ima yang terkejut mendengar ucapannya, pandangan Gheisha sedari tadi terlihat kosong dan sendu.

"Non Gheisha tidak seharusnya berbicara seperti itu, mereka hanya sedang sibuk jadi belum bisa datang." jawaban dari bi Ima membuat Gheisha tersenyum hambar.

"Dari dulu Bibi selalu berbicara seperti itu."
Gheisha menundukkan kepalanya sedih, ia sudah bukan anak kecil lagi yang bisa dibohongi dengan alasan klasik seperti itu.

"Gheisha dulu bisa selalu percaya saat Bibi bilang gitu, tapi sekarang Gheisha udah dewasa."

"N-non bibi gak bermaksud bohongin non Gheisha t-tapi.."

Gheisha tersenyum miris ia tau bi Ima hanya tak ingin dirinya sedih, ia pun tak ingin berbicara seperti itu sebenarnya.

"Ghe tau kok Bi."

Bi Ima diam menundukkan kepalanya sedih, tiba tiba rasa bersalah hinggap di hatinya ternyata dirinya sudah banyak kali membohongi Nona nya ini. Mungkin waktu Gheisha masih kecil itu tidak apa apa menjadikan alasan jika orang tuanya tak datang karena sibuk.

Namun dirinya tak sadar jika itu bisa menjadi luka tersendiri bagi Gheisha, alasan yang sedari kecil itu sudah tak lagi bisa diterima ketika dewasa.

"B-bibi kupasin buah ya Non."

Tak lagi ingin menanyakan hal yang jelas sudah ia ketahui Gheisha memilih mengalihkan pandangannya kearah jendela. Cuaca beberapa hari ini tak begitu baik, setiap sore sampai malam selalu turun hujan. Seperti saat ini terlihat awan mulai tampak menghitam dengan angin yang lumayan kencang, mungkin hari ini akan turun hujan dengan bersamaan angin yang cukup kencang.

Dan benar saja tak lama hujan pun turun dengan derasnya membasahi tanah dan jalanan, ternyata tak hanya disertai angin namun juga kilatan cahaya yang disusul dengan suara petir yang menggelegar. Suasana seperti ini membuatnya mengingat sesuatu kenangan yang buruk.

"Bibi suapin apel ya Non."

Bi Ima menatap Gheisha yang masih senantiasa memandangi jendela yang memperlihatkan hujan deras diluar sana. Tanpa berfikir panjang pun ia tau kenapa Nona nya ini terus menatap hujan, kenangan buruk itu pastinya masih membekas di ingatan Nona nya.

"Mau Bibi tutup aja non gorden nya?"

Gheisha menoleh lalu mengangguk pelan, itu lebih baik ia tak ingin mengingat hal itu terus menerus.

Bi Ima langsung menutup semua gorden, saat hujan badai seperti ini lah Nona nya mendapat kekerasan yang membuatnya harus dirawat lebih dari 2 minggu di sini. Waktu dimana semua permasalahan di keluarganya semakin bertambah buruk, ah perasaan Nona nya pasti sedang buruk sekarang.

GheishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang