"Kak, hiks kak Risa percayakan sama Gheisha? Ghe gak kayak yang kak Rivan bilang, dia yang..."
PLAKKK
Ucapan Gheisha terhenti ketika Risa menamparnya dengan keras, tubuh Gheisha menegang sambil memegang pipinya yang memanas. Ia menatap kakaknya dengan tatapan tak percaya. Hatinya lebih terasa nyeri dari pada tamparan yang diberikan kakaknya ini.
"Gue gak nyangka, lo yang selama ini gue belain malah nusuk gue dari belakang. Lo yang gue jaga dengan baik sekarang malah lo mau rebut suami gue? Ini balasan lo?." ia menatap adiknya dengan marah dan kecewa.
Gheisha menggeleng dengan cepat, ia semakin terisak. Ia tidak begitu kakaknya salah paham ia tidak mungkin akan merebut suami kakaknya sendiri, sama sekali gak pernah ia berfikir untuk melakukan itu.
"Enggak kak enggak, kak Rivan bohong. Dengerin Gheisha dulu.."
"Buat apa? Semua yang gue lihat barusan cukup membenarkan gimana kelakuan lo yang sebenarnya." Risa menyela ucapan Gheisha dengan cepat.
"Gue benci sama lo."
"Kak.." lirih Gheisha menatap Risa dengan sendu.
"Berhenti panggil gue kak, gue gak sudi punya adek jalang kayak lo." Risa menatap benci dirinya lalu pergi dari dapur diikuti Rivan.
Isak tangis semakin terdengar dengan keras, tubuh Gheisha melemas mendengar kata yang keluar dari mulut kakaknya sendiri. Hati nya seperti ditusuk beribu pedang dengan hebatnya, hatinya tersayat hingga hancur tak berbentuk lagi. Kakaknya yang selama ini menjadi tempat ternyaman yang ia punya, orang yang menerimanya disaat banyak orang menolak kehadirannya. Sekarang dia ikut membenci dan pergi meninggalkannya dengan memberikan luka sayatan yang menganga lebar.
"Gue kecewa sama lo."
Lagi pedang itu masih menikamnya dengan tusukan bertubi tubi tepat mengenai hatinya. Leon kakaknya menatap dirinya penuh kekecewaan dan kemarahan yang ketara. Kakaknya melewatinya begitu saja setelah mengucapkan kalimat itu. Sakit, hatinya begitu sakit melihat tidak ada satu orang pun yang mempercayainya, bahkan kakaknya yang selama ini ia andalkan juga pergi meninggalkannya.
PLAAKK
"DASAR MURAHAN."
"Ahkhhh sakit pa," Gheisha mengadu kesakitan sambil memegang kepalanya.
Daren tanpa belas kasihan menarik kasar rambut Gheisha, "Kau membuat aku malu." geramnya menarik rambut anaknya lebih kuat lalu mendorongnya dengan keras.
Gheisha tersungkur membentur lantai dengan kerasnya. Ia menangis masih dengan ketakutan dan badan gemetar, ia mengangkat pandangannya melihat Anggun yang terdiam sedari tadi. Gheisha menatap mamanya penuh harap untuk menolong dirinya, namun yang ia dapat hanya kekecewaan saat mamanya berlalu tanpa ingin melihat kearahnya sedikitpun.
"ANAK TIDAK TAU MALU." Daren dengan kasar menyeret Gheisha ke arah gudang disisi belakang rumahnya. Dengan kuat mendorong Gheisha dengan keras lalu mengambil ikat pinggangnya. Berbagai cambukan, pukulan bahkan tendangan Gheisha rasakan. Sakit, semua tubuhnya terasa begitu mati rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gheisha
Teen Fiction"K-kak, kak Rivan mau apa?" Punggung Gheisha menubruk dinding dibelakangnya, sungguh tubuhnya sudah bergemetar ketakutan melihat kakak iparnya semakin mendekat kearah dirinya. Apalagi melihat tatapan kakak iparnya yang berbeda dari sebelumnya. Ia h...