5. E⚡

6.5K 356 0
                                    

Bulu kudung kedua gadis itu meremang merapat merasakan hembusan angin, keduanya benar-benar merasa ketakutan sekarang, Reina dan Windy saling merangkul mendekati kantongan berisi makanan di meja belajar, Reina menarik perlahan membuka kantongan ta...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulu kudung kedua gadis itu meremang merapat merasakan hembusan angin, keduanya benar-benar merasa ketakutan sekarang, Reina dan Windy saling merangkul mendekati kantongan berisi makanan di meja belajar, Reina menarik perlahan membuka kantongan takut-takut, Windy mengapit lengan kiri Reina dengan wajah memucat merasakan aura yang terasa berbeda, kantongan terbuka memperlihatkan isi di dalam.


"AAAAAAAAAAAAA"



Kedua gadis itu menjerit saling berpelukan ketakutan, isi kantongan bukan makanan tapi ayam hitam yang sudah tercabik-cabik, kepala yang lepas dari tubuh, "Rei, hiks", tangis Windy bergetar, Reina mencoba menguasai diri menghembuskan nafas perlahan membuka pintu kamar, "kalian kenapa ?", kedua gadis itu hampir menjerit mendengar suara dari koridor asrama.

Felix muncul dengan alis terangkat tinggi, "Lix, tolong ambil kantongan di dalam kamar", ujar Reina memohon dengan suara bergetar, menyadari sesuatu yang aneh Felix masuk kedalam kamar membiarkan kedua gadis itu menunggu di luar, cowok itu menautkan alis melihat kantongan putih sudah ada di lantai, cowok itu mendekat membuka kantongan mata Felix membelalak sedetik setelah itu kembali datar mengambil kantongan membawa keluar.

"Kalian masuk kamar gue saja sama yang lain, gue keluar buang ini dulu", ujarnya, seharusnya kedua gadis itu berdecak kagum karena cowok itu berbicara panjang namun ketakutan keduanya lebih mendominasi.

Tok

Tok

Tok

Arez membuka pintu, alis terangkat tinggi melihat Reina dan Windy berada di depan kamar, "hey kalian masuk kedalam kamar masing-masing sebentar lagi masuk magrib", ujar seorang penjaga yang memang di tugaskan menjaga asrama lantai dua, Reina dan Windy menganggukan kepala bertepatan saat Felix kembali setelah membuang ayam hitam yang ada di dalam kantongan tadi.

"Kalian masuk dulu, nanti baru kembali ke kamar kalian", ujar Felix.

Arez sampai melongo tidak percaya, "Lix, ini lo kan, lo ngak kesambet pas buang sampah", ujarnya tidak percaya, Felix menatap jengah mendorong cowok itu membiarkan Reina dan Windy masuk kedalam kamar, pintu di tutup.

Ini perbedaan kamar cowok dan kamar cewek di asrama, kamar cowok ada 4 tempat tidur, 4 lemari kecil dan juga 4 meja belajar kecil, Vito menautkan alis dengan kehadiran kedua gadis itu, seorang cowok keluar dari kamar mandi menyeritkan dahi, "kalian kenapa ?", tanyanya, "Eh Reina", sapanya membuat yang lain menoleh.

"Lo kenal Reina, Nic ?", tanya Vito.

Nicko menganggukan kepala, "tadi kenalan di perpustakaan", ujarnya mengangkat bahu acuh menatap ke arah Windy yang terlihat menunduk, kedua tangan saling meremas kuat, Nicko mendekat merasa tidak asing, cowok itu terperanjat, "Windy Mikaila", gumamnya membuat Windy mendongak dengan mata membola.

"Nichkolas", ujar Windy mundur selangkah menubruk tubuh Reina yang terlihat bingung, yang lain menatap penuh tanya.

"Win", panggil Nicko lirih.

Windy menggelengkan kepala air mata keluar tanpa sebab menatap wajah Nicko yang sama sekali tidak berubah bertahun-tahun lamanya, Nicko hendak mendekat meraih tangan gadis itu.


"HUHUHUHUHUU HIKS".


Semua saling pandang mendengar suara tangisan lirih melengking terdengar menggelegar, Reina merengkuh Windy yang kembali ketakutan.


"Huhuhuhuuuuu hiks"

Wuuuussssshhhhhhhhh

Wangi mawar hitam kembali tercium membuat Reina bergetar berusaha menahan ketakutan untuk menenangkan Windy yang entah kenapa rasa sayang di hati muncul begitu saja hanya dengan pertemuan singkat, mungkin karena keduanya memiliki kemampuan yang sama.

Felix meremas pundak Reina lembut membuat gadis itu melirik sejenak, tidak ada satu pun yang mengeluarkan suara.

"HIKSSSS HUHUHUHUU".

"Kok merinding ya, siapa yang nangis magrib gini ?", tanya Arez tiba-tiba memecah keheningan.

Semua kembali terdiam, "kalian merasa aneh ngak sih, seharian ini kita selalu menemukan sesuatu yang janggal, kalian ingat suara minta tolong dari arah kamar Reina dan Windy", ujar Vito mengeluarkan pendapat

Mereka kembali terdiam, "Rei kita kembali ke kamar yuk", ajak Windy melirik ke arah Reina enggan menatap wajah Nicko.

Reina menganggukan kepala, "makasih sudah membiarkan gue dan Windy mengungsi sebentar di kamar kalian", ujarnya tersenyum manis meraih lengan Windy keluar kamar menuju kamar mereka yang berada tepat di depan.

"Win, are you oke ?",tanya Reina mendekat setelah mengunci pintu kamar

"Hiks", tangis Windy pecah, Reina menarik kedalam pelukan.

"Ssstttt tenang, ada gue sekarang", ujar Reina mengusap punggung Windy merasa perih mendengar tangisan gadis itu.

Windy melepas pelukan menatap wajah Reina yang terlihat khawatir, rasa hangat muncul di hati merasa senang menemukan orang yang benar-benar menganggap keberadaannya, "gue dan Nicko satu sekolah waktu masih SMP Rei, dia tahu soal kemampuan aneh gue sampai gosip menyebar satu sekolah, tidak ada yang mau dekat atau berteman sama gue Rei, mereka menghina gue, anggap gue gila dengan status gue yang sebatang kara di tambah kemampuan ameh yang gue miliki", lirihnya kembali meneteskan air mata.

Reina terdiam, kembali memeluk Windy menenangkan gadis itu.

¤¤¤¤¤

Black Campus ⚡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang