Reina terlalu larut dalam cerita novel sampai tidak menyadari kehadiran Windy didalam kamar, gadis itu sampai bingung melihat Reina yang sama sekali tidak melirik kearahnya tidak seperti biasa yang langsung menyambut kedatangan Windy, "Re, katanya Nicko dan yang lainnya mau datang ke sini nanti malam".
"Aaaaaaa ngagetin lo Win", teriak Reina spontan, buku di tangannya jatuh tepat kewajah gadis itu.
Windy menautkan alis bingung melihat Reina yang terlihat mengusap dada, "lo baca apa sih sampai ngak nyadar gue sudah di kamar", ujarnya mendekat duduk di tepi tempat tidur meneliti novel di tangan gadis itu, Reina memperlihatkan buku di tangan dengan senyuman manis.
Gadis itu membelalak ada aura yang berbeda dari buku yang di pegang Reina, "Re, siapa yang ngasih buku itu?", pekik Windy tanpa sadar membuat Reina kembali terlonjak kaget.
"Pak Ari, kenapa ?", tanya Reina penasaran.
Windy mencoba menguasai diri menghembuskan nafas, "orang yang memberi lo buku itu mengharapkan sesuatu dari lo Re, gue bisa ngerasain aura pemilik buku itu terlihat menaruh harap pada lo", jelasnya.
Reina termenung, "kenapa gue ?", tanyanya menjadi bingung mencoba berfikir keras.
Windy menghembuskan nafas menepuk pelan pundak Reina, "kerena lo punya kelebihan Re, Tuhan sengaja ngirim lo ke sini karena ada sesuatu di balik semuanya", ujarnya meremas lembut pundak Reina.
Senyuman Reina mengembang begitu saja di wajah memeluk Windy, "pasti ada sesuatu juga kita di pertemukan Win, apa lagi kita punya kelebihan yang sama-sama berat untuk di tanggung", ujarnya membuat Windy terkekeh menganggukan kepala.
"Yaudah gue mandi dulu, sebentar lagi magrib", ujar Windy bergegas masuk kedalam kamar mandi, Reina kembali menatap novel di tangannya mencoba memikirkan apa yang Windy ucapkan tadi.
"Hikss huhuhuhu"
Reina terperanjat mulai mendengar suara tangisan lirih, gadis itu mengepalkan tangan kuat menahan rasa takut menganggap semua biasa saja.
"Hihihi hiksss huhuhu"
Windy keluar dari kamar mandi menggunakan piama, mendekat ke arah Reina dengan wajah memucat mulai merasakan aura yang mengerikan, Reina tersenyum tipis mengusap punggung Windy menenangkan, "ngak usah hiraukan Win, tenangin diri lo sekarang", ujarnya lembut.
"Tolongggg".
Windy dan Reina berpelukan mendengar suara minta tolong kembali muncul, Reina melirik kesana kemari terbelalak semakin mengeratkan pelukan, sosok mengerikan itu muncul kembali, Reina menutup mata menahan pekikan dengan tubuh bergetar hebat melihat bola mata sosok itu jatuh kelantai, leher patah, Windy semakin meringkuk berkeringat dingin.
Wwwuuuuussshhhhh
Wangi mawar hitam kini menyeruak kedalam indra penciuman gadis itu, bahkan kini Windy juga bisa merasakan begitu jelas sampai gadis itu bergetar di dalam pelukan Reina, "Re, gue hirup bau_", ucapan Windy terpotong dengan suara Reina yang meminta untuk jangan mengatakan apa-apa.
"Ssshhhtt semuanya akan baik-baik saja, lo tenang ya", ujarnya lembut.
Tok
Tok
Tok
Reina melirik kearah sosok tadi menghembuskan nafas lega menyadari sosok itu sudah hilang, melepaskan pelukan membuka pintu kamar, terlihat di luar ada Jenny dan Erin dengan wajah ketakutan, "kalian kenapa ? yuk masuk", ajak Reina, kedua gadis itu bergegas masuk belum sempat Reina menutup pintu Felix dkk keluar dari kamar meminta gadis itu untuk menahan, semuanya masuk kedalam kamar kedua gadir itu, untung kamar memang luas.
Kamar sengaja di desain luas agar para mahasiswa bisa menempati kamar untuk berkumpul atau kerja kelompok, dan tidak merasa jenuh, "kalian berdua kenapa ?", tanya Windy menatap Jenny dan Erin.
"Kita tidur di sini ya, gue masih parno di kamar, sekarang gue semakin sensitif karena kejadian malam itu",ujar Jenny.
Reina tersenyum tipis menganggukan kepala, "ngak masalah, gue sama Windy malah senang", ujarnya.
"Kalau kalian ada perlu apa ?", tanya Reina menatap Felix dkk.
Felix menatap dengan tatapan seperti biasa namun kali ini tatapan cowok itu terlihat menilai kearah gadis itu, "kita ke sini mau membicarakan soal kejadian di kampus kita, terutama apa yang terjadi pada Fitri teman sekamar Jenny sebelumnya", ujar Arez memulai.
Semuanya terdiam, "sebelum membalas gue ingin mengatakan sesuatu pada kalian, gue dan yang lain bukan hanya mahasiswa di sini tapi kami adalah pengusir hantu atau biasa di panggil the exorcist itu pekerjaan sampingan kita sebelum kuliah di sini", lanjut Vito, keempat gadis itu melongo
"Jadi kalian semua punya kemampuan ?", tanya Jenny penasaran.
Felix menggelengkan kepala membuat Reina dan yang lain menautkan alis bingung, "kita ngak punya kemampuan hanya saja aura kuat yang kita miliki menjadi bekal untuk mengusir hantu", ujar Arez.
"Emang aura bisa mengusir hantu ya ?", tanya Erin terlihat bingung sekarang.
Arez tersenyum tipis, "kita sudah belajar gimana cara mengusir hantu dari kakek Felix berbekal aura kuat yang kami miliki", jelasnya.
Keempat gadis itu menganggukan kepala paham.
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
TerrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...