Malam jum'at tiba, aura kampus semakin mencekam, Windy sudah meringkuk di tempat tidur begitu lemas tidak kuat menahan aura mistis yang sangat terasa, Reina sudah menangis menggenggam tangan Windy, "Win, ingat Tuhan", lirih Reina tersentak, bulu kuduk meremang, suara-suara lirih mulai terdengar di teliga kedua gadis itu, suara yang berbeda dari sebelum-sebelumnya.
"Tolong"
"Lepass"
"Huhuhuu"
"Sakitttt"
"Aaaaaaaaaaaaaaa"
"Bukaaaa, keluarkanaa dari sinii"
"Bukaaaaaa pintuuunyaaa tolonggg"
"Aaaaaaaaaaaa"
Tok
Tok
Tok
Reina kembali tersentak menatap wajah Windy yang semakin pucat melepaskan tangan gadis itu bergegas membuka pintu, di depan ada Felix dkk, tanpa di suruh keempat cowok itu masuk kedalam kamar meminta Reina menutup pintu dan mengunci, Felix memberi kode ke arah Arez dan Nicko agar mendekat ke arah Windy mengganggam tangan gadis itu.
Windy awalnya bingung saat Nicko naik ke atas tempat tidur di sisi tubuhnya menggenggam sebelah tangannya, seperti yang Arez lakukan namun setelah merasakan tenaganya sedikit demi sedikit kembali Windy kini paham apa yang tengah mereka lakukan, Reina masih diam di tempat terlonjak saat Felix tiba-tiba meraih tangannya duduk di pinggir tempat tidur, Windy tersenyum tipis bisa melihat Felix menyalurkan aura positif pada Reina.
Vito nampak serius menatap pintu kamar duduk dikursi dengan tatapan tajam, muncul banyak pertanyaan di dalam fikiran Reina menatap apa yang keempat cowok itu lakukan hanya saja bibir gadis itu terasa keluh tidak bisa di gerakan masih berusaha menghalau jeritan-jeritan yang terdengar jelas di telinganya.
Sedangkan di salah satu kamar tepat di lantai 3 seorang gadis menahan rasa sakit yang begitu terasa di seluruh tubuh, gadis yang Reina diam-diam ikuti waktu itu, "Fitri, lo kenapa hey tahan", ujar seorang gadis yang notebeanya teman sekamar gadis itu.
"Gue ngak tahu Jen, tubuh gue rasanya sakit semua aaa", jeritnya merasakan sakit yang luar biasa, Jenny panik bingung harus melakukan apa, ingin keluar mencari pertolongan hanya saja entah kenapa rasa takut lebih mendominasi, Jenny membelalak kaget jatuh dari tempat tidur mundur melihat apa yang terjadi di depan mata tubuh Fitri tiba-tiba terangkat melayang.
Bughhhh
Srettt
Bughhh
"FITRIII"
Jeritan Jenny melengking melihat tubuh Fitri terseret menubruk dinding kamar, gadis itu berdiri mencoba menggapai tubuh Fitri namun gadis itu terhempas menubruk pintu kamar seakan tidak di biarkan untuk menggapai tubuh Fitri, Jenny menangis ketakutan berdiri mencoba membuka pintu kamar namun sialnya pintu tiba-tiba tidak bisa terbuka.
Pranggg
Brakkk
"Aaaaaaaaaa"
Jenny teriak ketakutan melihat tubuh Fitri terhempas menubruk lemari sampai kaca di sana pecah berhamburan ke lantai, Fitri hanya bisa menjerit tertahan merasakan sakit yang luar biasa, Jenny mendekati Fitri namun lagi-lagi sesuatu tak kasat mata menghempaskan tubuh Jenny sampai menubruk pintu kamar.
"Auhhh", jerit Jenny sudah tidak kuat lagi, tubuhnya terasa patah sekarang.
Tubuh Fitri kembali terangkat, gadis itu terlihat pasrah, mata semakin memburam sedikit lagi hilang kesadaran.
Brakkkkk
Pintu kamar tiba-tiba terbuka membuat Jenny terlonjak kaget membelalak melihat tubuh Fitri melayang keluar kamar, Jenny bergegas keluar memaksa tubuh yang terasa sakit untuj bergerak mengikuti tubuh Fitri yang melayang.
"Jen tolong hiks", lirih Fitri dengan nafas tercekat.
Jenny masih berlari menuruni tangga merasa bingung melihat asrama yang begitu sunyi terlihat tidak berpenghuni di lantai dua Jenny berhenti menoleh kesana kemari tidak menemukan tubuh Fitri lagi.
"FITRRRIII"
"FIITTTTT"
"FIT, LO DIMANA".
Teriakan Jenny terdengar sampai di kamar Reina dan Windy, Vito tersentak memberi kode agar dirinya sendiri keluar untuk memastikan, cowok itu membuka pintu mengembulkan kepala melihat Jenny yang terlihat mencari seseorang.
"Woy", teriak Vito membuat Jenjy tersentak menoleh berlari ke arah sana menangis histeris, semua yang ada di dalam kamar saling pandang, Vito membawa Jenny masuk kedalam kamar mengunci kembali pintu
"Lo kenapa ?", tanya Arez menatap wajah sembab gadis itu
Jenny mencoba menguasai diri menatap mereka satu persatu kembali terisak, "Fitri teman sekamar gue tiba-tiba menghilang misterius tubuhnya melayang hiks", ujarnya sesenggukan.
Reina dan Windy saling pandang menipiskan bibir, "lo bisa cerita apa yang terjadi", ujar Reina begitu lembut agar gadis itu bisa tenang, Jenny menganggukan kepala mulai menceritakan kejadian yang terjadi di kamar.
Reina terdiam mencoba mencerna cerita gadis itu, Windy kembali bergetar merapat ke arah Reina mencengkram lengan gadis itu, "Re, dia gadis yang lo pantau, Fitri, gadis yang gue bilang aura yang menyelimutinya sama gelap dengan aura kampus", bisiknya memhuat Reina membeku, jantungnya berdetak tidak karuan, wajah memucat masih mengingat mahluk besar yang terlihat mendekap gadis hilang itu.
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
TerrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...