Reina masuk kedalam ruangan kelas yang sudah penuh, banyak di antara mereka berkenalan satu sama lain apa lagi mereka yang berbeda gugus pas orientasi, alis Reina terangkat tinggi melihat seorang perempuan duduk di pojok ruangan menunduk, rambut menutup wajah membuat Reina mengidik ngeri mengingat sosok yang sudah dua kali menampakan diri pada Reina seharian ini.
Gadis itu menghembuskan nafas berjalan mendekati bangku kosong tepat di samping gadis yang duduk di pojok walaupun semua bangku berjarak namun Reina tetap mengidik ngeri.
"Tolong"
Reina menutup mata pegangan di meja menguat mendengar suara lirih begitu jelas tepat di telinga kiri meminta tolong, Reina mengatur nafas sadar jika perempuan yang duduk di pojok bukan manusia.
Wwwuuuuusssshhh
Bulu kuduk Reina semakin meremang kelas menjadi sunyi senyap wangi mawar hitam menyeruak di dalam indra penciuman gadis itu, keringat bercucuran membasahi wajah manisnya, Reina hampir manangis ketakutan.
"REINA AMORA".
Teriakan dari depan membuat gadis itu tersentak membuka mata, mengatur nafas menatap dosen di depan dengan pandangan linglung unjuk tangan, anehnya dosen di depan tersenyum penuh arti membuat Reina menautkan alis bingung, gadis itu merasa semua yang ada di sekeliling Reina terasa membingungkan.
Baru sehari sudah membuat jantung Reina hampir copot gimana empat tahun lamanya, setelah pembelajaran selesai Reina keluar dari ruang kelas tersentak melihat Felix dkk berjalan santai tepat di sampingnya, "hy Reina", sapa Arez setelah menyadadi kehadiran gadis itu.
"Hy, kalian sudah mau balik ke asrama ?", tanya Reina.
"Iya, tapi kami ke kantin dulu beli makanan untuk di makan di asrama", ujar Vito membuat alis Reina bertautan.
"Bukannya di asrama ada kantin khusus ya di lantai satu bagian pojok", ujar Reina.
Arez dan Vito terkekeh berbeda dengan Felix yang hanya diam mengamati, "nanti malam saja makan di asrama, kita sengaja mau beli di kantin, makanan di asrama ngak boleh di bawa ke kamar", jelas Ares membuat Reina menganggukan kepala paham.
"Yaudah kalau gitu gue duluan", pamit Reina berbelok menuju perpustakaan kampus, Felix masih diam mengamati punggung gadis itu, tatapan menajam seakan menembus punggung yang semakin menghilang di balik pintu perpustakaan, Reina yang sudah berdiri di depan rak mencari beberapa buku, banyak senior yang berada di perpustakaan terlihat mencari referensi.
"Kok ngak ada ya", gumam Reina menuju rak paling pojok mendongak meneliti semua judul buku.
Langkah Reina berhenti, tubuh membeku tidak mampu di gerakan tetesan darah tepat di hadapannya membuat gadis itu menunduk tidak sanggup mendongak ke atas.
Tak
Srekkk
Reina hampir berteriak melihat bola mata jatuh di lantai menggelinding mengenai kakinya namun seorang cowok lebih dulu menarik lengan Reina menjauh, nafas gadis itu tercekat sempurnah menatap wajah tampan dengan tatapan teduh yang masih memegang tangannya, "lo ngak apa-apa ? Dari tadi gue perhatiin lo ngak gerak jadi gue narik lengan lo takutnya kesambet", ujar cowok itu membuat Reina menarik tangan spontan.
"Makasih, tadi gue melamun", alasan koyol Reina membuat cowok itu menggelengkan kepala.
"Oh iya kenalin gue Nicko, jurusan teknik sipil tingkat satu", ujarnya menyodorkan tangan.
Reina tersenyum menyambut uluran tangan cowok itu, "Reina", ujarnya singkat, "sekali lagi makasih ya, gue harus balik", lanjutnya bergegas keluar dari perpustakaan berlari kecil menuju asrama.
Bughhhh
"Auhhhh", jerit Reina hampir terbanting kelantai namun orang yang dia tabrak lebih dulu meraih pinggang, merasakan tubuhnya di dekap gadis itu membuka mata membelalak kaget bergegas menjauh melihat Felix menatap kearahnya dengan tatapan tajam, sampah sudah berserakan di mana-mana, Reina meringis.
"Maaf", ujarnya berjongkok memungut sampah makanan yang sudah berserakan.
Felix menghembuskan nafas ikut membantu, "jangan ceroboh", ujar cowok itu singkat.
Reina hampir menjerit mendengar suara bas cowok itu, baru sekali mendengar suara Felix, "iya maaf", ujarnya lagi benar-benar merasa bersalah, setelah selesai Reina kembali melangkah menuju kamar menghembuskan nafas membuka pintu, menyeritkan dahi melihat Windy yang sudah keluar dari kamar mandi.
"Kok lo ngak kunci pintu Win", ujar Reina.
Windy menoleh mengeringkan rambut menggunakan handuk, "bukannya gue sudah kunci ya", ujarnya bingung menatap ke pintu, "tuh liat kuncinya melekat di sana, gue tadi ngunci pintu langsung masuk kekamar mandi, gue lupa ngeluarin kuncinya", lanjutnya.
Kedua gadis itu saling pandang, saling merapat, "baru sehari, sudah banyak hal aneh Win", lirih Reina dengan wajah frustasi.
Windy terdiam, "nanti kita cerita, sana mandi dulu gue sudah ambil makanan dari kantin asrama", ujarnya.
Reina kembali menoleh kaget, "Win lo ngak salah, bukannya kantin asrama ngak izinin kita bawa makanan ke kamar ya", ujarnya lagi-lagi merinding menatap kantongan di meja belajar.
Wwwwwuuuuussssshhhhhh
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
TerrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...