23. V⚡

4.7K 273 1
                                    

Pagi-pagi Reina sudah berangkat ke kampus menuju perpustakaan ingin bertemu dengan Amel di sana sebelum perkulihan di mulai, sampai di perpustakaan gadis itu menuju ke arah pojok tersenyum cerah melihat Amel sudah duduk di sana, "Reina kangen", uj...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi Reina sudah berangkat ke kampus menuju perpustakaan ingin bertemu dengan Amel di sana sebelum perkulihan di mulai, sampai di perpustakaan gadis itu menuju ke arah pojok tersenyum cerah melihat Amel sudah duduk di sana, "Reina kangen", ujar gadis itu manja membuat Amel tekekeh gemas.

"Langsung saja ada yang ingin tante cerita, semalam tante merasakan wangi mawar hitam, tante penasaran sampai mengikuti sumber bau, tahu ngak apa yang tante dapatkan, taman mawar hitam berada tepat di belakang asrama khusus dosen" ujar Amel.

Reina membelalak kaget, "satu lagi Re yang harus kamu tahu pak Asuma sudah terbaring sakit selama 8 bulan lamanya di kamar asrama, jadi yang berada di ruangan direktur utama bukan pak Asuma", lanjutnya.

Gadis itu tentu tidak kaget lagi soal itu karena sekarang dia sudah tahu tentang hal itu, "tante, boleh ngak aku ketemu pak Asuma?", tanyanya penuh harap, Amel terdiam sejenak, "tante bakalan cari cara gimana kamu bisa menyelinap masuk keasrama khusus dosen ketemu langsung sama pak Asuma", ujar Wanita itu.

"Sudah sana masuk kelas, jangan sampai ada yang tahu soal kita", ujar Amel.

Reina menganggukan kepala bergegas pergi keluar dari perpustakaan berjalan menuju ruang kelas, langkah kakinya terhenti melihat Felix ddk di depan sana berjalan beriringan bersama Jenny dan Erin menuju kearahnya, dada Reina kembali sesak mengingat perkataan cowok itu, apa Reina semenyusahkan itu ?, tatapan gadis itu menyendu menghembuskan nafas melangkah.

"Reina", sapa Jenny dan Erin kompak.

Reina membalas dengan senyuman, "hy Jenny, Erin, gue duluan ya", ujarnya tersenyum sama sekali tidak melirik ke empat cowok itu, Reina tidak marah hanya saja dia harus menjaga jarak agar tidak menyusahkan mereka berempat.

Felix dkk kompak mengatupkan bibir menatap ke arah Reina sebelum menatap Felix yang terlihat hanya diam tanpa melakukan apapun, Arez mendengus bergegas pergi di ikuti yang lain, Reina sudah berada di ambang pintu kelas saat pergelangan tangannya di cekal menghentikan langkah,Reina menoleh menaikan alis melihat Felix pelaku yang menahan tangannya.

"Kalau ada yang ingin lo bicarakan sebaikanya jangan sekarang gue ada kuliah", ujar Reina melepaskan genggaman Felix bergegas masuk kedalam ruangan kelas bertepatan saat Ben masuk kedalam ruang kelas.

Felix terdiam menatap dengan tatapan sulit di artikan pergi berlalu, Reina melirik menghembuskan nafas ada apa dengan gadis itu hatinya terasa di remas sekarang.

Windy keluar dari kelas mendengus kesal menghentakan kakinya melangkah menuju gerbang yang tidak pernah di buka selain hari libur, lebih tepatnya gadis itu pergi ke ruangan khusus satpam, teman sekelompoknya tadi pagi singgah di sana nongkrong dengan para satpam di temani kopi hitam sampai melupakan laporan yang harus di kumpulkan sekarang.

"Pak Mamat", panggil Windy melihat seorang pria keluar dari ruangan menggunakan seragam satpam

Pak Mamat menautkan alis, "ada apa mbak ? Ada yang bisa saya bantu?", tanyanya terlihat bingung.

"Gini pak tadi teman saya nongkrong di sini katanya laporan tertinggal di ruangan khusus satpam", ujar Windy.

Pak Mamat terlihat berfikir sejenak sebelum terkekeh menganggukan kepala, "masuk saja mbak, di dalam ada satpam lainnya, saya mau keliling dulu", ujarnya bergegas pergi meninggalkan Windy.

Gadis itu mencuatkan bibir bergegas masuk kedalam ruangan tidak lupa mengetuk pintu terlebih dahulu, Windy berdecak kagum melihat ruangan khusus satpam terdapat tiga kamar didalam ruangan, ruang berkumpul, "cari apa mbak ?", tanya seorang pria membuat Windy menoleh,"eh gini pak__"

"Panggil pak Jaya saja mbak, mau cari apa biar saya bantu", ujarnya ramah.

Windy tersenyum, "laporan pak kata teman saya dia ninggalin laporan di sini", ujarnya.

"Oh laporan bersampul coklat itu ?", tanya pak Jaya, gadis itu menganggukan kepala berbinar senang.

Pak Jaya tersenyum, "tunggu mbak saya ambilkan dulu, tadi pagi sengaja di simpan di dalam kamar takutnya yang lain jadikan tempat menaruh gelas kopi", ujarnya terkekeh beranjak menuju kamar yang ada di tengah.

Ceklek

Windy merinding menatap jelas kedalam kamar pak Jaya membuka pintu lebar sampai gadis itu dengan mudah melihat isi di dalamnya, terdapat tiga tempat tidur di dalam kamar namun bukan itu yang menarik perhatian gadis itu, ada aura yang berbeda di dalam kamar, aura rancu sampai gadia itu tidak bisa memprediksi apa yang tengah dia rasakan, di dalam ruangan aura mistik hitam pekat seakan berbaur dengan aura putih bersih.

"Mbak ini laporanya", ujar pak Jaya mengagetkan Windy.

"Makasih pak, hm kalau boleh tahu ini kamar siapa ya pak ?", tanya Windy sangat penasaran dengan aura di dalam kamar itu.

"Oh ini kamar saya, sama pak Mamat dan juga pak Joni", ujarnya masih menampilkan senyuman.

Windy menautkan alis, "bukannya pak Joni penjaga asrama lantai dua ya, kok di sini juga ada kamarnya", ujarnya bingung, di lantai dua sudah ada kamar khusus untuk penjaga.

"Oh pak Joni hanya pengganti sementara di sana mbak", ujar pak Jaya.

Windy menganggukan kepala bergegas pamit keluar dengan berbagai pertanyaan muncul di kepala, ada sesuatu yang harus dia pastikan.

¤¤¤¤¤

Black Campus ⚡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang