Air mata Reina ikut jatuh membasahi pipi, sangat paham dengan kondisi gadis yang ada di dalam dekapannya, setelah tangisan gadis itu mereda Reina melepas pelukan mengusap sisa air mata Windy lembut, "lo istirahat, besok lo masuk pagi kan", ujar Reina lembut menunjuk jadwal perkuliahan milik Windy yang sengaja gadis itu tempel di meja belajar miliknya.
Windy menganggukan kepala berbaring di atas tempat tidur membiarkan Reina membersihkan tubuh yang sudah terasa lengket, setelah membersihkan tubuh dan menganti pakaian Reina keluar kamar mandi menatap Windy yang belum tidur juga, "Rei, lapar", ujar Windy membuat Reina spontan terkekeh.
"Ayok ke bawah sudah waktunya makan malam kan", ajaknya meraih ponselnya, Windy mengangguk bangun dari baringnya.
Kedua gadis itu keluar dari kamar tidak lupa mengunci pintu berjalan di koridor asrama yang begitu terang turun kebawah, suasana kantin asrama sudah terlihat padat dengan pembicaraan yang sama suara tangisan yang terdengar magrib tadi.
"Rei, lo merasa aneh ngak sih kok di sini ngak ada senior ya", ujarnya melirik sekeliling.
Reina ikut melirik, "lo lupa pembagian asrama itu sesuai tingkat, bahkan jadwal perkuliahan kita sudah di atur agar tidak ada yang saling ganggu, kalau lo mau lihat senior ke perpustakaan saja di sana sering ngumpul senior", jelasnya mengingatkan.
Windy menganggukan kepala sekarang ingat soal itu, keduanya melangkah menuju salah satu meja yang masih kosong setelah mengantri mengambil makanan, "kok ini di sebut kantin sih padahal makanan di sini gratis", ujar Windy menyuapkan makanan kedalam mulut begitu lahap.
"Mungkin untuk bedain kantin kampus", ujar Reina seadanya.
"Boleh gabung?", keduanya menoleh melihat Felix dkk mendekat dengan napan berisi makanan masing-masing.
"Hm", gumam Reina tersenyum tipis menganggukan kepala membalas.
Windy menggeser tubuh merapat, Reina menepuk paha gadis itu pelan menenangkan agar bertingkah biasa saja di hadapan Nicko, tidak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka, semuanya tengah menikmati makanan malam, "oh iya kalau cemilan bisa di bawa ke kamar kan ?", tanya Vito menunjuk ke arah samping berisi banyak cemilan.
"Itu ada tulisan, hanya cemilan dan minuman kaleng yang bisa di bawah ke kamar", ujar Arez gemas sendiri.
Felix dan Nicko hanya diam saja, "oh iya gue sama Windy balik duluan ya, kalian juga cepat balik sudah mau jam 9 malam seperti peraturan tidak ada mahasiswa yang berkeliaran di atas jam 9 malam", ujar Reina menarik lengan Windy yang sudah selesai.
"Rei, singgah ambil cemilan dan minuman yuk untuk di bawa ke kamar takutnya tengah malam kita kelaparan", ajak Windy.
Reina menganggukan kepala mendekati area cemilan, setelah selesai kedua gadis itu kembali ke kamar, "kenyang bangat", celetuk Windy merebahkan tubuh, Reina terkekeh duduk di pinggir tempat tidur, "hm Win gue mau nanya soal aura jahat yang mengelilingi kampus itu maksudnya gimna ? Boleh lo jelasin agar gue bisa paham", ujarnya.
Windy menoleh bangun menganggukan kepala, "aura kampus kita itu hitam pekat seperti namanya Black Campus, Rei, ada sesuatu yang sengaja di sembunyikan kampus dari keramaian, terbukti tidak ada info lebih tentang kampus selain prestasi, jurusan, fasilitas, bahkan soal asrama ini di sembunyikan dari publick, lo ingat peraturan tidak tertulis yang di sampaikan pak Asuma, bukannya sangat janggal", jelasnya secara singkat berharap gadis itu paham.
Reina terdiam mencerna ucapan gadis itu menganggukan kepala, "betul juga, ada hubungannya ngak sih sama sosok yang datang meminta tolong", ujarnya berfikir keras.
Windy menganggukan kepala yakin, "iya ada hubungan dengan semua kejadian aneh di kampus maupun di asrama, ada misteri yang tersimpan rapat di dalam kampus, lo sudah tahu sendiri bagaimana tertutupnya kampus kita di luaran sana", ujarnya meraih kantongan berisi cemilan dan minuman.
"Tangisan tadi itu suara mahluk tak kasat mata kan, tapi banyak yang menganggap jika itu dari pengeras suara peringatan untuk kita masuk kedalam kamar di waktu magrib", ujar Reina.
Windy menganggukan kepala mengiyakan, "yuk tidur, hm gue tidur sama lo ya, gue takut", ujarnya melirik kesana kemari, Reina terkekeh menganggukan kepala bergeser ke samping agar Windy bisa tidur di sampingnya.
Lampu kamar sudah mati meninggalkan lampu meja belajar saja, kedua gadis itu terlelap, Windy mulai meringkuk di dalam selimut, sosok mengerikan muncul menatap dengan tatapan penuh amarah mengarah ke pintu kamar.
"Pergi"
"Kalian akan bernasib sama seperti ku"
"Di sini tidak aman"
"Pergiiii"
Wwwuuuusssshhhh
Reina membuka mata melirik namun sosok itu sudah menghilang di gantikan angin berhembus, gadis itu jelas mendengar apa yang di katakan sosok tadi, Reina menghembuskan nafas menepuk pundak Windy pelan untuk menenangkan gadis itu yang terlihat gelisah di dalam tidur.
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
TerrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...