24. W⚡

4.9K 281 2
                                    

Felix bersandar didinding menatap jam tangan menghembuskan nafas beberapa menit akhirnya gadis yang sejak tadi dia tunggu kini keluar dari ruang kelas, Reina sampai terperanjat begitu kaget melihat cowok itu, tanpa kata Felix menarik pergelangan t...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Felix bersandar didinding menatap jam tangan menghembuskan nafas beberapa menit akhirnya gadis yang sejak tadi dia tunggu kini keluar dari ruang kelas, Reina sampai terperanjat begitu kaget melihat cowok itu, tanpa kata Felix menarik pergelangan tangan Reina, "Lix lepas, lo mau kemana sih", ujar gadis itu berusaha melepaskan tangan cowok itu namun genggaman Felix di pergelangan tangan Reina terlalu kuat.

Felix berhenti di taman belakang fakultas teknik melepaskan tangan Reina, "maaf", ujar Felix, senyuman gadis itu mengembang di wajah cantiknya menggelengkan kepala, "ngak usah minta maaf Lix, lo ngak salah, makasih sudah berkata jujur, sebisa mungkin gue ngak akan menyusahkan orang lain lagi", ujarnya masih menampilkan senyum, namun sialnya malah membuat dada Felix sesak,bibirnya keluh tidak mampu menjawab.

"Kalau gitu gue duluan ya, mau kekantin, sudah janjian sama Windy", ujarnya bergegas pergi meninggalkan Felix yang kini mengusap wajah kasar sangat susah mengucapkan kata, bukan itu maksud Felix malam itu, bukan ini pula yang cowok itu inginkan.

Reina masuk kantin yang sudah padat seperti biasa, bergegas mencari keberadaan Windy, melihat sosoknya Reina berlari kecil mendekat duduk di salah satu kursi, "kenapa nyuruh gue ke sini Win ?", tanyanya langsung.

Windy mendengus kesal, "basa basi dulu napa sih", ujarnya membuat Reina terkekeh, "gini ada yang ingin gue bicarakan sama lo, Re, soal aura orang lain", ujarnya mulai bercerita menyeruput minuman di atas meja.

"Tunggu, kalau soal itu jangan tanya sama gue Win, kita tanya akhlinya, yuk ke perpus", ajak Reina, awalnya Windy menyeritkan dahi bingung namun tetap mengikuti Reina setelah menghabiskan minuman, sampai di perpustakaan Reina membawa Windy kepojok, Amel sengaja selalu berdiam di perpus jika tidak mengajar agar Reina leluasa mencarinya.

"Nah itu dia akhlinya", ujar Reina menatap Amel yang terlihat serius menatap layar lebtopnya.

"Eh Reina, sini duduk, ada perlu apa kamu ? Bukannya kita sudah ketemu tadi pagi", tanya Amel menyadari keberadaan Reina.

Reina meringis duduk di kursi tepat di hadapan meja, berhadapan dengan Amel, Windy mengikuti duduk di sana, "wahh ternyata bukan hanya kamu yang punya kelebihan Re, teman kamu juga", ujar Amel langsung membuat Windy membelalak begitu kaget.

"Kamu mau tanyakan sesuatu", tebak Amel.

Windy melirik kearah Reina merasa kaget wanita di hadapannya bisa mengetahui jelas apa tujuannya, "hm gini bu, aku mau tanya soal aura yang rancu ?", tanyanya langsung, Amel menyeritkan dahi sejenak berfikir.

"Oh maksud kamu, aura gelap bercampur dengan aura putih ya, sampai aura jadi rancu, gini jika ada yang seperti itu di suatu tempat kemungkinan tempat itu di huni dua orang yang bertolak belakang, satunya rajin beribadah sedangkan yang lain menggunakan ilmu hitam, bahkan kita pun bisa menutupi aura kita", jelasnya membuat Windy berfikir keras.

"Kenapa sih Win ?", tanya Reina penasaran.

Windy menghembuskan nafas, "tadi gue masuk keruangan khusus satpam saat pak Jaya membuka pintu kamar miliknya gue bisa merasakan aura yang rancu di dalam ruangan seperti yang ibu tadi jelaskan aura gelap pekat bertubrukan dengan aura putih", ujarnya

Reina dan Amel terlihat berfikir, "ada hubungan dengan kejadian di kampus ngak sih dengan apa yang lo temukan di ruangan satpam", ujar Reina mengeluarkan pendapat.

"Gini saja kita selidiki malam ini Re, tapi kita tentu memerlukan Felix dkk", ujar Windy, awalnya Reina terdiam namun mengangguk setelahnya.

Amel masih terdiam di tempat melihat taut wajah Reina setelah nama Felix di sebut, "kalian hati-hati, tante tidak bisa ikut Re, ada yang tante harus awasi di asrama khusus dosen, sebelum bisa membuat kamu menyelinap ke sana bertemu langsung dengan pak Asuma", ujar Amel.

Reina menganggukan kepala, kedua gadis itu keluar dari perpustakaan menuju asrama.

"Lo saja yang sampaikan pada Felix dengan yang lain soal recana kita, gue mau mandi", ujar Reina membuka pintu kamar masuk kedalam.

Windy tersenyum tipis menggelengkan kepala berbalik menuju kamar Felix dkk.


Tok

Tok

Tok


Beberapa menit menunggu, terlihat pimtu terbuka oleh Arez, "eh Win masuk, ada apa ya ?", tanya Arez langsung mempersilahkan gadis itu masuk kedalam kamar.

"Ada yang ingin gue bicarakan sama kalian semuanya sudah ada di kamar kan ?", tanya Windy masuk kedalam.

Arez menyeritkan dahi, "Nicko ngak ada masih ada di lab nanti sore baru pulang dia", ujarnya.

Windy duduk di karpet bertepatan saat Vito keluar dari kamar mandi Felix terlalu larut membaca buku sampai tidak menyadari kedatangan gadis itu, "eh Win", sapa Vito membuat Felix tersadar menoleh menatap Windy duduk di sana menatap sekitar tidak ada Reina mengikut, cowok itu menghembuskan nafas beranjak ikut duduk di karpet setelah melihat kode dari Arez.

¤¤¤¤¤

Black Campus ⚡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang