Windy masuk kedalam kamar asrama telihat begitu lesu meletakan tas di atas meja belajar bergegas berbaring di tempat tidur, Reina yang baru keluar dari kamar mandi menautkan alis bingung tidak biasanya gadis itu pulang dalam kondisi lemas seperti itu, "lo sakit ?", tanya Reina, Windy menggelengkan kepala menghembuskan nafas.
"Gue lemas bukan karena sakit, tapi aura di kampus semakin lama semakin pekat Re, gue rasa sudah ngak sanggup bertahan jika terus begini, energi gue selalu terkuras jika sudah mendekati hari jum'at", lesunya menutup mata berharap rasa lelah yang dia rasakan menguap.
Reina terdiam menghembuskan nafas, menatap sendu paham kondisi gadis itu "lo kuat, bertahan lebih lama kita harus melawan Win, lo ngak bisa keluar begitu saja dari kampus, lo sudah tahu kan kita keluar dari sini sama saja lo berhenti, tidak ada kampus yang mau menerima kita kalau sudah mendapat anggapan buruk dari Black Campus", ujarnya mengingatkan membuat Windy melirik menganggukan kepala menyendu begitu saja
"Hiks"
Kedua gadis itu saling pandang, Reina mendekati Windy yang terlihat semakin lemas di tempat tidur, Windy meringkuk di atas tempat tidur spontan meraih tangan Reina mencengkram kuat, Reina membelalak melihat sosok yang muncul di dekat meja belajar bukan sosok mengerikan yang sering menampakan sosoknya tapi gadis itu adalah Fitri gadis yang hilang secara misterius.
"Tolonggg, Sakitt hiks".
"Fitri", guman Reina dengan tubuh bergetar, hatinya terasa di remas melihat penampakan gadis di sana, wajah pucat, tatapan kosong kedepan menyendu penuh kesedihan, rambut acakan, penampilan yang begitu kacau dan menyedihkan.
"Sakittt Reina, tolonggg hiks"
"Tolong kami"
"Hancurkan semuanya Reina, agar tidak ada lagi yang bernasib sama dengan kami"
"Area terlarang"
Wuuuussssshhhhhhh
Angin berhembus, sosok Fitri menghilang, tubuh Reina luruh kebawa membuat Windy bangun panik spontan memeluk tubuh gadis itu, keduanya berpelukan saling menguatkan dengan air mata yang keluar membasahi pipi, merasa lelah dengan kejadian di kampus.
Wuuussshhh
Wangi mawar hitam kembali menyeruak kedalam indra penciuman kedua gadis itu, pelukan semakin erat, Reina menutup mata berusaha kuat, beberapa menit perlahan bau semerbak itu menghilang, kedua gadis itu melepaskan pelukan mengatur nafas menenangkan perasaan yang gelisah tidak menentu.
"Kita harus mencoba mencari tahu malam jum'at nanti Win", ujar Reina yakin membuat Windy terbelalak kaget.
"Lo serius ?", tanyanya di jawab anggukan penuh keyakinan gadis itu.
Namun kedua gadis itu lupa tidak semudah itu mencari tahu bukan hanya mahluk tak kasat mata yang sedang mereka lawan tapi para manusia-manusia serakah yang tidak pernah bersyukur dengan apa yang telah mereka miliki, menggunakan orang lain untuk mencapai kesuksesan.
***
Amel keluar dari ruangan dosen hendak pulang ke asrama langkahnya berhenti melihat sekelebat bayangan hitam lewat di hadapannya seperti angin berhembus, wanita itu melirik kearah kiri, menaikan alis melihat dua dosen berjalan membawa nipan dengan bunga di atasnya, penasaran wanita itu mengikuti diam-diam, Amel bersembunyi di balik dinding mencoba mengintip.
"Ngapain mereka, itu bunga mawar hitam kan", ujarnya terlihat bingung tetap memperhatikan kearah mana langkah kedua dosen itu, apa yang akan kedua dosen itu lakukan, "tunggu bukannya itu koridor menuju ruang direktur, jalan pintas dari asrama agar cepat sampai ke ruangan direktur kan, untuk apa bunga mawar hitam itu", gumam Amel banyak pertanyaan muncul di dalam fikirannya.
"Ibu ngapain?", tanya seorang pria membuat Amel terlonjak menoleh, alis wanita itu terangkat bingung melihat Joni ada di sama penjaga asrama tingkat satu lantai dua, "eh mau kembali ke asrama pak, cuman tadi ngak sengaja liat dosen yang lain jadi saya singgah nyapa", ujarnya berbohong.
Joni menganggukan kepala percaya saja pergi meninggalkan Amel yang terlihat menghembuskan nafas lega, "Mel ngapain kamu ?", tanya Ben tiba-tiba muncul membuat wanita itu hampir memekik kaget mengusap dada.
"Kamu bikin jantungan Ben", ujarnya berpegang di lengan pria itu.
Ben tersenyum tipis mengusap lembut rambut Amel menenangkan, "ayok kembali ke asrama", ajaknya meraih tangan Amel menggenggam menarik lembut menuju ke asrama, perlakuan Ben membuat wanita itu merasa nyaman dari dulu sampai sekarang.
Amel dan Ben tidak menyadari mahluk besar bertaring, mata menyala menatap menyeringai di balik tembok, sosok-sosok yang muncul bahkan sampai menghilang dengan kemunculan mahluk bertaring itu seakan takut, wangi mawar hitam menyebar begitu semerbak membuat mahluk besar bertaring terlihat betah, enggan meninggalkan kampus sedetik pun.
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
HorrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...