Reina membuka mata, bangun dari tidurnya menatap ketiga temannya yang masih terlelap, gadis itu masuk kedalam kamar mandi langsung membersihkan tubub menganti pakaian hari ini Reina ada perkuliahan pagi, setelah selesai melaksanakan aktifitas mandinya gadis itu keluar mengeringkan rambut, ketiga gadis itu sudah bangun, Jenny dan Erin pamit kembali ke kamar untuk bersiap-siap menuju kampus, sedangkan Windy masih berbaring di atas tempat tidur.
"Ngak ada kuliah pagi Win ?", tanya Reina menyiapkan buku
"Gue masuk siang Re, lo ngak lapar ?", tanya Windy melirik kearah Reina.
Reina menggelengkan kepala, "itu ada roti sengaja gue beli di kantin, kalau masuk pagi ngak sempat sarapan tinggal makan roti saja, itu juga ada minuman kaleng dan susu sengaja gue siapin", ujarnya.
Windy terdiam sejenak, "kita bisa minta di siapkan kulkas ngak sih", ujar gadis itu ngacok membuat Reina terkekeh.
"Ada-ada aja lo, tau ngak kenapa kampus ngak nyediain kulkas di setiap kamar, agar mahasiswanya ngak mageran untuk turun ke bawah", ujarnya.
Windy mencibir pelan kembali mencari posisi nyaman, "gue duluan ya, jangan lupa beres-beres", ujar Reina mengingatkan.
Saat Reina membuka pintu Felix sudah berdiri di depan bersandar di dinding sengaja menunggu gadis itu, "ayo, kita kearea terlarang terlebih dahulu", ajak Felix, Reina menganggukan kepala berjalan beriringan, sampai di bawah Reina benar-benar kembali merasakan bau semerbak yang begitu kentara.
Perlahan gadis itu mengikuti, begitupun dengan Felix, sampai di area belakang terlihat area terlarang, jeritan kesakitan dari dalam terdengar bahkan Felix bisa mendengarkan.
"Sakittttt"
"Lepasssssss"
"Aauuuuhhhhhh"
"Hikssss huhuhu"
Reina terperanjat sosok mengerikan kembali muncul tepat di depan pintu area terlarang di sana, Reina spontan merapat pada Felix, meraih lengan cowok itu menutup mata, "ssttt jangan takut", ujar Felix terdengar lembut mengusap tangan gadis itu, perlahan Reina membuka mata melirik ke arah sosok itu, penampilan masih sama, bola mata yang hampir keluar, wajah hancur sebagian dan darah mengalir membasahi sebagian tubuh.
"Tolong"
Reina memicing melihat sosok itu menunjuk ke arah area terlarang di sana, mengencangkan pegangan di lengan Felix melihat leher sosok itu kembali patah, Felix menarik pergelangan tangan Reina tiba-tiba, gadis itu memekik tertahan bersembunyi di balik dinding bahkan cowok itu tidak menyadari kini memeluk gadis itu, Reina menahan nafas merasakan bau parfum cowok itu.
Felix melirik tajam ke arah pak Mamat hanya melirik area terlarang sejenak pria itu beranjak pergi, Felix menghembuskan nafas lega menunduk bertepatan saat Reina mendongak, tatapan keduanya bertemu beberapa detik, Felix yang menyadari posisi langsung menjauh, "yuk", ajak Reina bergegas pergi menjauh di ikuti Felix dari belakang.
"Gimana menurut lo ?", tanya Reina menghilangkan kecanggungan.
Felix terdiam sejenak, "lo benar area itu ada hubungannya dengan apa yang tengah kita hadapi sekarang, hanya saja tidak semudah itu, dari gelagat pak Mamat tadi bisa gue partikan setiap jam pak Mamat datang ke sana untuk memeriksa keadaan", ujarnya mengeluarkan pendapat
Reina menganggukan kepala mengerti, "kalau gitu gue duluan ya", pamit gadis itu tidak lupa senyuman indah menghiasi wajah cantiknya, Felix hanya diam mengangguk melihat Reina yang kini berlari kecil menuju kelas, cowok itu tanpa sadar mengulum bibir menahan senyuman.
Reina masuk kedalam kelas duduk seperti biasa menopang dagu, menggelengkan kepala saat wajah Felix tiba-tiba muncul di dalam fikirannya, "ah mulai ngaco nih gue", gumamnya dengan wajah memerah mengingat kejadian tadi.
"Ehm"
Reina mendongak mendengar deheman dari depan, mata gadis itu membelalak melongo melihat siapa yang berdiri di depan sana, orang yang Reina sangat kenali, "Ben", gumam gadis itu masih tidak percaya,
"Halo, perkenalkan saya dosen magang di sini, kita akan bertemu sampai 5 bulan kedepannya, panggil saya pak Ben", sapanya ramah tersenyum, pria itu masih terlihat awet muda di umur 34 tahun.
Reina mengatupkan bibir terperanjat menyadari sesuatu.
Jika Ben di sini kemungkinan besar Amel juga ada di sini, kenapa ? Karena Reina tahu bagaimana perasaan pria itu pada tantenya, pria itu selalu ikut kemanapun Amel pergi, dari dulu pria itu sudah menyukai tantenya bahkan sebelum Amel menikah Ben sudah menaruh hati, namun nas orang lain lebih dulu melamar Amel, walaupun pernikahan Amel dengan suaminya hanya sampai lima bulan saja karena Amel di nyatakan tidak bisa punya anak membuat meluarga suaminya meminta anaknya untuk menceraikan Amel dan mencari wanita yang bisa memberikan keturunan.
Jujur saja Reina berharap Ben dan Amel bisa bersatu dalam bahtera rumah tangga, Reina bahkan terang-terangan mendukung, Ben yang berdiri di depan menjelaskan materi terkekeh menggelengkan kepala melihat ekpresi dari Reina sekarang.
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
TerrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...