Reina bangun pagi buta membersihkan kamar begitupun dengan Windy yang membantu, setelah selesai keduanya bergantian masuk kedalam kamar mandi membersihkan tubuh, Reina menunggu di kursi meja belajar bersandar menatap ke atas tersentak merasakan kehadiran mahluk tak kasat mata, Reina menoleh membelalak hampir teriak melihat sosok mengerikan itu muncul bukan hanya sosok itu Fitri dan juga beberapa tumbal berasa di sana terlihat tersenyum.
Reina kini paham apa maksud dari senyuman itu, "kami akan berusaha untuk menghancurkan semuanya seperti permintaan kalian, gue harap semuanya berjalan lancar, kalian bisa pergi dengan tenang tanpa merasakan sakit lagi, kalian tidak bersalah yang salah adalah manusia-manusia serakah yang melakukan segala macam cara untuk mencapai keinginan", ujarnya tersenyum.
"Satu lagi gue sudah tahu siapa pelaku, hanya saja gue perlu membuktikan sendiri malam nanti saat pelaku melakukan ritual", lanjutnya.
Para arwah mengangguk menghilang setelah mendengar penjelasan dari Reina, gadis itu menghembuskan nafas lega bertepatan saat Windy keluar dari kamar mandi, "mata kuliah gue hari ini cuma satu setelah itu gue nunggu di kantin bawah sama Nicko", ujar Windy.
Reina menganggukan kepala bergegas masuk kedalam kamar mandi membersihkan tubuh, setelah selesai gadis itu keluar dengan pakaian sudah rapi, "semangat Win untuk hari ini, semoga semuanya berjalan lancar tanpa hambatan apapun", ujarnya menepuk pundak Windy.
Windy menganggukan kepala tersenyum, keduanya keluar dari kamar bertepatan saat Felix ddk sudah berdiri di depan, "yuk bareng", ajak Vito kearah kedua gadis itu.
Reina dan Windy menganggukan kepala berjalan beriringan menuju kampus, sampai di kampus semuanya berjalan menuju ke ruang kelas masing-masing, Reina masuk kedalam, seperti biasa duduk di bangku paling pinggir, beberapa saat kemudian pak Ari masuk kedalam ruang kelas menatap Reina dengan tatapan sulit diartikan
Didalam ruangan direktur utama terlihat seorang pria bersimpuh di hadapan singgasana milik pak Asuma, orang yang duduk di sana menatap menyeringai, "malam ini ingat, tumbal berikutnya, dan gadis pilihan itu menjadi tumbal terakhir akan menyempurnahkan semua yang sudah kita lakukan 5 tahun terakhir", ujarnya
"Ingat seperti sebelum-sebelumnya, ritual harus berjalan dengan lancar, jangan lupa tanaman di belakang perbanyak lagi", lanjutnya.
"Baik aku akan melakukan seperti sebelum-sebelumnya", ujarnya menunduk patuh
"Keluar", perintah orang itu.
Tanpa kata pria itu bergegas keluar melalui pintu belakang, mencari dosen untuk membawa bunga mawar hitam ke dalam ruangan direktur, pria yang duduk di kursi pak Asuma berdiri cekikikan penuh kepuasan sebentar lagi semuanya akan sempurnah setelah menumbalkan gadis pilihan itu, Reina Amora.
"Hahahahaa kejayaan, kehormatan, hidup abadi, akhirnyaaa", ujarnya begitu senang, tidak sabar menumbalkan satu orang lagi sebelum giliran gadis pilihan itu.
Reina Amora gadis yang sudah menjadi pilihan terakhir mahluk itu bukan tanpa alasan tapi aura Reina terlihat berbeda di bandingkan yang lainnya, setelah menginjakan kaki di kampus, Reina Amora sudah menjadi pilihan spesial dari mahluk itu.
Setelah perkuliahan selesai Windy keluar dari kelas berlari kecil menuju asrama, menganti pakaian menunggu perintah untuk turun kebawah menggunakan alat yang sudah di bagi semalam agar memudahkan mereka dalam berkomunikasi.
Tok
Tok
Tok
Windy terlonjak kaget mendengar ketukan dari pintu takut-takut gadis itu mendekat membuka sedikit pintu menatap siapa yang ada di luar menghembuskan nafas lega melihat Nicko sudah berdiri di sana, "ck kalau ngetuk pintu sebutin nama juga gue kan parno", omelnya langsung.
Nicko menoleh terkekeh, "iya, iya maaf, turun yuk, kita bicara di kantin saja nunggu perintah, kemungkinan besar ritual akan dilaksanakan menjelang magrib kan", ujarnya, Windy menganggukan kepala keluar tidak lupa mengunci pintu kamar.
"Kenapa lo tahu kalau ritual di adakan menjelang magrib?", tanya Windy pelan berjalan di samping Nicko.
Cowok itu kembali terkekeh, "gue hanya tebak Win, gini pelaku sengaja mengambil waktu menjelang magrib, kenapa ? Karena di waktu itu tidak ada satupun orang yang keluar bahkan para satpam yang keliling akan berhenti di tempat dan menepi sampai waktu magrib selesai, lo ingat kan pak Jaya waktu itu baru sholat magrib setelah sampai di pos, saat itu gue tanya sama pak Mamat kenapa pak Jaya ngak sholat di tempat lain, pak Mamat bilang mungkin pak Jaya berada di mana tidak ada tempat bisa untuk ditempati melaksanakan ibadah menepi sampai waktu magrib selesai", jelasnya.
Windy menganggukan kepala paham masuk kedalam kantin memesan minuman dan cemilan, memilih duduk di kursi paling pojok agar tidak ada satu pun yang mendengar pembicaraan mereka jika membahas tentang rencana yang akan mereka lakukan.
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
HorrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...