Lapangan sudah di penuhi para mahasiswa baru, di depan sudah ada para dosen berbaris sejajar, suara riuh di lapangan menjadi sunyi melihat pria penuh wibawa naik ke mimbar yang sudah tersedia di depan kelas tidak lupa menampilkan senyuman ramah di wajah, "selamat pagi", sapanya penuh semangat di jawab kompak dari arah lapangan membuat suara menggema di dalam area kampus.
"Perkenalkan saya Asuma, direktur utama kampus, sebelumnya saya ucapkan selamat datang di kampus tercinta kita, Black Campus, maaf selama orientasi saya tidak bisa menghadiri acara, hari ini saya berdiri disini sengaja menyambut kalian langsung, sekali lagi selamat datang, sebelum perkuliahan di mulai ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan", ujarnya menjeda ucapan tersenyum tipis menatap ke arah lapangan.
"Tentang tiga peraturan tidak tertulis Black Campus yang wajib kalian tturuti, pertama di wajibkan untuk menggunakan pakaian serba hitam polos di hari jum'at, ingat hitam polos, kedua apapun yang terjadi di dalam kampus di wajibkan untuk tutup mulut dan tidak membeberakan di luar, ketiga diwajibkan untuk tinggal di asrama kampus", bisikan mulai terdengar dari arah lapangan, Reina terdiam mencoba mencerna apa yang di katakan Asuma, direktur utama kampus.
"Perhatian, mulai hari ini kalian tinggal di asrama kampus, jadi yang rumahnya jauh dari kampus pihak kampus yang akan mengambil barang kalian beserta meminta izin pada orang tua kalian, sedangkan yang tinggal di kosan tidak jauh dari kampus kalian bisa pulang mengambil barang kalian jadi sebelum jam 10.00 siang nanti semuanya sudah ada di kampus, paham!!", lanjut Asuma tegas di depan sana.
Reina masih bergeming memicingkan mata membelalak kaget dengan kemunculan perempuan di depan, rambut panjang menutupi wajah, Reina mengucek mata mencoba memperhatikan lebih jelas namun perempuan tadi hilang begitu saja, "Win, lo tinggal di mana ?", tanya Reina menoleh ke arah Windy yang masih terlihat sangat pucat.
"Gue__ gue tinggal di kosan tidak jauh dari kampus", ujar Windy bergetar, Reina sebenarnya penasaran namun enggan bertanya, merasa tidak pantas menanyakan hal yang membuat orang lain tersinggung.
Reina tersenyum tipis, "kalau gitu sama gue aja, sekalian, nih gue pesan grap", ujarnya menarik lengan Reina yang masih terasa dingin, sampai di luar Reina merasa ada yang aneh perlhan rasa dingin di lengan Windy perlahan menghilang.
"Permisi dengan Reina Amora ?", tanya seorang supir berhenti tepat di hadapan gerbang.
"Iya pak", ujar Reina bergegas masuk meminta Windy ikut masuk kedalam mobil, ternyata bukan hanya mereka yang keluar, banyak di antara mahasiswa batu yang menginap di kosan tidak jauh dari kampus, seperti peraturan kampus melarang para mahasiswa membawa kendaraan pribadi membuat banyak mahasiswa baru yang memilih tinggal di kosan.
"Rein, itu kosan gue", ujar Windy menunjuk kosan berwarna hijau.
Reina menoleh tersenyum, "gue yang itu", ujarnya menunjuk kosan berwarna pink, satu kosan perantara dari kos Windy, keduanya keluar setelah meminta grab menunggu, beberapa menit kedua gadis itu keluar membawa koper besar masing-masing, supir grap keluar membantu memasukan koper di dalam bagasi, Reina melirik banyak mahasiswa baru yang juga masuk di lorong-lorong kosan di sini.
Mereka kembali ke kampus hany beberapa menit keduanya sudah di depan gerbang, Reina membayar ongkos awalnya Windy berniat membayar namun Reina menolak, wajah Windy kembali memucat setelah melangkah masuk, Reina bisa merasakan perubahan drastis yang terjadi pada gadis itu.
"Permisi neng, sini biar pak mamat yang bawa ke kamar asrama, katanya semua mahasiswa baru hari ini di suruh mengemasi barang di kamar masing-masing sesuai pembagian di mading", ujar seorang pria paruh baya yang mereka kenali sebagai satpam di kampus.
Keduanya menganggukan kepala, Reina merangkul lengan Windy berjalan menuju mading melihat kamar mereka, "ini kebetulan atau gimana ya kok kita bisa sekamar", celetuk Reina, Windy tersenyum tipis mengangkat bahu, berjalan beriringan menuju asrama setelah mengetahui nomor kamar mereka.
"Wahh asrama kampus juga terlihat megah bangat", kagum Reina menatap.
Windy hanya diam menagtupkan bibir enggan mengeluarkan suara spontan menarik lengan Reina menuju lantai dua, masuk kedalam kamar nomor 7, "kampus kita ngak aman Rei", celetuk Windy tiba-tiba setelah menutup pintu dan mengunci kamar nomor 7.
Reina menoleh dengan alis terangkat tinggi tidak mengerti mendekat duduk di tepi tempat tidur sebelah kanan, di dalam kamar ada dua tempat tidur, dua mrja belajar, dua lemari, dan satu kamar mandi, "maksud lo ?", tanyanya lembut agar Windy tidak terainggung.
Windy mengigit bibir bawah menghembuskan nafas menutup mata, "gue bisa merasakan aura jahat Rei, itu kenapa gue terlihat pucat setelah menginjakan kaki di kampus, aura jahat benar-benar mengelilingi kampus", lirihnya masih menutup mata pasrah mendengar hinaan Reina seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.
Reina masih diam menatap wajah Windy yang terlihat begitu pasrah tersenyum tipis paham apa yang di rasakan gadis itu.
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
HorrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...