34. VII⚡

4.9K 291 1
                                    

Reina menyerahkan garam kearah Felix, meminta cowok itu tetap menghamburkan garam kearah depan, "Lix ikut gue masuk kedalam tapi jangan berhenti menghamburkan garam kearah sana", ujarnya menunjuk ke arah mahluk itu berada, Felix menganggukan kepal...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reina menyerahkan garam kearah Felix, meminta cowok itu tetap menghamburkan garam kearah depan, "Lix ikut gue masuk kedalam tapi jangan berhenti menghamburkan garam kearah sana", ujarnya menunjuk ke arah mahluk itu berada, Felix menganggukan kepala melakukan perintah gadis itu berjalan mengikuti dari belakang, Reina menuju kebelakang kursi pak Asuma menatap nanar alat ritual benar sudah tersedia di sana tinggal melaksanakan saja.

Reina berjongkok meletakan darah milik pelaku di bawah mengikuti cara yang ada di dalam buku pemberian pak Mamat, akhirnya gadis itu berhasil mengganti darah perjanjian milik pak Asuma menjadi darah pelaku, Reina berdiri mengambil cutter di salam saku yang sengaja dia siapkan mengiris ujung jari telunjuk.

"Reina gerbang area terlarang sudah terbuka".

Tes

Terdengar suara kompak dari Nicko dan Windy di seberang sana bertepatan saat darah Reina menetes tepat di atas tempat ritual.


"AAAAAAAARRRRRRRHHHH"


Teriakan melengking dari wakluk di depan Felix terdengar seantero kampus, getaran mulai terasa seperti gempa bumi, perlahan tubuh yang di selimuti mahluk itu sudah terlihat di sana mayat pak Tejo terbaring membuat yang lain membelalak kaget.

"Aaaaaaaa lepaasssssss", semua menoleh menatap Ben dan Amel datang menyeret pria yang sudah di ikat tadi.

"Lepaskan pak Joni tante Amel biarkan parah arwah itu membalas, dan mahluk sembahannya", ujar Reina menatap ke arah para arwah yang datang bersama Windy dan Nicho.


"Aaaaaaaaaa ampun"

"Sakiittttttt"

"Llleeeeeppppaaaassss"

"Tolongggg"


Tidak ada yang berani mendekat di sana pak Joni benar-benar di amuk para arwah yang sudah terkurung di area terlarang, pak Mamat menangis tepat di samping pak Jaya orang yang membuat Pak Joni pingsan.

"Akhirnya selesai", gumam Reina menghembuskan nafas lega.

Pak Joni meninggal dunia tersiksa, bukan hanya para arwah namun mahluk yang dia sembah juga ikut menyiksa pria itu, "saya ngak nyangka Joni tega membunuh ayahnya sendiri agar bisa di kuasai mahluk sembahannya itu", gumam pak Jaya mengidik ngeri.

Para arwah muncul dengan penampilan yang berbeda mereka telihat sangat cantik menatap terutama pada Reina sebelum menghilang, Windy berlari menubruk tubuh Reina menangis, yang lain ikut mendekat berpelukan, Ben merangkul Amel tersenyum, pak Mamat masih menangis terharu melihat sekejap anaknya melambai kearahnya, pak Jaya menghembuskan nafas lega, pak Ari sampai di sana bersama pak Asuma yang terlihat sudah sehat bersama Yanti ikut senang dengan keberhasilan mereka.

***

Paginya Black Campus benar-benar heboh dengan berita yang terjadi semalam, suasana terlihat lebih ceria di bandingkan sebelum-sebelumnya, Windy tidak merasakan aura pekat lagi yang ada hanya aura kebahagiaan yang terpancar, terlihat Vito dan Jenny duduk di taman belakang fakultas teknik, "apa yang ingin lo bicarakan ?", tanyanya.

Vito mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celana membuat Jenny membelalak kaget menutup mulut berdiri shok, "lo__", nafas Jenny tercekat, wajah memerah menatap benda di tangan cowok itu.

"Hm ini gue, anak kecil yang lo ajak menikah waktu masih sd", ujarnya membuat Jenny menunduk semakin malu, Vito terkekeh menarik pergelangan gadis itu, merengkuh tubuh Jenny.

"Gue rindu Jen, sangat", lirihnya, Jenny berdebar membalas, nyatanya perasaan gadis itu masih berada pada cowok yang tengah mendekapnya sekarang.

***

Nicko berlari di koridor menuju kantin mencari sosok yang tengah dia cari, Windy duduk di salah satu meja, cowok itu mendekat dengan wajah terlihat berbinar bahagia, "jadi lo mau Win", ujarnya masih shok, Windy memutar bola mata jengah, walaupun kesal gadis itu mengangukan kepala dengan wajah terlihat bersemu merah.

Nicko duduk di kursi lemah tersenyum seperti orang gila, Windy sampai mengidik ngeri melihat tingkah cowok itu, "oh iya, lo sudah tahu soal kejadian waktu kita masih SMP, bukan gue Win, gue tahu tentang kelebihan lo tapi bukan gue yang membeberkan", ujarnya kembali serius menatap gadis itu

Windy tersenyum menganggukan kepala, "makasih", ujarnya membuat Nicko menautkan alis bingung tidak mengerti.

"Makasih sudah diam-diam membela gue waktu SMP, makasih juga selalu melindungi gue diam-diam waktu SMP saat yang lain ingin menjaili karena keanehan yang gue  miliki", lanjutnya membuat Nicko menggaruk tengkuk yang tidak gatal malu.

"Kok lo bisa tahu Win", ujarnya membuat Windy terkekeh gemas menatap wajah cowok itu.

"Nomor ngak di kenal ngirim vidio soal lo yang membela gue waktu SMP juga saat lo diam-diam melindungi gue", ujarnya mengeluarkan ponsel memperlihatkan nomor tidak di kenal di sana.

Nicko menggeram marah menatap tajam kearah nomor yang terlihat familiar, "ck kribo ember", umpatnya.

Windy kembali terkekeh nyatanya cowok itu yang selalu melindunginya waktu satu sekolah menjauh karena kemampuan aneh yang dia miliki, cowok yang sempat dia benci karena mengira cowok itu yang membeberkan soal kelebihannya.

¤¤¤¤¤

Black Campus ⚡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang