Amel keluar dari kamar terlihat Ben sudah menunggu di depan, wanita itu tersenyum cerah menatap wajah pria itu, Ben membalas tidak kalah senang mengusap puncak kepala wanita itu lembut, "ayo, kita ke kamar pak Asuma untuk meminta izin melaksanakan rencana kamu besok malam", ujarnya.
Wanita itu menganggukan kepala berjalan beriringan, Ben meraih tangan wanita itu menggenggam sesekali mengusap punggung tangan mengunakan ibu jari, "Reina minta aku secepatnya lamar kamu", ujar Ben tiba-tiba membuat langkah Amel berhenti, keceriaan di wajahnya hilang begitu saja di gantikan tatapan menyendu menoleh kearah pria itu menatap penuh kesakitan.
"Ben, aku bukan wanita sempurnah, kamu tahu kan alasan masa laluku sampai meninggalkan aku", ujarnya dengan suara bergetar.
Ben terdiam sejenak menatap mata Amel yang terlihat memancarkan rasa sakit luar biasa, Ben melepaskan genggaman menangkup pipi Amel menatap dalam tepat di manik mata, "aku ingin menikahi kamu bukan untuk punya anak Mel, aku ingin menikahi kamu agar bisa selalu bersama kamu, mencintai kamu, bersama-sama sampai akhir hayat, anak itu bonus di dalam pernikahan Mel, amanat untuk kita, jika Tuhan tidak mengizinkan, kita tidak bisa memaksakan kehendak, kita sudah punya Reina bukan, kita menikmati kebersamaan menunggu Reina di pinang seorang cowok".
Amel tercekat terpana begitu saja mencari kebohongan di mata itu namun yang ada hanya kesungguhan, cairan bening keluar dari sela-sela mata terharu ada yang mencintainya sedalam ini, "aku mencintaimu, dari dulu, sekarang dan selamanya, impian aku sederhana Mel, menikmati masa tua bersama kamu, saling mencintai, mengenggam sampai waktunya tiba kita pergi meninggalkan dunia fana ini".
Wanita itu spontan menubruk tubuh Ben, memeluk begitu erat terisak di dalam pelukan, awalnya Ben kaget menerima serangan tiba-tiba namun berikutnya pria itu membalas pelukan wanita itu mengusap punggungnya lembut menenangkan, "setelah masalah di kampus ini selesai, kamu bisa datang ke rumah, lamar aku saat itu, kita menikah, makasih sudah mencintai begitu dalam wanita tidak sempurnah sepertiku", ujarnya mendongak masih memeluk Ben.
Ben tersenyum menghapus sisa air mata di pipi wanita itu menganggukan kepala, "ayo kita lanjut keruangan pak Asuma, aku jadi ngak sabar masalah di kampus ini cepat selesai", ujarnya penuh semangat membuat wanita itu terkekeh penuh kebahagiaan.
Keduanya kembali melangkah menuju kamar pak Asuma, sampai di depan pintu Amel mengetuk pintu, perlahan pintu terbuka menampilkan Yanti yang tengah tersenyum menatap keduanya, "masuk bu, pak", ujarnya ramah seperti biasa.
Amel dan Ben masuk mendekati tempat tidur pak Asuma, masih sama seperti sebelum-sebelumnya terbaring lemas di atas tempat tidur, "pak mohon maaf ya menganggu istirahatnya, saya ingin menyampaikan beberapa hal untuk bapak, saya ingin tahu siapa yang sangat membenci bapak, karena keponakan saya mendapatkan boneka santet atas nama bapak di ruangan istirahat khusus satpam", ujarnya membuat Yanti membelalak, pak Asuma terlihat mengeluarkan air mata menggelengkan kepala.
"Maksud ibu gimana ya ?", tanya Yanti mendekat penasaran.
Amel menipiskan bibir menatap Yanti, "maaf bu, keponakan saya punya satu kemampuan bisa melihat mahluk tak kasat mata, bukan hanya keponakan saya teman sekamarnya juga bisa merasakan aura, mereka diam-diam menyelidiki saat merasakan aura aneh di salah satu kamar milik satpam di sana, dan hasilnya mereka menemukan boneka santet atas nama pak Asuma, juga banyak foto-foto pak Asuma di sana", jelasnya.
Tubuh Yanti luruh kebawah terisak menutup mulut tidak percaya ada yang senekat itu menyakiti suaminya, apa salah suaminya ?, "itu alasan kami datang ke sini bu, kami berencana memutuskan kontrak pelaku dengan mahluk gaib, tapi kami perlu izin dari pak Asuma untuk menghancurkan tanaman bunga mawar hitam di belakang asrama khusus dosen ini", ujar Ben ikut menjelaskan.
Pak Asuma terlihat membelalak di tempat tidur tidak percaya, Amel mendekat melihat kode pak Asuma.
"Saya ngak tahu soal bunga mawar hitam"
Amel menganggukan kepala paham, "kami melihat sendiri pak, saya dan Ben, jadi izinkan kami menghancurkan taman itu besok malam, juga memutuskan kotrak pelaku, dan mengagalkan penumbalan yang akan di lakukan pelaku besok malam", pintanya mematap sendu ke arah pak Asuma.
Pak Asuma menganggukan kepala pelan memberi izin, "bu besok malam ibu jangan panik jika terjadi sesuatu dengan pak Asuma tetap berdoa bu sesuai keyakinan, biar pak Ari besok mememani di sini", ujar Ben menatap Yanti yang masih berusaha menahan isakan.
Yanti menganggukan kepala, tubuhnya terasa lemas mengetahui fakta tentang penyakit suaminya, hanya satu harapannya sekarang semoga rencana Amel dan Ben berjalan lancar tanpa ada hambatan untuk menghentikan sesuatu yang mengerikan di kampus.
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
TerrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...