Jenny tengah membersihkan kamar bersama Erin setelah pulang dari kampus, saling pandang mendengar ketukan pintu dari luar, mengingat kejadian aneh yang sering terjadi membuat kedua gadis itu saling merapat ketakutan mendekati pintu kamar perlahan membuka menghembuskan nafas lega melihat di depan kamar sudah ada pak Mamat dan juga pak Jaya.
"Permisi mbak, kita ke sini mau menggeledah kamar milik mbak, semalam kami kehilangan barang di pos setelah kalian pulang ke asrama", ujar pak Mamat.
Jenny dan Erin menganggukan kepala saling pandang berbicara melalui tatapan paham jika yang mereka cari adalah boneka yang Reina ambil namun jika kedua pria itu berada di sini berarti keduanya tahu soal santet yang tertuju pada pak Asuma atau salah satu dari mereka adalah pelaku, fikir keduanya.
Pak Mamat dan pak Jaya masuk menggeledah kamar merasa tidak menemukan benda yang di cari kedua pria itu keluar, "emang apa yang hilang pak ?", tanya Erin terlihat penasaran.
Pak Mamat spontan tertawa merasa terhibur, sifat Erin begitu mirip dengan mendiang anaknya, "oh itu boneka, bukan sembarang boneka itu katanya benda berharga", ujar pak Mamat melirik pak Jaya yang enggan menanggapi.
"Oh gitu ngak ada kan pak, kita ngak sempat bawa boneka dari rumah soalnya kita tiba-tiba di suruh menginap di asrama bahkan barang milik kita di ambil langsung pihak kampus", jelas Jenny membuat kedua pria itu menganggukan kepala pamit beranjak pergi turun melalui tangga menuju lantai dua berjalan mendekati kamar Felix dkk.
Tok
Tok
Tok
Kedua pria itu mejunggu beberapa saat Nicko membuka kamar menautkan alis melihat kedatangan kedua pria itu, "ada apa ya pak?", tanyanya langsung merasa bingung.
"Maaf gannggu aktifitasnya, kita mau mengeledah kamar kalian, soalnya ada barang yang hilang di pos kami setelah kalian meninggalkan pos semalam", ujar pak Mamat.
"Oh silahkan masuk pak", ujar Nicko tenang.
Pria itu masuk kedalam Vito yang ada di dalam kamar menautkan alis diam melihat kedua pria itu menggeledah kamar, kebetulan Arez dan Felix masih di kampus, "ngak ada, kalau gitu kita ke kamar sebelah", ujar pak Jaya membuat Vito dan Nicko kompak membelalak kaget.
Nicko menatap Vito yang juga menatap kearahnya kompak menatap punggung kedua pria yang kini menutup pintu kamar, "gawat, boneka semalam ada di Reina", ujar Vito panik.
Reina menautkan alis bingung dengan keberadaan pak Mamat dan pak Jaya tengah berdiri di depan kamarnya, seringai gadis itu muncul sekarang paham apa yang membuat kedua pria itu berdiri di sana kemungkinan besar pelaku mencari boneka santet itu, "permisi pak, ada apa ya ?", tanya gadis itu berjalan mendekat kebetulan baru pulang dari kampus.
"Eh mbak Reina gini kita mau geledah kamar mbak soalnya pos kehilangan barang", ujar pak Mamat merasa tidak enak.
Reina tersenyum paham membuka pintu membiarkan kedua pria itu menggeledah sedangkan Reina tetap menunggu di luar bersandar di dinding kamar, Vito dan Nicko keluar mematap Reina dengan perasaan cemas, Reina memberi kode tetap tenang menyuruh keduanya kembali masuk ke kamar agar kedua pria itu tidak merasa curiga.
"Makasih mbak, mungkin salah taro kali ya", gumam pak Jaya.
Reina menganggukan kepala masuk kedalam kamar tidak lupa mengunci pintu kamar, didalam kamar Reina tersenyum sudah tahu siapa di antara mereka yang menjadi pelaku, keyakinannya semakin kuat setelah kedatangan kedua pria itu langsung mendatangi, sesuai prediksi gadis itu.
Kini tinggal melaksanakan rencana saja untuk meringkus pelaku.
***
Malamnya mereka berkumpul di kamar Felix dkk untuk membahas rencana yang sudah di atur Amel, mereka duduk melingkar dengan kotak kecil di dalam tengah berisi alat komunikasi, "baik langsung saja gue akan membagi tugas seperti yang sudah di rencanakan sejak awal, gue mencari tempat ritual yang akan di laksanakan malam jum'at lebih tepatnya besok malam, karena kampus begitu luas gue minta bantuan dari kalian semua kecuali, Windy dan Nicko yang bertugas stanby di depan area terlarang", Reina mulai menjelaskan.
"Tapi ingat Windy dan Nicko baru mendekat ke area terlarang tepat saat gue memberi perintah untuk mendekat, kemungkinan kalian akan di curigai kalau kalian langsung stanby di sana, jadi tetap menunggu di kantin asrama yang lebih dekat dari area terlarang", lanjut Reina
Semua menganggukan kepala, "saran gue semua cewek di temani satu cowok Re", usul Erin
Reina menganggukan kepala paham, "baik, gue serahkan pada kalian pembagian kelompoknya", ujarnya memberikan kuasa sepenuhnya pada mereka untuk membagi tim.
"Boleh ngak gue bareng sama Felix, gue takut-takut kalau sama yang lain", ujarnya penuh harap.
Reina tersenyum tipis menganggukan kepala mengiyakan walaupun perasaannya tidak sejalan, namun apa haknya, Reina harus ingat dia bukan siapa-siapa bagi Felix.
¤¤¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Campus ⚡
HorrorReina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begitu saja setelah resmi menjadi mahasiswi. Tentang tiga peraturan tidak tertulis yang wajib di ikuti :...