21. T⚡

4.8K 282 3
                                    

Tangis Reina pecah di dalam kamar, Windy sampai panik memeluk gadis itu menenangkan, dadanya ikut menjerit sakit mendengar isakan yang terdengar memilukan dari Reina, "ssttt Re, sudah, tenangin diri lo ya, kita hadapi sama-sama semuanya, gue tahu ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangis Reina pecah di dalam kamar, Windy sampai panik memeluk gadis itu menenangkan, dadanya ikut menjerit sakit mendengar isakan yang terdengar memilukan dari Reina, "ssttt Re, sudah, tenangin diri lo ya, kita hadapi sama-sama semuanya, gue tahu perasaan lo sekarang, kita fokus masalah di kampus dulu, semoga semuanya segera selesai dan mari kita ukir kenangan indah di kampus", ujarnya lembut menghapus sisa-sisa air mata gadis itu.

Reina perlahan menganggukan kepala menghambur kedalam pelukan gadis itu kembali, Windy tersenyum tipis membalas, "sudah, sana istirahat nanti malam kita harus melaksanakan rencana kita", ujar Windy, Reina menganggukan kepala naik ke atas tempat tidur, hanya beberapa detik gadis itu benar-benar terlelap telalu lelah.

Windy menggengkan kepala bergegas membersihkan kamar setekah selesai gadis itu duduk di meja belajar mengerjakan tugas melirik sekilas buku penuh umpatan yang sengaja di simpan di sana terselip di buku paket gadis itu, penasaran gadis itu meraih kembali membuka.

Mata Windy terbelalak menatap lembar terakhir ada nama Reina Amora di sana dengan tulisan darah, bulu kuduk gadis itu meremang mata membola sempurnah membuang buku ke lantai perlahan muncul tulisan di bawah nama lengkap Reina.


"TUMBAL TERAKHIR"


Tubuh Windy bergetar bergegas mengambil buku keluar dari kamar tidak lupa menutup, berlari di koridor asrama turun hendak menuju kampus mencari keberadaan Felix dkk.

Burghh

Gadis itu menubruk dada bidang di hadapanya, terkaget melihat Felix berdiri di sana menampilkan wajah datar dengan kantongan di tangan, "Lix, lihat", ujar gadis itu panik memperlihatkan tulisan darah di buku ke hadapan cowok itu.

Felix mengatupkan bibir mencengkram kuat kantongan di tangan, "Reina mana ?", tanyanya terdengar dingin.

Windy melirik, "di kamar", ujarnya lemas, Felix mengangguk bergegas pergi di ikuti Windy dari belakang, Felix membuka pintu kamar masuk kedalam mendekati tempat tidur Reina, terlihat gadis itu masih terlelap begitu damai, wajahnya terlihat sangat cantik.

Felix meletakan kantongan berisi makanan di atas meja belajar duduk di kursi menatap menuh perhatian kearah Reina, Windy menipiskan bibir merasa bingung dengan cowok itu perhatian pada Reina tapi perhatian pula sama perempuan lain, "oh iya Lix, gue mau ngomongin sesuatu sama lo soal rencana Reina untuk malam nanti", ujarnya membuat Felix spontan menoleh menautkan alis.

"Apa ?", tanyanya singkat.

Windy mencibir sejenak, "Reina akan mendatangi area terlarang malam ini, lo tahu sendiri kan malam ini adalah malam jum'at", ujarnya.

Wajah Felix semakin datar menatap ke arah Reina berdecak, "ngak berubah sama sekali", gumamnya mampu di dengar oleh Windy, Felix berdiri hendak keluar dari kamar berhenti di ambang pintu.

"Lakukan rencana kalian, gue sama yang lain turun mantau", ujarnya sebelum keluar.

Windy tersenyum senang mendapatkan pasukan.


***


Malam pun tiba terlihat Reina dan Windy sudah siap, tidak lupa menggunakan jaket masing-masing, suara jeritan mulai terdengar seperti malam jum'at sebelum-sebelumnya, walapun di liputi rasa takut kedua gadis itu tetap keluar dari kamar, bejalan pelan di koridor turun kebawah, Reina sama sekali tidak menyadari keberadaan Felix dkk yang berjalan pelan di belakang keduanya.

Wwwwuuuuussshhhh

Wangi mawar hitam mulai tercium lebih semerbak dari yang biasanya suara teriakan kesakitan lebih terdengar jelas di luar asrama, Windy merapat kearah Reina mengapit lengan gadis itu berusaha menekan rasa takut.



"AAAAAAAA SAKITTTT"

"LEPASSSSSSSS, HIKSS"

"HUHUHUUHUU"

"TOLONGG, SAKITTT"

"AAAAAAAAAAAA"

"HIKSSSS"

"LEPASSSSS, LEPASSSSS"



Nafas Reina tercekat mendengar suara teriakan kesakitan terdengar begitu jelas, semakin mendekati area terlarang wangi semerbak semakin tercium, kedua gadis itu semakin merapat satu sama lain, Windy sudah merasakan aura jahat yang begitu kental semakin melangkah aura itu semakin terasa begitu kuat, Reina menghentikan langkah membelalak melihat di depan area terlarang terlihat mahluk besar hitam bertaring panjang dengan mata menyala menyelimuti ruangan di sana.

Sekarang Reina paham mahluk itu adalah pelindung kampus beserta tuangan area terlarang di sana, Felix dkk yang melihat dari jauh saling pandang.


BRAKKK

BUGHHH

"Auuuhhhhh"

"REINAAA"

"WINDYY"

Felix dkk spontan teriak melihat di sana tubuh kedua gadis itu terhempas berlawanan arah menubruk dinding, Felix dan Vito berlari mendekati Reina, Nicko dan Arez mendekati Windy, mata mereka kembali terbelalak melihat jelas seorang gadis melayang di sana, di depan pintu yang masih tertutup mereka melihat langsung gadis yang melayang itu hilang begitu saja.

Reina meremas baju Vito kuat menahan dada yang bergemuruh, lagi-lagi seorang gadis hilang secara misterius, tanpa sadar air mata Reina keluar membasahi pipi mengigit bibir menahan isakan, Felix merapatkan bibir melihat bagaimana kondisi gadis itu sekarang.

Berbeda dengan Windy yang sudah terisak merasa bersalah.

¤¤¤¤¤

Black Campus ⚡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang